Cernak
Allah itu Ada dan Maha Melihat
Oleh. Iis Nopiah Pasni
Muara Enim diguyur hujan. Bunda Isna bergegas mengangkat jemuran di samping rumah.
"Bun, cepat yuk kita angkat bajunya," seru Abi dan ia juga berlari cepat ketika tiba-tiba hujan turun.
"Untung ya Bun, keburu diangkat," celetuk Abi sambil menaruh beberapa baju yang sudah setengah kering ke jemuran.
Tak lama hujan berhenti dan langsung cerah lagi.
"Bun, udah panas lagi," kata Abi pada Bundanya, lalu mereka tertawa bersama karena baru saja mengangkat jemuran pakaian ke teras depan.
Setelah Bunda dan Abi menjemur pakaian lagi, mereka masuk ke rumah.
"Bang, yuk mewarnai," ajak Bunda Isna pada anak ketiganya itu.
"Ayo, Bun," jawabnya antusias. Lalu Abi mengambil pensil warna di dalam tasnya.
Satu persatu pensil warna itu digunakan Abang Abi.
"Taraaa! bagus ngga, Bun?" tanya Abi pada Bundanya.
"Masyaallah, keren Bang," kata Bunda memuji gambar yang diwarnai Abi.
Sekarang Abang Abi mewarnainya sudah rapi, tak keluar garis lagi. Warna yang dipilihnya juga bagus padu padannya. Kalau masih TK dulu mewarnainya masih keluar garis dan pilih warnanya masih belum mengerti.
"Lihatlah Bun, sepatu mereka warnanya sama," seru Abi menunjuk ke gambar yang diwarnainya itu.
"Susah nian mewarnai di tangannya anak cewek, apa lagi kakinya, susah mewarnainya karena kecil, Bun," celoteh si anak tangguh satu ini, terus ia tersenyum puas melihat hasilnya.
"Kenapa kerudungnya ibu dan anak perempuannya sama?"
"Karena biar seragam, Mereka samaan, Bun. hehe," jawabnya lagi sambil tersenyum-senyum sendiri melihat gambar yang sudah selesai ia mewarnai.
"Lihatlah, Bun. Bapak sama anak lelakinya juga samaan peci dan sarungnya, samaan warna hijau," celotehnya lagi.
"Kalau perempuan 'kan harus berkerudung, Bang. mengapa begitu? pancing Bundanya ingin tahu jawabannya.
"Abang nggak tahu, Bun," jawabnya polos sambil melihat ke arah Bundanya sebentar.
"Karena berkerudung itu hukumnya wajib bagi perempuan, Bang," jawab Bunda lalu segera mengambil foto gambar yang sudah diwarnai Abang Abi.
"Kalau nggak pake kerudung, berdosa ya Bun?" tanyanya penasaran. Bunda menatap Abi sebentar lalu menjawab pelan,
"Iya Abang Abi, karena wajib maka ketika tidak dikerjakan mendapat dosa," kata Bunda.
"Kalau dikerjakan mendapat pahala," kata mereka hampir bersamaan.
"Bun," panggil Dik Hani tiba-tiba lalu mendekat ke arah Bundanya.
"Dun, Dun," kata Dik Hani lalu memberikan kerudungnya kepada Bunda, Ia ingin dipakaikan kerudungnya.
"Sini, Bunda pakaikan," kata Bunda lalu Ia memakaikan kerudung berwarna hitam pada anak bungsunya itu.
Dik Hani tersenyum lalu bicara spontan. "Aciiih," katanya dengan nada lucu miliknya.
"Cantiknya, masyaallah," puji Bunda pada anaknya itu.
"Dik Hani masih kecil udah pake kerudung ya Bun," kata Abi spontan.
"Iya biar disayang Allah ya nak," kata Bunda Isna sambil menggendong Dik Hani.
"Allah itu ada dan maha melihat," kata Bunda Isna dan Abang Abi berbarengan.
"Dik Hani mau kemana sih, udah pake kerudung?" tanya Bunda pada si kecil.
"Main," jawab Dik Hani sambil menunjuk ke arah Poskamling di seberang rumah mereka.
"Oke, ayo kita main," kata Abang Abi lalu menemani Dik Hani main pasir dan batu kecil yang ditaruhnya di plastik bekas minuman mineral.
Mereka berdua bermain bersama, tak lama kucing kesayangan mereka Si Memey juga ikut mendekat dan duduk di samping Dik Hani.
Ada Allah dan Allah Maha Melihat.
Muara Enim, 21 Februari 2023
0 Comments: