Headlines
Loading...
Oleh. Firda Umayah

"Maaf, aku izin sebentar ya. Nanti balik lagi ke sini," ucap Lusi kepada teman-temannya.

Teman-temannya mengangguk. Mereka tak pernah khawatir dengan sikap Lusi. Bagi mereka, Lusi adalah orang yang bertanggung jawab atas semua tugasnya. Meski Lusi berbeda agama dan negara dengan mereka, namun bahasa Inggris Lusi sangat baik dan dapat berkomunikasi dengan baik.

Ya, Lusi adalah mahasiswi asal Indonesia yang mendapatkan beasiswa ke Australia. Lusi kini semester 3 jurusan jurnalistik di kampus Melbourne.

Saat ini, Lusi sedang melakukan kerja kelompok bersama teman-temannya. Ia izin pergi sejenak karena ia harus menunaikan salat zuhur yang hampir habis waktunya.

Lusi bergegas memasuki toilet wanita. Ia lalu melipat kedua lengan bajunya bersiap wudu dengan air wastafel. Ini ia lakukan karena di kampus Lusi tak membolehkan air membanjiri kamar mandi. Namun, di saat ia sedang berwudhu, seorang perempuan yang lebih tua menegurnya.

"Apa yang kamu lakukan? Airnya jatuh menetes mengenai lantai," ucap perempuan yang ia ketahui kakak tingkat atasnya.

Lusi menjelaskan bahwa ia sedang wudu tanda akan melakukan salat. Namun perempuan itu tampak tak senang dan bertanya kepada Lusi.

"Apakah kamu muslim yang baik?" tanya perempuan itu.

Lusi yang bingung ingin menjawab pertanyaan itu. Namun seorang perempuan yang nampak lebih tua dari keduanya tampak mencegah Lusi.

Perempuan paruh baya itu mengajak kakak tingkat Lusi berbicara. Tak lama ia pergi meninggalkan kamar mandi. Perempuan paruh baya itu lalu menyapa Lusi dan berkata, "Lain kali, jangan kamu jawab pertanyaan seperti itu. Itu adalah bentuk penghinaan terhadap agamamu."

Perempuan itu lantas memperkenalkan dirinya. Ia adalah salah satu dosen di kampus Lusi. Ialah Mom Angel, begitu sapaannya. Rupanya, Mom Angel memiliki sahabat yang juga muslim dari kampus lain. Sahabat sering menceritakan usaha yang ia lakukan saat kesulitan mencari masjid di sekitar kampus. 

Lusi bergegas menyelesaikan wudunya. Ia harus mencari tempat salat segera. Melihat kekhawatiran dalam raut wajah Lusi, Mom Angel lalu menawarkan Lusi salat di ruang dosen miliknya.

"Salatlah di ruangku. Di sana aku jamin tidak ada najis, tidak ada juga salib atau patung," pintanya kepada Lusi.

Lusi segera mengikuti Mom Angel menuju ruang dosen miliknya. Semua mata memandang saat Lusi, gadis berkerudung dan bergamis itu mengikuti langkah Mom Angel. 

Lusi akhirnya bisa salat dengan tenang. Mom Angel lalu tersenyum melihat wajah Lusi saat khusyuk saat berdoa. Mom Angel lalu bertanya, apa permintaan doa Lusi kepada Allah Swt.

Dengan wajah tersenyum, Lusi menjawab bahwa ia meminta istikamah dalam iman dan Islam serta bisa menjadi pengantar masuknya orang-orang ke dalam agama Islam.

Mendengar jawaban itu, Mom Angel sangat terkejut. Selama ini saat ia bertanya kepada teman muslimnya, ia tak pernah mendapatkan jawaban itu. Mom Angel lalu bertanya banyak hal mengapa Lusi memanjatkan doa seperti itu.

Tak terasa, waktu salat asar telah tiba. Lusi kembali meminta izin salat di ruang Mom Angel. Suasana hening kembali menerpa. Usai salat asar, Lusi pamit dan kembali kepada teman-temannya yang telah menunggu lama.

"Lho, kemana Adel dan Charlotte?" tanya Lusi kepada Alyne.

"Mereka sudah pergi mencari makan. Kamu dari mana saja Lusi? Tumben kamu lama sekali," tanya Alyne.

Lusi lalu bercerita apa yang terjadi padanya. Alyne mendengarkan dengan saksama cerita Lusi. Ia lalu berkata, "Kamu memang gadis yang taat pada tuhanmu. Aku salut padamu."

Sore itu, Alyne lalu pamit kepada Lusi dan menyerahkan sisa tugas kelompok kepada Lusi. Lusi bersyukur bahwa di tanah rantau ia masih dikelilingi orang-orang baik yang melindungi dirinya. Ia terus bertekad untuk menjadi muslimah yang baik agar ia dapat mengajak teman-temannya tertarik untuk mempelajari Islam. [ ]

Baca juga:

0 Comments: