Headlines
Loading...
Oleh. Iis Nopiah Pasni 

Seharian Abi tiduran, disebabkan demam, batuk dan pilek. Jadi ia tak bersekolah hari ini.

Adik Hani bangun pagi dan langsung mandi. Lalu ia menyodorkan botol kosongnya pada Bundanya. Tak lama, ia kembali membawa  toples ungu berisi susu formula di tangannya.

Dik Hani langsung tepuk tangan dan mengacungkan jempolnya sambil tersenyum manis ke arah Bundanya.

"Acih," katanya tiba-tiba sambil duduk di kasur santai di ruang keluarga menunggu Bundanya membuatkan susu untuknya.

"Masya Allah, keren!" kata Bunda Isna mengacungkan jempolnya ke arah anaknya itu, karena Dik Hani menyiapkan botol dan sufornya.

Senyum lebar itu muncul dengan menampakkan giginya.

Tak begitu lama, Bunda Isna sudah memegang sebotol susu hangat untuk Dik Hani.

"Baca Bismillah dulu," ajak Bunda lalu Dik Hani merapatkan sepuluh jarinya, menengadah berdoa mau makan mengikuti suara Bundanya.

"Aamiin," katanya cepat-cepat lalu menikmati sebotol susu itu dengan tiduran di kasur.

Sebotol susu ukuran sedang itu habis. Dik Hani mendekati Bundanya yang sedang mencuci baju.

 "Bun, Ain," katanya mengajak Bundanya bermain. Bunda langsung mencuci tangannya dan mengelapnya. Maksud Dik Hani itu ternyata mengajak main.

"Mau main apa?" tanya Bunda pada Dik Hani.
Dik Hani langsung menunjuk ke ember kecil transparan berisi mainan plastik abjad dan huruf Hijaiah juga ada angka-angka.

Tampak semua huruf mainan dari plastik itu sudah campur baur.

Dik Hani lalu mengeluarkan semuanya, Ialu mengambil satu huruf kesayangannya, huruf Nun.

Huruf Hijaiyah Nun itu setiap hari dipegangnya. Ada apa dengan huruf Nun? Apa Dik Hani suka bentuknya? Entahlah, yang jelas ia sangat menyukainya.

"Ba Ba, Ta Ta," kata Dik Hani ketika bertemu  plastik berbentuk huruf Hijaiah.

Bunda tersenyum melihat tingkah lucu Adik Hani, kemudian iseng mau mengambil huruf Nun yang berada di samping Dik Hani duduk.

Hap!

Bunda mendekati huruf Nun dan ingin mengambilnya, tapi mata Dik Hani begitu jeli. Hap! Dengan cepat Dik Hani menangkap huruf Nun itu. Jadilah Bunda dan Dik Hani berebut huruf Nun.

"Aku!" seru Dik Hani sambil memeluk huruf Nun yang berukuran kecil itu.

"Punya Bunda, Adik," kata Bunda iseng. Wajah Dik Hani cemberut.

"Aku!" katanya menyatakan kepemilikannya.

"Pinjem dong, Dik," pinta Bunda Isna memohon pada anaknya itu sambil ingin tertawa geli dalam hatinya.

"Jem, ya," katanya melunak, maksudnya pinjem ya. Ia lalu memberikan huruf Nun tersebut.

"Makasih Adik," kata Bunda sambil memeluk huruf Nun seperti yang Dik Hani lakukan tadi. Hani tersenyum tapi tak berlangsung lama.

Hani meminta huruf Nun itu lagi, sambil berkata "Acih, Bun," dengan muka lucunya.


"Adik, Adik," kata Bunda Isna gemas melihat kelakuannya.

Mendengar suara Bunda dan Adiknya, Abi bangun lalu minta dipeluk Bundanya.

"Main apa Bun?" tanya Abi dengan suara serak.

"Main rebutan huruf Nun, Bang," kata Bunda pada Abi yang masih memeluknya.

Tak lama, Abi ikut Dik Hani bermain menyusun huruf dari mainan plastik yang berbentuk huruf Hijaiah. Mereka main dengan senangnya.

Abi karena sudah kenal huruf. Ia sudah bisa menyusun nama-nama anggota keluarga di rumah.

"Bun, lihatlah susunan Abang," katanya minta diperhatikan. Bunda Isna langsung melihat ke arah yang Abi tunjuk tadi.

"Masya Allah kerennya, Abang sudah bisa susun nama Mas Haikal dan Bang Roi," kata Bunda menyemangati. Lalu Abi mengambil beberapa huruf Hijaiah.

"Oh ya Bunda, ternyata huruf Hijaiyah itu ada yang mirip ya Bun," kata Abi antusias.

"Yang mana, Abang Abi?" tanya Bunda sambil memperhatikannya.

"Ini ni Bun, huruf Ba titik satu di bawah, kalau huruf Nun yang dipegang Adik itu titik satu tapi di atas," kata Abi makin semangat.

"Iya betul, anak saleh," kata Bunda lagi, sambil memberikan huruf Hijaiyah huruf Ta. 

"Kalau huruf Ta 'kan titik dua di atas, ada nggak yang huruf Hijaiyah titik dua di bawah?" tanya Bundanya.

"Ada dong Bun, huruf Ya!" seru Abi penuh semangat.

Dik Hani sedang main sendiri lalu Ia melemparkan mainan plastik tersebut, tak sengaja huruf Nun juga terlempar.

Dengan cepat Dik Hani akan meraihnya lagi, ternyata Bunda dan Abang Abi juga ingin mengambil huruf Nun itu juga.

Dik Hani tertawa sambil lari dan berteriak:

"Atu," katanya sambil tangan mau mengambil huruf Nun yang terlempar jauh.

"Aku," kata Bunda dan Abi sama isengnya, mereka bertiga berebut huruf Nun.

Ternyata main di rumah bersama Adik Hani dan Bunda juga menyenangkan sambil belajar huruf Hijaiah, juga seru sekali berebut huruf Nun kesayangan Dik Hani.

Muara Enim, 11 Februari 2023

Baca juga:

0 Comments: