Headlines
Loading...
Oleh. Mak Ayu

Setiap orang akan selalu mendambakan hidupnya bahagia. Tidak ada satu orang pun yang menginginkan ketidakbahagian dalam hidup. Kebahagian selalu diimpikan semua orang, namun tolok ukur masing-masing orang akan kebahagiaan itu akan berbeda. 

Ada yang menganggap memiliki harta benda melimpah adalah tujuan hidupnya, dan ketika dia sudah bisa memilikinya maka dia bahagia. Ada yang memandang kesuksesan mengantarkan anak-anak tercinta memiliki pekerjaan yang mapan adalah tujuan hidupnya, dan ketika semua sesuai harapannya maka dia bahagia.Di sisi lain, ada orang yang menganggap kebahagiaan itu ketika tercukupi semua kebutuhan hidupnya. 

Boleh-boleh saja! Namun hakekat kebahagiaan jika hanya bersandar pada tolok ukur dunia, maka semua itu akan mengecewakan pada kehidupan akhirat kelak. Kenapa? Karena kehidupan dunia itu hanya sementara.

Allah berfirman dalam QS. Gafir Ayat 39 :
Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.”

Dan kesenangan hidup dunia tidak pantas menjadi tujuan hidup, hingga melupakan kehidupan ahirat. Perbandingannya hasilnya akan sangat merugikan diri sendiri.

Demi Allah, tidaklah dunia dibandingkan akhirat kecuali seperti seseorang dari kalian mencelupkan jarinya ke laut, maka lihatlah apa yang tersisa di jarinya jika ia keluarkan dari laut?” (HR Muslim no 2868).

Maka hal pertama yang musti kita lakukan adalah menetapkan tujuan hidup. Tentu saja kita tidak mau menderita kerugian yang amat besar, sehingga orientasi hidup kita harus bisa menguntungkan diri sendiri. Apa itu? Kebahagian akhirat, rida Allah. 

Allah telah membekali manusia akal untuk memikirkan dan memahami kandungan dalam Al-Qur’an, juga telah mengutus seorang hamba yang lurus yaitu Nabi Muhammad saw sebagai Rasulullah  untuk dijadikan suri teladan dalam kehidupan. 

Dunia sementara akhirat kekal. Akal yang waras akan menuntun kita; tak mungkinlah menukar sesuatu yang kekal untuk mendapatkan yang sementara. Bahkan perbandingan tidaklah sepadan kehidupan dunia hanya air dicelupan jari di tengah melimpahnya air lautan [kehidupan akhirat].

Bagaimana mewujudkan kehidupan akhirat. “Carilah negeri akhirat pada nikmat yang diberikan Allah kepadamu, tapi jangan kamu lupakan bagianmu dari dunia“ (QS. Al-Qasas: 77). Allah memerintahkan kita untuk mencari negeri akhirat yaitu dengan cara beribadah kepada Allah secara kafah [menyeluruh]. Menjalankan seluruh perintah dan larangan-Nya dengan cara menjadikan aturan Allah itu sebagai pengatur kehidupan, diterapkan secara individu, masyarakat, dan negara. 

“Tapi jangan kamu lupakan bagianmu dari dunia“ artinya manusia juga boleh memiliki bagian dari dunia, karena dunia memang diciptakan untuk dinikmati oleh manusia namun dalam batas-batas syariat. Kita bisa mendapatkan apapun harta dunia, tapi jangan sampai merugi kehidupan akhirat. Bagaimana kita tahu batas-batas itu? Ya belajar, cari ilmu! Dalam Islam mencari ilmu itu adalah sebuah kewajiban.

Dengan ilmu kita bisa memiliki cakrawala pemikiran yang luas, dengan ilmu pula kita bisa membuka jendela dunia, dengan ilmu kita bisa membedakan mana baik mana buruk dalam tolok ukur syariat, dengan ilmu pula kita mampu mengatasi mager [tidak bergerak] dalam kehidupan.

Untuk mendapatkan kehidupan akhirat, maka jadikan dunia sebagai sarana untuk mencapai tujuan langit [akhirat]. Brjual belilah dengan Allah, maka akan selalu mendapatkan keuntungan, baik dunia maupun akhirat. Bersegeralah menjemput amal kebaikan, bergeralah untuk mulai menyusun tangga menuju langit. Jika kita diam tanpa gerak, maka keinginan untuk mendapatkan surga adalah khayali [tidak nyata].

Tak ada istilah mager [tak bergerak] untuk urusan akhirat. Dan ladang-ladang itu begitu luas untuk digarap. Problemtika kehidupan yang makin rusak butuh solusi yang benar dan pasti, dan itu hanya ada pada Islam. Islam mengatur semua urusan kehidupan dengan aturan Allah Swt. 

Jadi tunggu apalagi? Bangkit dan bekerjalah untuk agama Allah agar bisa mendapatkan kehidupan yang gemah ripah loh jinawi atau baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur adalah sebuah negeri yang mengumpulkan kebaikan alam dan kebaikan perilaku penduduknya. Negeri yang rahmatan lilalamin.

Bagaimana memulai gerak yang istikamah :

Tetapkan tujuan hidup semata untuk mendapatkan akhirat. Merubah tolok ukur kebahagiaan semata untuk rida Allah Swt..
Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.” [QS Al. Anam : 162]

Bekali diri dengan ilmu, karena ilmu adalah modal untuk menyampaikan kebenaran dengan baik, sehingga diterima oleh orang lain, ilmu bisa merubah mind set pemikiran seseorang.

Sampaikanlah walau hanya 1 ayat [dakwah] adalah tugas wajib bagi semua muslim. Hanya satu ayat, Allah tidak membebani seseorang, semua sesuai dengan kemampuannya.

Kerahkan kemampuan semaksimal mungkin. Sudahkah para pengemban dakwah maksimal dalam hal ini? Sehingga musuh-musuh Islam gentar.
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya.” [QS. Al Anfal : 60]

Istikamah dalam melakukan amal kebaikan [Islam]. Rubah wajah dunia dengan opini-opini Islam baik offline [darat, dunia nyata] maupun online [dunia maya, digital]

Lakukanlah semua itu hingga Allah menentukan lain [meninggal], dan kita tak lagi bisa melakukan apa-apa. Selama ruh masih dalam badan bergerak terus hingga Islam mencapai kegemilangannya lagi dengan tegaknya Daulah Islamiyan yang terakhir. Wallahu a'lam bishawab.

Ngawi, 17 Januari 2023

Baca juga:

0 Comments: