Cernak
Aku Hanya Takut Sama Allah
Oleh: Dewi Irawati Artati
Malam itu, Azzam dan Revan sholat isyak di masjid kampung mereka. Mereka tak ingin meninggalkan sholat berjamaah di masjid. Karena pahalanya lebih besar daripada sholat sendirian di rumah, yaitu 27 kali lipat dari pahala sholat sendirian. Apalagi suara imam yang sangat merdu, menambah khusyuk dan betah berlama-lama di masjid. Begitulah rutinitas kedua bocah soleh yang masih kelas empat SD tersebut di setiap malam.
Usai sholat, nampaklah mereka berdua keluar dari masjid hendak pulang ke rumah. Kebetulan rumah mereka saling berdekatan, jadi, mereka selalu bersama, baik berangkat maupun pulang. Mereka berjalan beriringan dengan Sarung dislempangkan di pundak.
Jalan yang mereka lewati sangat sepi. Hanya suara jangkrik yang mengerik, dan dedaunan yang bergesekan tertiup angin malam.
Nampaknya Revan mulai ketakutan. Apalagi kanan kiri mereka pekarangan yang dipenuhi pohon-pohon besar dan semak-semak yang rimbun. Sesekali terdengar suara burung hantu, membuat bulu kuduk Revan berdiri.
Ia tak berani menoleh ke belakang. Ia hanya melirikkan matanya ke arah Azzam. Sambil menggandeng tangan Azzam erat-erat.
"Iih...apaan sih Van, jangan kenceng-kenceng dong, sakit nih!" seru Azzam geregetan. "Kamu takut ya."
"Iya nih Zam, serem...! Mana gelap lagi," jawab Revan mulai gemetar.
"Ya Allah, Revan...emangnya kamu takut sama apa? nggak ada apa-apa tuh," Azzam berusaha menenangkan Revan.
"Ya takut sama hantulah atuh..masa kamu nggak takut?" balas Revan heran.
"Hi hi hi Revan...Revan, masih percaya aja sama hantu, makanya jangan suka nonton film horor, ntar ketemu sungguhan lho!" kelakar Azzam menambah ketakutan si Revan.
"Jangan bercanda ah, tambah takut nih,"
"Tenang Revan, kita tuh boleh takut, tapi takut kepada Allah, dan takut kalau berbuat dosa," jelas Azzam sambil menepuk bahu Revan.
Revan memikirkan kata-kata Azzam.
"Kata pak ustadz, orang beriman itu tidak takut terhadap apapun, kecuali dua hal tadi. Masih ingat nggak, kata ustadz Hadi kemarin lusa!" Azzam kembali mengingatkan.
Revan pun manggut-manggut, mencoba mengingat. Berkuranglah rasa takutnya.
"Emangnya takut kepada Allah itu seperti apa?" tanya Revan penasaran.
"Nah, itu dia pertanyaan yang bagus. Kalau kamu takut sama hantu, pasti kamu lari menjauh kan? tapi, kalau takut sama Allah kita tuh malah semakin mendekat. Keren kan...!" Azzam memberi pemahaman kepada Revan. Nampaknya Revan mulai mengerti.
"Terus, gimana dong caranya mendekati Allah, melihatnya saja kita tidak bisa," tanya Revan mulai penasaran.
"Caranya, ya kita mengerjakan semua perintah-Nya, seperti sholat, puasa, mengaji, dan ibadah-ibadah yang lain. Serta kita tinggalkan larangan-larangan-Nya. Misalkan, berbohong, mencuri, menyakiti teman, durhaka kepada orang tua, dan sebagainya." terang Azzam.
"Wah, kamu jago sekali ya, kalau soal agama, kamu pantas jadi ustadz nih zam," seru Revan sambil tertawa, dan lupa dengan rasa takutnya.
Azzam pun tersenyum lega melihat sahabatnya sudah hilang rasa takutnya.
Azzam memang sosok anak kecil pemberani di kampungnya. Apalagi kalau pas main petak umpet di malam hari, ia paling belakang-belakang ditemukan, karena ia suka bersembunyi ke tempat yang ditakuti oleh teman-temannya.
Biasanya anak seumuran dia masih takut sama yang namanya hantu. Tapi orang tuanya telah menanamkan, bahwa di dunia ini tidak ada yang ditakuti, kecuali Allah SWT. Hal itu tertanam di alam bawah sadarmya. Karena itulah dia terkenal dengan keberaniannya.
Sambil terus mengobrol, mereka pun terus berjalan di kegelapan malam. Tiba-tiba ada yang menepuk bahu mereka. Sontak saja si Revan langsung berteriak dan melompat ke arah Azzam. Hampir saja mereka terjatuh. Mereka menoleh ke belakang. Karena sangat gelap, mereka tak mengenali siapa yang di belakang mereka. Lalu ada suara menyapa.
"Assalamualaikum"
"Pak ustadz?!" Seru keduanya bersamaan.
"Iya, ini pak ustadz."
"Waalaikumsalam." Saking kagetnya mereka terlambat menjawab salam.
"Oh, syukurlah. Saya kira siapa tadi. Maaf pak ustadz, saya jadi kaget dan takut," ucap Revan agak tenang.
Pak ustadz dan Azzam pun tertawa.
"Saya sudah dengar semua obrolan kalian tadi. Benar tuh kata Azzam, kita tidak perlu takut pada apapun, kecuali takut kepada Allah SWT."
"Kenapa harus takut kepada Allah pak ustadz?" tanya Revan dengan polos.
"Karena takut kepada Allah akan melahirkan kebaikan dan membuat seseorang selalu berhati-hati dalam menjalankan kehidupan agar tidak melanggar larangan-Nya.
"Wah, dapat tambahan ilmu nih! Terimakasih pak ustadz." ujar Azzam sambil menyenggol pundak Revan.
"Nah, pak ustadz harus belok kanan nih, kapan-kapan kita lanjut lagi ya, assalamualaikum."
Mereka pun menjawab salam dan mencium tangan pak ustadz. Selang beberapa menit sampailah mereka didepan rumah mereka.
"Zam, makasih ya. Mulai sekarang aku nggak takut lagi sama hantu. Aku hanya takut sama Allah. Besok kita ke masjid lagi ya!" seru Revan.
"Siap, van! Semangat!" balas Azzam sumringah sambil mengepalkan tangan dan mengangkat lengannya. Mereka pun menuju rumah masing-masing dengan perasaan lega dan senang. Mereka merasa, bahwa Allah selalu bersama orang-orang yang mau mendekati-Nya.
0 Comments: