Headlines
Loading...
Oleh. Iis Nopiah Pasni

Kamis pagi ini Kota Muara Enim diguyur hujan sebentar. Abi diantar bunda pergi ke sekolah. Sedangkan Dik Hani di rumah bersama ayahnya. Pada jam 10.00 WIB, ayah menjemput Abi di sekolah. Abi pulang tepat waktu.

"Assalamualaikum, Bunda," ucap salam Abi ketika sampai di depan pintu.

"Wa 'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh, ganteng," jawab Bunda Isna lalu ia memberikan baju harian pada Abang Abi.

"Bismillahirrahmanirrahim, Bismillahi walajna wabismillahi kharajna wa ala robbina tawakalna," ucap Abi sembari membaca doa masuk rumah.

Anak saleh dan ganteng itu kini sudah hampir berumur tujuh tahun. Bunda mengajaknya bermain bersama dengan kegiatan mewarnai. Dik Hani juga diajak.

Tampak Abi kali ini menyiapkan peralatan tulisnya. Ia mengatakan pada bunda bahwa ia ingin menggambar mobil. Dikeluarkannya kertas dan pena. Disiapkan juga pewarnanya. Kemudian ia sibuk mencari kuas.

Abi celingukan mencari kuasnya di bawah meja dan kursi ruang tamu.

"Bun, lihat kuas Abang nggak?" tanya Abi sambil tangannya merapikan beberapa botol pewarna.

"Tadi pagi Dik Hani yang pinjam, Bun," katanya menjelaskan.

"Abang lupa mengambilnya sebelum pergi sekolah tadi pagi," katanya lagi.

"Bunda nggak lihat, Bang," jawab Bunda Isna singkat lalu Bunda Isna langsung ikut membantu Abang Abi mencari kuas yang hilang.

"Dik Hani, di mana Adik taruh kuas tadi?" tanya Bunda pelan pada anak bungsunya yang bulan depan genap berusia dua tahun itu.

Dengan cepat Dik Hani menunjuk ke segala arah.
"Tu, Bun!" jawabnya sambil terus menunjuk sembarang tempat.

Tentu saja Bunda Isna dan Abi tertawa melihat tingkah lucunya.

"Dik Hani, Dik Hani, ada-ada aja," kata Abi sambil tertawa geli. Dik Hani malah ikut tertawa, Ya Allah ternyata bahagia itu sederhana ya.

"Aha! Alhamdulillah Bun, Abi punya ide. Kalau nggak ada kuas, ya pakai 'cotton bud' aja," kata Abi dengan penuh semangat.

Segera Ia mengambil beberapa 'cotton bud' untuk menjadi kuasnya. Abi mulai membuka tutup pewarna itu lalu memasukkan 'cotton bud' tadi perlahan-lahan agar tak terlalu banyak pewarnanya. Mulailah ia menggunakan 'cotton bud' tersebut.

Tentu saja pewarna itu jadi menempel ke tangan Abi dan Hani, bajunya dan juga lantai.
Tak ketinggalan juga area muka Abi dan muka Hani sudah berwarna merah terkena pewarna itu.

Bunda tersenyum geli melihat Abi dan Hani yang sudah 'coreng moreng'.

"Kenapa Bunda?" tanyanya bingung. Bunda langsung mengambil foto wajah Abi dengan ponselnya.

"Hahaha, lucu sekali," kata Abi ikut tertawa geli melihat wajahnya yang sudah penuh pewarna.

"Bun, nggak apa-apa kan?" tanya Abi lagi.

"Nggak," jawab Dik Hani spontan. hal ini langsung disambut tawa Bunda dan Abi.

Tak lama, beberapa gambar telah jadi. Abi meminta bundanya untuk mengambil foto hasilnya menggambar dengan memakai 'cotton bud' itu.

Cekrek!

Beberapa foto hasil jepretan Bunda Isna langsung diperlihatkan pada Abang Abi.

Senyum merekah menghiasi wajah Abi, jelas sekali menyukai hasil jepretan Bundanya.

"Keren kan, Bun?" tanyanya percaya diri memuji hasil karyanya sendiri.

"Ya keren, sayang," kata Bunda Isna. Lalu mereka merapikan kembali kertas, pena dan pewarna tadi.

Hari ini Abi dan Hani bermain pewarna dan belajar menggunakan alat-alat yang tersedia di rumah.

Tak ada rotan akar pun jadi. 
Tak harus kuas, 'cotton bud' pun jadi.

'Man jadda wa jadda'. 
Siapa yang selalu bersungguh-sungguh melakukan sesuatu, Insya Allah bisa.

Ingatlah ada Allah, Allah lagi dan lagi.

Waktu Zuhur tiba. Abi berangkat ke Masjid Istikamah sendiri. Masya Allah. Si anak tangguh dan kreatif beraksi.

Muara Enim, 2 Februari 2023

Baca juga:

0 Comments: