OPINI
Anak jadi Pelaku Kejahatan Seksual terhadap Anak, Salah Siapa?
Oleh. Mila Sari, S. Th. I (Pendidik Generasi)
Fakta bahwa anak Indonesia rentan menjadi penjahat seksual adalah musibah besar bagi bangsa ini. Generasi muda adalah calon pemimpin pada generasi mendatang, bagaimana mungkin mereka bisa memimpin jika mereka tumbuh dalam kondisi trauma?
Sepanjang tahun 2022 kemarin, KPAI menerima hampir 5000 aduan. Pengaduan paling tinggi adalah klaster Perlindungan Khusus Anak (PKA) sebanyak 2.133 kasus. Kasus tertinggi adalah kasus anak menjadi korban kejahatan seksual. (Republika.co.id, 22/1/23)
Kasus kekerasan yang dialami oleh anak bukanlah fakta baru, kasusnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan kali ini kasus yang terjadi, pelakunya tidak disangka-sangka yaitu anak-anak. Jadi, ada situasi dimana anak menjadi pelaku kekerasan seksual terhadap anak.
Hal ini tak terlepas dari faktor sistemik. Negara yang seharusnya menjadi rain dan junnah (pengatur dan pelindung) bagi umat, nyatanya berlepas tangan pada tanggung jawab yang semestinya dipikul. Bahkan terkait hal yang akan menjadi pemicu perusak generasi pun, negara tidak sigap dan tak pula mampu memberi solusi yang solutif. Alhasil kasus kejahatan seksual, hamil di luar nikah, aborsi, pembunuhan dan lain sebagainya menjadi kasus-kasus yang banyak terjadi di bumi pertiwi ini.
Adapun faktornya pemicunya, jelas tersebab karena tidak diterapkannya aturan hidup yang bersumber pada aturan Yang Maha Benar, yaitu Al-haq dalam setiap aspek kehidupan, termasuk aturan bernegara dan bersosial di tengah-tengah masyarakat. Sehingga kondisi masyarakat tidak lagi hidup dalam kondisi yang ideal tapi penuh dengan sekelumit problem yang terus saja bertambah dari waktu ke waktu.
Dalam Islam, jelas setiap kita memiliki fungsi dan peran masing-masing sesuai apa yang telah diatur oleh Sang Pencipta dan Pengatur segala sesuatunya. Dengan peran-peran yang berjalan teratur dan sistemik, terbentuklah pilar negara Islam yang akan menjadi penopang kesejahteraan dan keteraturan hidup di dunia ini serta selamat pula hingga negeri akhirat kelak. Semua karena kita sebagai seorang muslim, tidak hanya mencukupkan kehidupan dunia ini saja tapi visi yang menembus negeri keabadian, yaitu akhirat yang kekal selamanya. Di situlah semua amal terbalaskan dengan adil.
Peran individu-individu yang paham akan kewajiban dan mengamalkan ilmu, menjadikan ia pribadi yang bertakwa. Pribadi yang mampu menjaga diri dari amarah sang Ilahi Rabbi dan menjauhkan setiap perbuatannya dari jurang neraka jahannam. Kontrol sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat pun, menjadikan individu di tiap lapisan masyarakat tersadarkan dari setiap kelalaian dan kezaliman, hingga mampu bersikap dengan adil dan bijak. Sehingga fungsi negara sebagai rain dan junnah, sebagai pengontrol pelaksana hukum Syara' bisa berjalan dengan baik, mengantarkan masyarakat dan umat ini kepada sebuah tatanan peradaban yang mulia, sejahtera dan penuh limpahan barokah.
Daulah mengatur tatanan sosial dan seluruh tatanan kehidupan secara apik sebagaimana mestinya berjalan selayaknya kehidupan pada masa nabi saw, para sahabat dan para khalifah saat memimpin kaum muslimin.
Namun hal itu memanglah tidak mudah. Butuh keseriusan usaha, kekuatan tekad, perjuangan yang luar biasa dan kekuatan pemikiran untuk mewujudkannya kembali. Perjuangan ini adalah perjuangan untuk kembali mengkaji Islam secara sempurna dan menyeluruh, memahami dan mengaplikasikannya dalam kehidupan. Butuh untuk disebarluaskan agar seluruh umat memiliki pemahaman dan perasaan yang satu, yaitu rindu untuk kembali diatur oleh Syariat Islam.
Semoga dakwah Islam mudah diterima oleh umat, sehingga dakwah dan pemikiran Islam yang nota bene-nya adalah milik umat segera kembali pada pemiliknya. Sudah selayaknya kita merasa enggan, jenuh dan marah diatur oleh sistem buatan manusia yang sesat dan menyesatkan. Sudah seharusnya kita benci pada sistem yang menjadikan muslim terhina dan syariatnya dilecehkan.
Lantas alasan apa lagi yang membuat kita tetap bertahan dalam sistem ini? Yang kita butuhkan hanyalah Islam bukan Kapitalis yang terus menjajah dan menghisap darah umat ataupun Sosialis yang hanya bisa menciptakan kezaliman berkepanjangan.
Wahai generasi muslim, bangunlah dari tidur panjang yang melenakan hingga menjauhkan kita dari kemenangan dan kebangkitan. Wahai para pemimpin umat, putuskanlah setiap perjanjian batil dan kebijakan-kebijakan yang menumbalkan dan menzalimi umat. Wahai kaum muslimin seluruh dunia, bangkitlah dan berjuanglah untuk kembali menegakkan syiar-syiar agama Islam nan mulia ini. Hingga Muhammad Al-Fatih, Salahuddin Al-Ayubi, Sulaiman Al-Qanuni, Umar bin Khattab, Khalid bin Walid serta sederetan nama-nama pejuang agama Allah Swt. yang mampu mengubah tatanan dunia dan yang berpengaruh sejak zamannya hingga hari ini, bahkan hingga hari akhir kelak akan kembali lagi di era sekarang ini. [ ]
0 Comments: