Headlines
Loading...
Oleh. Ana Mujianah

Hari Senin, seluruh siswa dan siswi SD Cendekia melaksanakan puasa sunah. Karena semua sedang puasa, maka kantin sekolah pun tutup. Saat jam istirahat anak-anak mengisi waktu mereka bermain atau membaca di perpustakaan sekolah. 

Seperti Faza dan Abid hari itu. Dua sahabat ini bergegas menuju perpustakaan ketika bel berbunyi. Di perpustakaan, Abid asyik membaca buku bacaan tentang sains. Sedangkan Faza terlihat serius menggambar. 

"Faza, kamu lagi gambar apa?" tanya Abid yang duduk di sebelah Faza. Faza memang hobi menggambar.

"Aku lagi gambar pesawat tempur," jawab Faza sambil corat-coret di buku gambarnya.

"Lihat, dong!" Abid berusaha mengambil buku gambar Faza. Faza segera menarik kembali bukunya.

"Ntar dulu belum selesai gambarnya, Abid!" kata Faza. Namun, Abid sudah tidak sabar ingin segera melihat gambar Faza.

"Sebentar doang! Pelit amat." Abid terus memaksa Faza untuk meminjamkan buku gambarnya. 

"Enggak, entar dulu!" Faza kekeh mempertahankan bukunya. Akhirnya, terjadilah tarik-menarik buku gambar antara Faza dan Abid.

"Kreeek!" Buku gambar Faza pun robek.

"Abiid! Tuh kan jadi sobek buku gambar aku!" teriak Faza membuat semua yang ada di perpustakaan menoleh ke arah mereka.

"Ada apa, Faza, Abid?" Bu Mila menghampiri kedua anak laki-laki yang sedang bersitegang itu.

"Abid, Bu!" sahut Faza dengan wajah memerah.

"Maaf, Faza. Aku nggak sengaja." Abid berusaha meminta maaf sambil mengulurkan tangannya. Namun, Faza yang masih kesal membuang muka sambil melipat tangan.

"Ayo, ayo, duduk dulu sini," ajak Bu Mila.

"Cerita dulu sama Bu Mila, awalnya tadi gimana? Kenapa kalian sampe berantem?" 

"Abid ngerobekin buku gambar saya, Bu," jawab Faza sambil menunjukkan buku gambarnya yang robek  

"Tapi saya nggak sengaja, Bu. Saya cuma mau lihat gambar Faza sebentar. Tapi, Faza pelit!" Abid tak mau kalah.

"Bukan aku pelit, tapi tunggu dulu belum selesai. Tapi kamunya nggak sabar." Dua sahabat itu sahut-sahutan membela diri. Sementara Bu Mila dengan sabar mendengarkan mereka.

"Sudah? Sudah selesai memberikan alasannya masing-masing?" tanya Bu Mila. Faza dan Abid saling diam.

"Abid ... lain kali kalau ingin pinjam barang temannya, bersabar ya, Nak. Kalau temannya belum berkenan meminjamkan, nggak boleh maksa." Abid manggut-manggut mendengar nasihat Bu Mila.

"Sedangkan Faza, anak saleh, tadi Abid kan sudah bilang nggak sengaja, terus Abid juga sudah minta maaf. Apakah Faza nggak mau memaafkan?" tanya Bu Mila kepada Faza yang masih cemberut.

"Allah saja Maha Pemaaf, lho. Allah mengampuni hamba-hamba-Nya yang mau meminta ampun dan bertaubat. Dan kata Allah, barangsiapa yang mau memaafkan kesalahan saudaranya akan diberikan pahala yang besar."

"Faza nggak mau dapat pahala dari Allah?" bujuk Bu Mila dengan sabar sambil menunggu marahnya Faza mereda.

"Kalau kita saling memaafkan, insya Allah kita akan punya banyak teman juga." Faza mulai mengangkat mukanya.

"Abid kan teman Faza. Kalau Faza nggak mau maafin Abid, maka Abid nanti jadi nggak berteman lagi sama Faza. Faza nggak mau kehilangan Abid sebagai teman, kan?" Nasihat Bu Mila perlahan membuat merah di wajah Faza sedikit berkurang.

"Ya sudah. Aku maafin Abid. Tapi Abid janji, nggak boleh maksa lagi," ucap Faza sambil mengulurkan tangan. Abid pun segera meraih tangan Faza. 

"Makasih banyak ya, Faza. Maafin aku. Jangan marah lagi ya. Kita tetap temenan kan, Faza?" kata Abid sambil memeluk Faza erat.

Baca juga:

0 Comments: