Cernak
Asyiknya Panen Cabe
Oleh. Iis Nopiah Pasni
Pagi-pagi sekitar pukul 7.30 Wib, Abi dan Hani main di samping rumah mereka.
Bunda sedang memetik cabe yang sudah merah.
Ada sekitar lima pohon cabe yang sudah banyak cabe yang merah.
Empat pohon cabe ditanam di tanah, sedang satunya di dalam pot di depan rumah.
Empat pohon cabe itu terus berbuah setiap hari. Masyaallah luar biasa Bunda, Abi dan Hani jadi jarang membeli cabe untuk kebutuhan memasak di rumah mereka.
Seperti hari ini, Abi dan Hani jadi penasaran. Melihat Bunda mereka begitu senang memetik cabe tersebut.
"Ya Allah, cabenya banyak yang sudah merah ya Bun," kata Abi antusias saat memperhatikan Bundanya yang sedang memetik cabe tersebut.
"Bun, mau dong," kata Abi pada Bundanya.
"Mau makan cabe?" tanya Bundanya sambil tersenyum geli pada anaknya itu.
"Ih, Bunda ni, mau bantuin metiknya, boleh?" tanyanya lagi.
"Tentu boleh, dong," kata Bunda sambil terus memetik cabe merah.
Dik Hani juga membantu Bundanya, Hani memetik cabe tersebut dengan cara menarik cabe yang bisa diraihnya dengan penuh semangat lalu memberikannya pada Bundanya.
"Makasih, Adik," kata Bunda sama Adik Hani yang memberikan cabe masih hijau hasilnya memetik tadi.
Tentu saja Abi dan Bunda senyum melihatnya. Hani sumringah.
"Masyaallah si Adik pinter banget ya," puji Bunda pada Adik Hani.
"Yang sudah merah 'kan Bun?" tanya Abi pada Bundanya. Lalu memetik langsung tiga cabe yang berwarna merah.
"Alhamdulillah ya Bun, cabenya banyak," kata Abi lalu memberikan tiga cabe tersebut pada Bundanya.
"Siapa yang menumbuhkan cabe, Bun?" tanya Abi tiba-tiba.
"Siapa ayo?" tanya Bunda berbalik tanya, ingin Abi menjawabnya.
"Allah," jawab Abi lagi sambil tersenyum tulus. Bunda lalu memuji anaknya itu.
"Masyaallah, pinter ya," kata Bunda lagi.
"Jadi segala yang ada di bumi dan di langit itu semuanya diatur oleh siapa Bang?" tanya Bunda lagi.
"Allah," jawab Abi bersemangat. Sedini mungkin ananda mengetahui bahwa Allah itu ada, Allah itu Sang Khaliq Al-Mudabbir.Ya Allah itu Sang pencipta dan Maha Pengatur segalanya baik di bumi dan di Langit. Allahu Akbar!
Mereka memetik cabe dengan penuh bahagia, tanda syukur atas segala nikmat dari Allah.
"Bun, Abi mau belajar menanam cabe seperti Bunda," kata Abi meminta diajari menanam.
Ya menanam itu sedekah, siapapun menanam nanti akan memetik hasilnya.
Begitupun amal jariahnya, siapapun yang berbuat amal akan memetik hasilnya berupa pahala dan rida Allah, dan akan mendapat surga yang dijanjikan Allah, masyaallah.
"Ayo," jawab Bunda Isna singkat. Lalu Ia mengambil dua polibag yang sudah berisi tanah hitam, satu untuk Abi dan satu lagi untuk Dik Hani.
"Biji cabenya taruh di sini 'kan Bun?" tanya Abi lalu mencontoh apa yang dilakukan Bundanya.
Ternyata menanam itu menyenangkan dan mudah ya. Dengan Bismillah, masukkan tanah ke polibag lalu isi tanah hitam, lubangi sedikit, taruh biji cabenya lalu tutup dengan sedikit tanah lalu disiram air sedikit. Letakkan polibag di tempat teduh.
"Senangnya, hari ini Abi menanam cabe dan memetik cabe," kata Abi sambil melompat kegirangan.
Dik Hani juga melompat, si peniru ulung.
"Makasih Bunda sayang, sudah ajarkan Abi dan Hani metik cabe dan nanam cabe," kata Abi sambil mencium pipi Bundanya.
"Sayang, Bunda," kata Abi sambil memeluk Bundanya, mereka berpelukan.
Tak begitu lama, Abi berlari lagi dan melihat ke halaman samping rumah.
"Bun, ada bunga melati, Abi petik buat Bunda," kata Abi sambil memetik bunga melati yang baru mekar.
Ada beberapa bunga melati di tangan Abi lalu diberikan kepada Bundanya.
"Makasih, nak," kata Bunda sambil mencium wangi bunga melati yang semerbak wanginya itu.
0 Comments: