Oleh. Rahma Ummu Zubair
"Assalamualaikum!" Ghazi mengucap salam saat memasuki rumah sepulang dari sekolah.
"Waalaikumsalam!" jawab Ratna dari dalam rumah.
Hari itu adalah hari terakhir masuk sekolah, sebab Ghazi akan memasuki masa liburan semester ganjil.
"Berapa hari, Mi, aku libur sekolah?" tanya Ghazi.
"Dua pekan, Mas," jawab Ratna.
"Dua pekan itu berapa hari, Mi?" tanya Ghazi.
"Satu pekan adalah tujuh hari, kalau dua pekan berarti tujuhnya dua kali. Nah, berarti berapa hari hayo?" tanya Ratna.
"Emmm, tujuh di kepala, tujuh di tangan. Tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, sebelas, dua belas, tiga belas, empat belas. Waow empat belas hari, banyak sekali, yesss!" Ghazi girang.
"Loh, gak belajar di sekolah kok malah senang? Gak ketemu teman-teman sekolah dong?" tanya Ratna.
"Gak apa-apa Mi, di rumah ada Mas Ilham dan Jefri. Ada Mas Edo dan teman-teman lainnya. Aku bisa bermain bersama mereka Mi," kata Ghazi.
"Okelah. Nanti kita tetap beraktivitas sesuai lembar kerja harian ya?"
***
Selama liburan Ghazi lebih banyak bermain, bahkan Ghazi tidak mengikuti jadwal aktivitas hariannya. Lebih parahnya lagi, Ghazi menunggu Ratna memanggilnya pulang untuk salat dan makan.
"Ghazi, ayo pulang dulu! Sudah azan Zuhur." pinta Ratna.
"Iya, Mi" jawab Ghazi.
Di waktu yang lain. Ghazi mulai betah berlama-lama bermain di luar rumah, hingga panggilan Ratna tidak digubris.
"Ghazi, ayo pulang, Nak! Ditunggu Abi berangkat ke masjid." kata Ratna.
"Bentar, Mi." kata Ghazi. Ghazi tak kunjung berangkat wudu dan salat. Dia asyik bermain kelereng dengan teman-temannya.
Ratna mulai kesal, waktu salat berjamaah telah berlalu, namun Ghazi masih bermain.
"Mas Ghazi masih di sini?" tanya Ratna. "Abi sudah pulang dari masjid Mas Ghazi kok belum juga berangkat wudu?" Ratna kesal. Ratna mengajak teman-teman Ghazi untuk berangkat salat lebih dulu. "Ayo, Mas Mas yang lain salat saja dulu. Ilham, Jefri, dan Edo ayo salat!" ajak Ratna. Namun, mereka tak menghiraukan Ratna dan asyik bermain.
"Edo, ayo salat, Nak!" ajak Ratna.
"Libur, Te." jawab Edo.
Ratna menghela napas dan terdiam. Ratna pun berbicara kepada Ghazi tentang hadiah surga bagi orang taat yang mengerjakan salat fardhu dan memperbanyak salat sunnah. Tak lama, akhirnya diskusi itu berakhir dengan bersedianya Ghazi untuk pulang dan salat.
Di dalam rumah Ghazi langsung berwudu dengan terburu-buru, sehingga dia terpeleset. Sontak terdengar suara teriakan dari kamar mandi. "Aargh, Umi. Ghazi jatuh!" seru Ghazi.
"Inna Lillahi wa Inna ilaihi Raji'un, Mas Ghazi aman?" tanya Ratna sembari berlari menuju kamar mandi.
"Umi sakit banget nih, gara-gara lantainya licin!" kata Ghazi setengah marah. Ghazi terus melanjutkan amarahnya di dalam kamar mandi dengan berkata-kata kotor.
Mendengar perkataan kotor itu Ratna segera mengajak Mas Ghazi keluar dari kamar mandi dengan menggendongnya. "Mas Ghazi kok bisa ngomong jelek gitu sih?" tanya Ratna sambil mengobati lecet di lutut dan siku tangannya. "Dengar di mana ada orang mengumpat dengan kata-kata binatang seperti itu?" tanya Ratna.
"Mas Ilham kalau ngomong kayak gitu Mi ke teman-teman. Lalu teman-teman yang lain kayak Mas Edo dan Jefri membalas dengan kata-kata yang sama," jelas Ghazi.
"Sayang, Mas Ghazi ingin disayang Allah dan RasulNya kan?" tanya Ratna sembari mengipas-ngipas luka lecet Ghazi.
"Mau, Mi. Ghazi itu tau kok, Mi, kalau mengumpat atau berkata kotor itu jelek, tapi Ghazi sebel, Mi, lantainya bikin Ghazi jatuh. Kan sakit banget." keluh Ghazi.
"Mas Ghazi kalau ingin disayang Allah harus selalu ingat kepada siapa?" tanya Ratna.
"Allah," jawab Ghazi.
"Berarti Mas Ghazi harus perbanyak zikir ya, agar selalu mengingat Allah dan disayangi Allah. Mas Ghazi harus buktikan dong kalau Mas Ghazi ingin mendapatkan kasih sayang dari Allah!" kata Ratna.
"Iya, Mi, sungguh. Ghazi ingin disayang Allah dan ingin masuk surga bareng Umi dan Abi, dan adik-adik juga." kata Ghazi tegas.
"Nah, Berarti Mas Ghazi coba belajar mengingatkan teman-teman untuk berkata ahsan. Sebab berkata ahsan itu bagian dari perintah Allah." kata Ratna.
"InsyaAllah iya, Umi." kata Ghazi.
"Mas Ghazi juga harus tetap belajar untuk berkata ahsan ya!" pinta Ratna.
"Maaf ya, Umi! Tadi Ghazi berkata jelek," pinta Ghazi.
"Iya, Sayang, jangan diulangi lagi ya! Dan jika Mas Ghazi mengajak teman-teman berkata ahsan, Mas Ghazi juga termasuk sedang berlatih berdakwah loh. Agar perkataan kita bisa bernilai pahala jariyah. Aamiin ya rabbal alamin," kata Ratna.
"Aamiin, jazakillah Umi nasihatnya. InsyaAllah siap, Umi," kata Ghazi.
"Waiyyaka, anakku," kata Ratna sembari memeluk anak sulungnya. [ ]
0 Comments: