Headlines
Loading...
Oleh. Rahma Ummu Zubair

Pada Ahad siang, Ratna mempersiapkan seragam sekolah milik Ghazi dan merapikan lemari baju milik ketiga anak laki-lakinya. Saat itu, Ratna menemukan celana Hafiz yang sobek cukup lebar. Dia pun bergegas mengambil kota benang untuk menjahit celana Hafiz.

"Umi, Ghazi kasihan kepada sepupu Abdul yang ditinggal pergi oleh ibunya untuk bekerja di jauhnya, jauuuh banget, Mi. Katanya di Malaysia. Emang jauh banget ya, Mi?" tanya Ghazi penasaran.

"Iya, Nak!" jawab Ratna.

"Aku ingin kasih hadiah, Mi untuk Farah. Biar Farah senang, Mi dan gak sedih terus," kata Ghazi. "Boleh ya, Mi?" pinta Ghazi.

"MasyaAllah, boleh, Nak!" balas Ratna. "Ghazi ingin kasih apa?" tanya Ratna.

"Boneka," kata Ghazi.

"Emmm, boleh. Setelah selesai menjahit celana adik Hafiz, insyaAllah kita beli bonekanya ya?" tanya Ratna.

"Alhamdulillah, beneran, Umi?" tanya Ghazi dengan wajah sumringah.

"InsyaAllah, beneran, Sayangku, Sholih," balas Ratna.

Ratna dan Ghazi pun berangkat menuju toko boneka yang juga menjual alat-alat menjahit, termasuk benang dan manik-manik lucu. Melihat manik-manik lucu nan menggemaskan itu Ratna pun terbesit untuk membuat tasbih. 

"Zi, Umi punya ide baru, bagaimana kalau kita meronce tasbih dari manik-manik itu?" kata Ratna sambil menunjuk etalase toko yang terpajang manik-manik berwarna warni. "Bisa pakai bentuk bunga-bunga berwarna merah muda untuk hadiahnya Farah," kata Ratna. "InsyaAllah Farah suka, loh," kata Ratna.

"Iya, Umi, Iya! Aku juga mau bikin untuk dijadikan tasbihku," jawab Ghazi.

"Sip," jempol Ratna pun menunjuk hidung Ghazi.

Sepulang dari toko, Ghazi pun belajar meronce manik-manik itu dengan penuh semangat. Meski terlihat susah, namun Ghazi pantang menyerah. Dia terus fokus memasukkan satu persatu manik-manik ke benang senar.

"Mi, kok lubang manik-maniknya kecil banget sih?" tanya Ghazi yang mulai kesal namun tetap serius.

"Kalau lubangnya besar itu namanya roda mobil," kata Ratna dengan candanya.

"Iya, Mi, tapi ini susah," kata Ghazi.

"Bismillahirrahmanirrahim, semangat, Mas! InsyaAllah Mas Ghazi bisa menyelesaikan dua tasbih karya terbaik Insinyur Kecilnya Umi Ratna," kata Ratna untuk menyemangati Ghazi.

"Haduh," kata Ghazi hampir menyerah.

Ratna pun menghampiri Ghazi dengan membantu mengambilkan manik-manik untuk dironce Ghazi.

"Wah, pola yang dibuat oleh Mas Ghazi keren banget, MasyaAllah, cantik, Umi jadi juga suka sama tasbihnya. Mas Ghazi memang sip," puji Ratna kepada Ghazi.

"Alhamdulillah, Mi, jadi tambah semangat aku," kata Ghazi.

"Iya, Nak! Semangat! Semangat! Meski masih panjang meroncenya, tapi harus tetap semangat," kata Ratna.

"Enggak kok, Mi ini sudah hampir selesai," kata Ghazi sembari menunjukkan hasil roncenya yang sudah terisi sembilan puluh sembilan manik-manik.

"Kan tasbihnya Mas Ghazi belum dironce?"kata kata Ratna.

"Oh iya, haduh," kata Ghazi lemas.

"Gak apa-apa, Sayang kalau capek bisa dilanjutkan nanti atau besok, kita dahulukan punya Farah ya?" tanya Ratna dengan mengusap kepala Ghazi.

"Iya, Umi," jawab Ghazi kepayahan.

Dan tak lama, tasbih hasil Ghazi ronce pun selesai. Tasbih warna merah muda dengan manik-manik berbentuk bunga yang sangat indah nan cantik diberikan kepada Farah sebagai hadiah untuk bersabar saat ibunya sedang bekerja.

"Ini, Rah hadiah dari Umi dan aku untuk kamu, semoga bermanfaat," kata Ghazi sambil menyodorkan tasbih ke Farah.

"Waaaah, Alhamdulillah, Cantik banget! Alhamdulillah, terima kasih Tante Ratna dan Mas Ghazi, sudah mau berbagi buat Farah, Farah senang banget," kata Farah.

"Iya, Nak Farah, semoga tasbih itu bisa membantu Farah mengingat Allah dengan senantiasa berzikir kepada Allah," kata Ratna.

"InsyaAllah, Tante," balas Farah.

"Jangan bersedih lagi ya, Sayang," kata Ratna sembari memeluk erat Farah seakan anak sendiri. 

"Iya, Tante, Farah senang menerima hadiah ini," kata Farah. "Semoga Allah mudahkan rezeki untuk Tante sekeluarga," doa Farah.

"Aamiin ya rabbal alamin," balas Ratna. "Semoga Farah sekeluarga juga senantiasa diberikan rezeki yang berkah, dan Ibu bisa segera pulang serta bermain dan belajar bareng Farah disini," kata Ratna.

"Iya, Tante,"jawab Farah sambil mengusap air mata yang menetes dari pipi lugunya.

Dan Ratna kemudian memeluk Ghazi seraya berkata, "Terima kasih ya, Mas Ghazi, sudah mau bersabar belajar meronce dan berbagi hadiah dengan teman, MasyaAllah, Mas Ghazi luar biasa,".

"Alhamdulillah, Umi," jawab Ghazi.

Ratna pun menatap wajah Ghazi dengan menjulurkan kedua jempolnya untuk Ghazi. "Sip,"kata Ratna.

Baca juga:

0 Comments: