Cernak
Baju Lebaran Annisa
Oleh. Dewi Irawati Artati
Lebaran kurang dua hari lagi. Namun, Annisa belum memiliki satu pun baju baru. Maklum saja, Annisa anak yatim. Ayahnya telah meninggal tiga tahun yang lalu. Kini ia tinggal bersama ibu dan adiknya. Adiknya bernama Alya, yang masih berumur 7 tahun, empat tahun lebih muda dari usianya. Ibunya bekerja sebagai buruh cuci dan seterika. Uang yang didapat pun hanya cukup untuk makan setiap hari.
Siang itu, ia sedang main ke rumah Farah. Rumahnya tak jauh dari rumah Annisa. Mereka biasa main bersama, karena mereka mempunyai hobi yang sama, yaitu menggambar. Mereka pun asyik menggoreskan pensil dan krayonnya diatas buku gambar. Sambil menggambar, mereka juga asyik mengobrol.
"Annisa, kemarin aku dibelikan baju baru lho, sama ibuku. Aku senang sekali, karena warnanya pas banget, yaitu pink, warna kesukaanku," kata Farah bersemangat.
"Oh, ya? seneng dong," balas Annisa datar
"Kalau kamu?" tanya Farah.
"Ehmm...aku sih belum, mungkin besok ibuku membelikan aku baju baru," jawab Annisa menutupi kesedihannya.
"Nanti pas lebaran tiba, kita keliling kampung bersama yuk. Seperti tahun kemarin. Pakai baju baru, ah pasti seru nih," ajak Farah penuh semangat.
Annisa hanya mengangguk dan tersenyum. Tapi di dalam hatinya ia merasa sedih. Namun ia tak menampakkannya pada Farah.
Setelah puas mereka bermain, akhirnya Annisa pulang. Nampak ibunya sedang melipat pakaian dan merapikan lemari. Annisa segera membantu ibunya.
"Ibu, kapan aku dibelikan baju baru? Teman-temanku sudah punya baju baru semua," Annisa mencoba bertanya pada ibunya.
Sang Ibu diam sejenak, lalu berkata, "Sabar ya, Nak, ibu ingin sekali membelikan baju baru untuk kamu dan adikmu. Tapi, Ibu belum punya uang yang cukup."
Annisa hanya diam tertunduk. Untunglah dia anak yang baik. Dia tidak mau memaksakan keinginannya. Ia menyadari akan keadaan keluarganya, yang berpenghasilan tak seberapa. Namun ia tetap bersyukur, masih bisa makan setiap hari dan bersekolah.
Tiba-tiba mata Annisa tertuju pada sebuah lipatan baju yang bermotif bunga. Coraknya lumayan bagus. Warnanya pun masih nampak seperti baru.
"Ibu, coba lihat. Baju ini bagus sekali!" seru Annisa pada ibunya.
"Oh, itu. Sepertinya itu baju ibu dulu waktu Ibu baru menikah sama ayahmu," jawab Ibu sambil mengingat.
"Tapi ini kelihatan seperti baru lho, Bu," kata Annisa sambil membuka lipatan baju itu.
"Iya, soalnya Ibu jarang memakainya dan hanya sebentar saja," jawab ibu, "Karena waktu itu Ibu mengandung kamu, jadi nggak muat untuk dipakai. Jadi, Ibu simpan deh."
Annisa pun menempelkan baju itu di badannya. Ternyata kebesaran.
"Wah, ternyata kebesaran, Bu, sayang sekali ya," ucap Annisa lesu.
"Kak, aku ada ide. Bagaimana kalau dikecilin saja," seru Alya tiba-tiba.
"Sepertinya itu ide bagus, Nak," sahut Ibu. "Tapi ini cukup untuk satu baju saja."
"Tidak apa-apa, Bu. Itu buat baju Kak Annisa saja," jawab Alya.
Sementara Annisa nampak sibuk membolak- balikkan tumpukan baju. Sepertinya dia menemukan sebuah baju berwarna kuning yang masih nampak bagus.
"Ini, Bu, ada lagi. Sepertinya ini cocok buat kamu Alya," seru Annisa gembira, seolah menemukan harta karun.
Begitu juga dengan Alya juga turut senang.
"Hemm, kalau begitu, ibu akan menyulap baju-baju itu menjadi gamis kecil," ucap ibu sambil tersenyum dan melirik kedua putrinya.
"Hore...! akhirnya kita punya baju buat lebaran!" seru kedua gadis kecil itu serempak.
Sang ibu pun segera beraksi. Mulai dari membuat pola, menggunting dan menjahitnya dengan hati-hati. Untung saja ia mempunyai mesin jahit walaupun sudah usang, tapi masih enak untuk dipakai. Dengan berbekal sedikit ilmu jahit menjahit, akhirnya jadilah dua gamis kecil itu dalam waktu sehari semalam.
***
Lebaran pun telah tiba. Suara takbir bergema di semua penjuru. Annisa dan Alya pun mengenakan baju hasil permak ibunya. Mereka nampak anggun dan cantik, ditambah dengan kerudungnya yang disesuaikan dengan warna bajunya.
Setelah sholat id, kedua gadis solihah itu melakukan sungkeman. Memohon maaf pada ibunya.
"Ibu, Annisa mohon maaf, bila selama ini pernah membuat Ibu kesal," ucap Annisa sambil mencium tangan ibunya dengan takzim.
Alya pun menyusul juga mengucap maaf pada sang ibu.
Sang ibu pun memeluk kedua putrinya tersebut.
"Iya, Nak. Ibu juga minta maaf pada kalian. Mungkin Ibu tidak bisa membahagiakan kalian. Ibu tidak bisa membelikan baju baru untuk kalian," ucap Ibu sedih, dan segera mengusap air mata yg mengalir di pipinya.
"Tidak mengapa, Bu. Baju buatan Ibu ini sangat bagus, kami sangat menyukainya," balas Annisa.
"Lagian, lebaran itu kan tidak harus pakai baju baru. Yang penting kan kita bisa saling bermaaf-maafan," sahut Alya polos.
"Betul, nak. Semoga di hari yang fitri ini, Allah mengampuni dosa-dosa kita. Sehingga jiwa kita kembali suci, seperti bayi yang baru lahir," ucap Ibu sambil mengusap kepala kedua putrinya.
Mereka pun berpelukan dengan hati bahagia. Lebaran ini mereka lalui dengan hati yang lapang, penuh kesabaran dan rasa syukur kepada Allah. Dan Allah selalu bersama dengan orang-orang yang sabar dan bersyukur. [ ]
0 Comments: