Headlines
Loading...
Oleh. Iis Nopiah Pasni

"Bun, Abang mau main bola kaki, boleh nggak?" tanya Abi meminta izin pada Bundanya.

"Boleh, tapi setelah salat Asar ya," kata Bunda Isna pada anaknya lagi.

"Iya, sudah salat Asar ya Bun," kata Abi lalu masuk rumah dan menonton film kartun Nussa dan Rara bersama Adik Hani.

"Bun, hafalan Abang surat Adh-Dhuha sudah hampir selesai. Semoga nggak ada salahnya lagi ya Bun," kata Abi bercerita pada Bundanya.

"Iya, hafalannya harus semangat, biar bisa segera hafal dan dapat banyak pahala," kata Bunda menyemangati Abi sambil membuat kopi untuk ayahnya Abi.

Abi bersiap pergi ke masjid. Azan berkumandang. Abi pun berangkat ke Masjid Istiqomah. Tak lama, kakaknya Abi pulang sekolah.

"Bi, bareng aja pakai motor," ajak kakaknya. Lalu Abi naik motor dibonceng kakaknya.

Pulangnya, Abi dan kakaknya juga pulang bersama.

"Bun, Abang salatnya nggak bercanda tadi," kata Abi pada Bundanya.

"Masya Allah. Gitu dong keren, salatnya yang khusyuk. Jadi tak main-main," puji Bunda Isna pada anaknya itu.

Senyumnya begitu merekah ketika dipuji Bundanya.

"Kenapa nggak boleh salat sambil bermain Abang Abi?" tanya Bunda Isna ingin tahu jawaban anaknya.

"Ya nggak boleh Bun. Kan lagi menghadap Allah," kata Abi spontan sambil tersenyum lagi.

Allah itu Maha Melihat dan Maha Mendengar apapun yang dilakukan hamba-Nya.

"Bun, Abi kalau salat di Masjid, biasanya dekat ayah atau kakak," kata Abi bercerita.

"Kenapa?" tanya Bunda ingin tahu responnya. Dengan serius Abi menjawab,
"Kalau dekat temannya Abi, nanti jadi bercanda, hehe," katanya lagi sambil tersenyum dan memperlihatkan giginya.

"Bun, kalau ke masjid itu Abi mesti berpakaian yang rapi, pakai baju Koko terus pake peci," katanya lagi dengan mantap.

"Kalau pakai pakaian harian buat main, bawaannya mau main mulu," katanya polos.

"Iya Bang, kalau ke masjid, berpakaian rapi dan bersih agar ibadahnya khusyuk dan nyaman," kata Bunda sambil memeluk anaknya itu.

"Ada Allah, Allah lagi dan lagi," kata mereka hampir bersamaan. Mereka terus mengazzamkan semua anggota keluarga bahwa ada Allah, Allah lagi dan lagi.

"Adik, peluk," kata Dik Hani tiba-tiba sambil merentangkan kedua tangannya pada Bundanya.

"Eh, Si Adik udah bangun ya, sini Bunda peluk," kata Bunda sambil merentangkan kedua tangannya pada Dik Hani. Mereka berpelukan bertiga.

"Bun Adik," kata Dik Hani lalu mendorong Abangnya. Tentu saja Abi dan Bunda tertawa geli melihat tingkah Dik Hani yang baru tidur itu tak membolehkan abangnya memeluk bundanya.

"Dik Hani, Bundanya ya Bunda sama-sama," kata Bunda sambil memeluk Abi dan Hani.

"Sayang Abang, Dik," pinta Abi pada Dik Hani. Hani lalu mencium kening Abi.

"Sayang Bunda juga, Dik," kata Abi pada Dik Hani lalu Dik Hani mencium kening Bundanya juga.

"Gitu dong, Si Cantik sekarang ayo kita mandi," ajak Bunda pada Dik Hani.

"Oke," jawab Dik Dik Hani langsung mengangguk ikut ke kamar mandi.

Abi bermain bersama temannya Abil dan Farel, mereka bermain menggunakan ban bekas mobil yang dijadikan tempat duduk. Ban tersebut diberi papan di atasnya. Jadi mereka bertiga bisa duduk dan bermain di sana.

Hidup itu indah. Teruslah jadi anak tangguh dan yakin bahwa Allah selalu ada untuk kita.

Muara Enim, 07 Februari 2023

Baca juga:

0 Comments: