Headlines
Loading...

Oleh. Rahma Ummu Zubair

Tersiar berita duka dari televisi tentang bencana alam gempa bumi di Turki yang menelan banyak korban. Berita tersebut membuat Ghazi bertanya kepada Ratna. 

"Umi, gedung yang tinggi itu terlihat hancur semua. Orang yang di dalamnya jadi keruntuhan temboknya ya, Mi?" tanya Ghazi.

"Iya sayang, bisa jadi sebagian dari mereka ada yang selamat dan ada juga yang terperangkap reruntuhan. Semoga Allah Swt mengampuni dosa-dosa mereka. Aamiin," kata Ratna.

"Bagaimana cara mereka bisa selamat ya, Mi? tanya Ghazi penasaran.

"Mereka ada yang mencoba keluar dari bangunan tersebut dan ada juga yang berlindung di bawah meja atau tempat aman jika mereka tidak sempat keluar," jawab Ratna.

"Ghazi penasaran, Mi. Apakah mereka tidak bingung saat berusaha menyelamatkan diri?" tanya Ghazi dengan wajah penasaran.

"Sayang, kita belajar simulasi gempa yuk! Agar kita tau cara menyelamatkan diri saat terjadi gempa bumi," ajak Ratna.

"InsyaAllah siap, Umi," kata Ghazi.

"Oke, sekarang Mas Ghazi dan Umi pura-pura sedang ada di dalam rumah yang terkunci. Saat itu tiba-tiba terjadi gempa bumi. Terus kita teriak Gempa bumi! Gempa bumi! Gempa bumi!" kata Ratna.

Ratna mengingatkan Ghazi untuk berusaha tenang dan jangan panik.

"Ghazi, buka pintunya! Kita keluar menuju halaman rumah," kata Ratna sembari berlari menuju pintu. Ternyata pintu terkunci, Ratna mencari kunci tidak kunjung dapat. Buku-buku dan piring di rak mulai berjatuhan. Teriakan gempa bumi semakin kencang.

"Gempa Aaa! Ada gempa bumi! Astaghfirullah!" teriak Ghazi dan Ratna. 

Lantas Ratna mengajak Ghazi untuk berlindung di kolong meja dan menjauhi rak piring dan rak buku, serta tidak berada di depan lemari.

"Dag dig dug, Mi suara jantung Ghazi, kayak benar-benar sedang ada gempa bumi," kata Ghazi saat di kolong meja bersama Ratna.

"Iya, Nak! Ternyata Umi juga. Jadi teringat perkataan sahabat Rasul tentang gempa. Beliau mengingatkan umat tentang dosa apa yang telah diperbuat sehingga Allah guncangkan bumi ini," kata Ratna.

"Iya, Umi," balas Ghazi dengan napas terengah-engah. Kemudian Ratna mengajaknya keluar dan memberikan Ghazi minum air putih.

"Ini minum dulu, Sayang," kata Ratna. "Terima kasih, Umi. Bismillahirrahmanirrahim" balas Ghazi.

Sembari duduk di ruang tamu, Ratna mengingatkan kembali tentang simulasi gempa bumi saat berada di gedung bertingkat. "Nak, jika Ghazi sedang ada di gedung bertingkat, Mas Ghazi segera turun lewat tangga ya! Jangan menggunakan lift ya, Nak," kata Ratna.

"Loh kenapa, Mi?" tanya Ghazi.

"Hal itu berbahaya, Sayang. Ketika gempa datang kemudian listrik padam, lantas lift macet. Jadi terjebak kan?" kata Ratna.

"Iya, Umi," jawab Ghazi.

"Sungguh Maha Besar Allah yang telah mendatangkan gempa di bumi ini. Hal itu menjadi tanda-tanda kekuasaan Allah. Nah kita sebagai hamba Allah yang beriman, harus meningkatkan ibadah kita dan meninggalkan kemaksiatan yang mendatangkan murka Allah. Nauzubillah," kata Ratna.

"Kalau ada gempa berarti Allah lagi marah ya, Umi? tanya Ghazi dengan polos.

"Wallahu'alam, Nak. Semua kejadian di dunia ini menjadi peringatan bagi kita untuk menjauhi perbuatan yang dilarang Allah. Mas Ghazi masih ingat terjemahan surat Al Zalzalah?" tanya Ratna.

"Agak lupa, Mi," jawab Ghazi. "Dalam surat tersebut diceritakan tentang bumi yang digoncangkan beserta hikmahnya, yuk kita murojaah bersama tentang surat Al Zalzalah!" pinta Ratna.

"Ayo, Umi," kata Ghazi. Lantas Ghazi menghabiskan air minumnya dan menuju rak buku berisi kitab tafsir Ibnu Katsir untuk dibacanya bersama Ratna.

Baca juga:

0 Comments: