Headlines
Loading...
Oleh. Iis Nopiah Pasni

Abi duduk di poskamling seberang rumahnya, tak lama ada Bapak-bapak petugas PLN yang sedang melakukan pemeriksaan kabel.

Abi memperhatikan apa yang dikerjakan si petugas tersebut. Bunda Isna dan Hani duduk di teras depan bermain bersama kucing kesayangan, Si Memey.

Abi tersenyum sumringah sambil membawa kardus kecil dan sebuah plastik berbentuk segi empat bergaris-garis.

"Bun, Abi dikasih kardus sama ini," kata Abi dengan perasaan bahagia. Ya ternyata  bahagia itu memang sederhana.

"Bun, Abang mau bikin kereta Abi dari kardus ini," katanya lalu meletakkan kardus tersebut di teras depan. Abi masuk ke rumah lalu mengambil kardus besar satu lagi.

Nampak Kardus sudah disusunnya ke belakang.

Abi tersenyum puas, ditangannya ada sebuah tali warna hitam yang ingin diikatkannya di kardus.

Abi lalu melubangi kardus tersebut dengan ujung pegangan sendok makan.
Setelah dilubangi, talinya dimasukkan. Entahlah mungkin maksudnya seperti kekang kalau berkuda.

Imajinasi dan kreatifitas Abi memang luar biasa. Dik Hani juga mau ikut.

"Ni, ikut," kata Dik Hani sambil mendekati kardus kecil dan duduk di sana dengan senyum mengembang.

Tawa Abi dan Hani terdengar saat bermain bersama. 

"Naik kereta api Tut, Tut, Tut, siapa mau ikut,"  kata Abi menyanyikan lagu Naik Kereta Api. Tapi kali ini kereta apinya terbuat dari kardus.

Satu kardus besar dan satu lagi kardus kecil disusunlah kardus tersebut, Dua anak tangguh ini main bersama.

Abi masuk ke dalam kardus besar sedangkan Hani duduk di kardus yang kecil.
Sesekali terdengar gelak tawa mereka berdua, Masyaallah senangnya.

"Jalan kereta api itu namanya rel ya Bun?" tanyanya polos.

"Iya dan rel itu hanya bisa dilalui kereta api saja, Bang," jawab Bunda.

"Bang gimana kalau kereta apinya keluar dari relnya?" tanya Bunda Isna ingin tahu jawaban dari anak lelakinya itu.

Abi nampak berpikir sejenak. 
"Ya kereta apinya kecelakaan, jatuh Bun," kata Abidzar mantap.

"Ya begitu juga kita, Bang. Relnya manusia itu ya ajaran Islam," kata Bunda menjelaskan.

"Apa yang terjadi kalau tak ikuti ajaran Islam? ya nanti bisa celaka, mendapat siksa," kata Bunda lagi.

"Nah, kalau ikuti relnya akan selamat ya Bun," kata Abi spontan.

"Iya, kalau ikuti ajaran Islam akan selamat dunia dan akhirat ya Bang," kata Bunda lagi.

"Abi mau Bun, selamat dunia akhirat," kata Abi sambil tersenyum tulus. 

"Nah kalau mau Abi harus apa?" tanya Bunda lagi.

"Harus salat, puasa, ngaji, ngasuh Dik Hani, kasih makan Si Memey, sayang orang tua dan saudara," kata Abi panjang lebar.

"Ya betul, harus taat sama Allah dan Rasulullah," kata Bunda Isna lagi.

Anak tangguh hari ini belajar bahwa hidup harus mengikuti ajaran Allah yaitu Islam, harus taat sama Allah Subhanahu Wata'ala dan Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam.

"Bun, Ini botol susunya Dik Hani," kata Abi tiba-tiba sambil memberikan botol susu itu ke Bundanya.

"Bun, Tutu," kata Dik Hani yang mau minum susu.

"Masyaallah, ternyata Abang anak tangguh yang cepat tanggap membantu Bunda," puji Bunda Isna pada Abang Abi.

Senyum Abi mengembang, Ia lalu memeluk Dik Hani penuh kasih sayang.

"Abang, sayang Dik Hani," kata Abang Abi pada Dik Hani yang masih duduk santai di kereta api dari kardus bekas ala Abang Abi.

"Allah itu ada, Ikuti ajaran Allah lagi dan lagi, Bun," kata Abi sambil tersenyum melihat kearah orangtuanya.

Muara Enim, 22 Februari 2023

Baca juga:

0 Comments: