Oleh. Ummu Hanik
Siang itu, Fatimah keluar kelas dengan wajah murung. Hatinya sedih karena Atikah teman sebangkunya mengeluarkan kata-kata yang tak sedap didengarnya. Ketika itu Fatimah membantu menjelaskan soal berhitung pada Dinda yang kesulitan mengerjakan.
"Uh, sok pintar kamu Fatimah. Pasti ada maunya kan bantu-bantu Dinda?" Cibir Atikah.
"Atikah, kok kamu bilang seperti itu. Aku kan cuma bantu Dinda karena kasihan melihatnya belum paham dengan cara mengerjakan soal itu," jawab Fatimah.
"Halah, jangan sok baik deh. Pasti kamu mau dibelikan jajan kan sama Dinda," Atikah masih terus mengejek.
"Atikah kamu keterlaluan banget sih. Fatimah tulus koq bantu aku. Fatimah ga usah dianggap omongannya Atikah." Bela Dinda.
Fatimah pun diam. Sebenarnya ia masih mau membalas ucapan Atikah. Tapi karena Dinda memintanya diam, maka Fatimah pun menurut. Hatinya sedih, kenapa Atikah teman sebangkunya bisa berkata yang tidak baik seperti itu.
"Hai, kok melamun saja," sapa Ali ketika melihat Fatimah berwajah murung. "Ayo kita pulang. Sudah jangan sedih. Nanti sampai rumah cerita ya ..." Hibur Ali pada adiknya.
Ali menggandeng tangan Fatimah. Di sepanjang jalan, Fatimah cuma diam membisu. Hatinya masih geram ketika ingat kata-kata Atikah. Seakan-akan ucapan Atikah terngiang-ngiang di telinganya. Hingga tak sadar, kalau langkah kakinya sudah sampai di depan rumah.
"Assalamualaikum, Ibu!" Teriak Ali.
"Wa'alaikumussalam," jawab Ibu dari dalam rumah.
Ali dan Fatimah pun masuk rumah. Bersalaman dengan ibu, berganti baju dan kemudian bersiap makan siang.
Ketika makan, Ali melihat Fatimah masih bermenung.
"Fatimah, ada apa di sekolah? Ayo cerita ke Kakak biar hatinya tak sedih lagi," kata Ali sambil tersenyum.
Fatimah sedikit ragu, tapi akhirnya ia mau membuka suara. "Kak, sebenarnya tadi Fatimah sakit hati sama Atikah teman sebangku. Habisnya dia mengejek Fatimah, saat membantu mengajari Dinda yang belum paham soal berhitung. Atikah menyebut Fatimah membantu karena menginginkan sesuatu," cerita Fatimah.
Ali mencoba jadi pendengar yang baik untuk adiknya. Fatimah melanjutkan ceritanya.
"Padahal, Fatimah membantu Dinda karena kasihan melihatnya belum bisa mengerjakan soal. Bukan karena minta dibelikan jajan atau apalah yang disebutkan Atikah itu. Memangnya berbuat baik pada teman, salah ya Kak?" tanya Fatimah.
Ali yang mendengar cerita Fatimah, mencoba menenangkan hatinya. Pelan-pelan ia menasehati adiknya.
"Fatimah, tidak ada yang salah dengan niatmu membantu Dinda. Membantu orang lain itu hal yang mulia. Bahkan Allah sangat senang dengan orang yang berbuat baik pada orang lain. Jadi memang tidak sepatutnya Atikah menyebut kamu melakukan kebaikan karena menginginkan hal lain," kata Ali menenangkan.
"Tapi Kak, kenapa Atikah sampai begitunya mengejek Fatimah. Padahal selama ini Fatimah juga baik sama Atikah. Fatimah tidak pernah mengejeknya. Bahkan Fatimah sangat sayang pada Atikah," keluh Fatimah
"Fatimah, mungkin Atikah cemburu melihatmu membantu Dinda. Apakah Atikah sudah paham dengan mengerjakan soal berhitung? Kamu lihat tidak dia selesai dengan tugasnya?" tanya Ali.
Fatimah mengingat-ingat kejadian tadi siang sesaat pak guru memberi tugas mengerjakan soal berhitung. Saat itu, ia asyik mengerjakan soalnya. Ketika selesai, ia melihat Dinda sedang sibuk mencoret-coret bukunya. Menghampiri Dinda dan bertanya apa yang terjadi. Dinda menjawab kalau belum paham dengan tugas soal itu. Fatimah pun membantunya.
Lantas Atikah? Di manakah Atikah? Ya, Fatimah sibuk memperhatikan Dinda. Ia melupakan Atikah. Apa mungkin Atikah juga belum paham dengan tugas soal itu ya?
"Iya Kak, jadi ingat kalau tadi Fatimah sudah meninggalkan Atikah sendiri mengerjakan soal itu. Fatimah sibuk membantu Dinda. Pasti karena itu, Atikah marah dan mengejek Fatimah," ujar Fatimah.
"Nah, itu Fatimah. Perhatikan baik-baik ya, berbuat baik itu hal mulia. Membantu teman dalam kesulitan itu juga mulia. Tapi utamakan teman dekat dulu. Setelah teman dekat tidak ada masalah, baru bantu teman lain yang kesulitan. Coba besok pagi, kamu ajak Atikah bicara ya. Saling meminta maaf, tak baik loh kalau berkepanjangan?" kata Ali sambil tersenyum.
Fatimah mengangguk. Dalam hatinya ia bersyukur punya kakak yang selalu menasihati dalam kebaikan. Ia berjanji, besok pagi akan segera menemui Atikah dan meminta maaf atas kelalaiannya dalam menjaga pertemanan. Ia akan selalu berbuat baik pada semua teman-temannya terutama Atikah yang selama ini duduk sebangku dengannya. [ ]
0 Comments: