Oleh. Iis Nopiah Pasni
Rabu cerah, sepulang sekolah Abi bermain di depan rumahnya bersama adiknya, Dik Hani.
Jalan di depan rumah mereka sepi, hanya sesekali lewat motor atau mobil warga setempat.
Abi terlihat sangat sibuk. Ia sedang mencari dan mengumpulkan batu-batu kecil di sekitar rumahnya.
Abi mencari batu yang berwarna indah. Batu-batu kecil itu dikumpulkan ke dalam toples kecil, entah untuk apa. Ia sangat menikmatinya.
Sementara si gadis cilik berkhimar hitam itu Si Dik Hani sedang bermain bersama kucing kesayangannya si Memey.
Tak lama terlihat Dik Hani menaruh sedikit makanan kucing ke wadah makanan si Memey. Kucing jenis himalaya itu langsung mendekat ketika dipanggil namanya karena makanan sudah disiapkan Hani.
Bunda Isna sedang membersihkan meja depan karena banyak kertas bekas undangan yang sudah tak diperlukan.
Bunda Isna sangat suka membuat keterampilan tangan seperti melipat kertas menjadi balon kertas atau juga bakul-bakulan dari kertas.
Sejenak Bunda tersenyum melihat hasil karya tangannya itu, berupa balon kertas yang bisa ditiup kemudian dia akan mengembung seperti balon.
"Bun, mau!" teriak Abi mengagetkan Bundanya.
"Mau dibikinkan balon kertas seperti ini ya Bun," rengeknya lagi.
"Yang banyak ya Bun," kata Abi tak sabaran. Sementara Dik Hani yang tadi sibuk dengan kucing kesayangannya itu langsung mendekat dan meminta balon kertas yang di tangan Abang Abi.
"Atu!" seru Dik Hani mengambil balon kertas tanpa izin Abangnya.
"Adik, nggak boleh seperti itu ya, minta baik-baik ya," kata Abi sambil mencontohkannya.
"Bang, pinjam, Bang Pinjam," kata Abi berulang kali.
Dik Hani memperhatikan dan langsung mencontoh.
"Bang, pinjam," rengeknya pelan, tentu saja Bunda dan Abang Abi suka melihat Adik Hani yang manis seperti itu.
"Masyaallah, pintar dan cerdas ya Nak Soleha," puji Bunda pada si Bungsu.
"Abang juga saleh, baik dan pintar," puji Bunda pada Abi dan Abi lalu tersenyum.
"Abang ingin bisa membuat balon kertas seperti ini, ajari ya Bun," rengek Abi lagi, kali ini dengan wajah penuh permohonan.
Bunda Isna dengan telaten dan sabar mengajari Abi membuat balon kertas tersebut.
"Lihatlah balonnya pas ditiup langsung membesar," kata Abi antusias.
"Bunda kok bisa?" tanya Abi penasaran.
"Iya, Bunda dulu diajari temannya Bunda sama rajin lihat buku keterampilan tangan dan langsung praktek," kata Bunda menjelaskan.
"Bang, siapa ya yang menciptakan tangan dan anggota tubuh kita?" tanya Bunda sama Abi.
"Allah, Bun," jawab Abi mantap.
"Artinya Allah itu ada, apa tak ada?" tanya Bunda ingin tahu jawaban anaknya itu.
"Ada, Bun!" seru Abi mantap.
"Ya, betul. Allah itu ada," kata Bundanya dan langsung bertanya lagi.
"Gimana caranya bersyukur sudah diberi tangan dan anggota tubuh yang sehat lengkap?" tanya Bunda lagi.
"Harus bersyukur!" seru Abi.
"Ya betul Bang, jadi Allah sudah anugerahkan tangan kita yang lengkap begitu pun anggota tubuh lainnya, harus bersyukur, gunakan untuk hal bermanfaat dan usahakan selalu kreatif," kata Bunda panjang lebar.
Abi lalu memeluk Bundanya yang sedang melihat ke arahnya, tentu saja Bunda kaget.
"Abi sayang Bunda," bisik Abi ke telinga Bundanya.
"Pengen kreatif dan bisa banyak hal seperti Bunda," katanya lagi sambil mengeratkan pelukannya.
Nyatanya, Abi dan Hani bisa melewati harinya tanpa gadget. Bermain bersama. Sungguh anak tangguh yang saleh saleha.
0 Comments: