Cernak
Berkunjung ke Posyandu
Oleh. Rahma Ummu Zubair
"Owek, owek, owek," suara tangisan bayi terdengar di sana sini. Ghazi tampak bingung melihat semua aktivitas di posyandu. Kali ini posyandu sangat ramai, kebetulan peserta posyandu datang secara bersamaan. Antrean timbangan bayi membuat para ibu sedikit kurang sabar karena pengaruh tangisan anak-anak bayi.
"Umi, kenapa Adik Yahya harus ditimbang?" tanya Ghazi.
"Untuk mengetahui berat badan Adik Yahya, Sayang," jawab Ratna. "Dulu, Mas Ghazi juga ditimbang dan menangis seperti adik bayi itu," Ratna menunjuk bayi yang menangis karena ditimbang.
"Kalau sudah tujuh tahun sudah gak ikut posyandu ya, Mi?" tanya Ghazi.
"Iya, Sayang, sudah bukan usia balita, atau bayi dibawah usia lima tahun," jawab Ratna. "Tapi biasanya anak usia sekolah dasar dipantau berat badannya di sekolahnya," kata Ratna.
"Loh, ibu hamil itu bukan balita kok ikut ditimbang ya, Mi?" tanya Ghazi bingung.
"Sayang, posyandu itu singkatan dari Pos Pelayanan Keluarga Berencana Kesehatan Terpadu. Nah, itu juga ditujukan untuk ibu hamil," kata Ratna.
"Untuk apa, Umi?" tanya Ghazi penasaran sembari melihat kesibukan para kader posyandu saat mengukur lingkar kepala adik-adik bayi kemudian dicatat dalam buku kesehatan ibu dan anak berwarna merah muda.
"Ibu hamil akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah darah serta imunisasi Tetanus Toksoid. Semua itu bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan janinnya," jelas Ratna sembari menunggu antrian timbangan bayi.
"Kalau anak seusia aku sudah gak diurus posyandu ya, Mi? Kan aku juga masih anak-anak," kata Ghazi setengah iri.
"Sayang, asupan nutrisi untuk Mas Ghazi kan sudah diagendakan dalam lembar kerja harian di sekolah dan di rumah, Sayangku ingin apa, Nak?" tanya Ratna yang melihat lagak cemburu Ghazi dari pertanyaan yang Ghazi ajukan.
"Gak apa-apa, Umi, semua kok sibuk sekali ya, Mi?" tanya Ghazi.
"Iya, Nak! Namanya juga posyandu, rame dan repot deh," jawab Ratna, sambil menidurkan Yahya untuk ditimbang.
"Ciluk baa," canda Ghazi ke hadapan Yahya agar Yahya tidak menangis dan tidak takut.
"Sekarang Adik Yahya disuapin vitamin A ya, coba buka mulutnya, aaaa," kata asisten bidan yang membantu posyandu itu.
Ghazi memperhatikan Yahya digendong dan disuapin vitamin. Kemudian dibekali sebungkus vitamin C dan obat cacing serta kue kukus berbentuk bunga.
"Vitaminnya satu hari satu ya, Bu, dan obat cacingnya diminum nanti malam sebelum tidur, semoga selalu sehat ya," kata Bu Ani, asisten bidan itu.
"Aamiin, Terima kasih, Bu," balas Ratna.
"Sama-sama, Bu, oh iya ini roti kukus untuk adik satu dan kakak yang baik satu," kata Bu Ani.
"Alhamdulillah, Mas Ghazi dapat rezeki juga," kata Ratna.
Kemudian mereka pun pulang menuju rumah.
"Enak ya, Yahya dapat vitamin banyak dan obat cacing yang rasanya enak, nggak pahit, aku mana?" kata Ghazi dengan cemburu.
"Sayang, itu iri namanya, sifat setan yang enggak boleh kita tiru," kata Ratna.
"Hah! Sifat setan? Iya kah, Umi?" tanya Ghazi.
"Iya, Nak, kita harus tetap bersyukur dengan apa yang kita miliki, kalau kita bersyukur, insyaAllah Allah akan menambah nikmat rezeki kepada kita," kata Ratna.
"Maaf ya, Umi!" kata Ghazi.
"Iya, Sayang," jawab Ratna. "Mas Ghazi ingat kan, tadi saat anak-anak balita ditimbang? Mereka senantiasa dipantau agar bisa tumbuh dan berkembang dengan baik dan sehat," kata Ratna.
"Iya, Umi, Ghazi ingat," balas Ghazi.
"Nah, kelak di akhirat amal perbuatan kita juga akan ditimbang, jika kita senantiasa menambah perbuatan baik di dunia ini, maka akan menambah berat timbangan amal baik kita di akhirat nanti," kata Ratna.
"Wah, berarti Ghazi harus banyak-banyak sholat dan ngaji ya, Mi?" tanya Ghazi dengan semangat.
"Iya, Sayang, jangan malah santai-santai dan bilang mau beribadah kalau sudah tua saja, Nah kalau ada muslim yang kayak gitu nanti timbangannya berat atau ringan?" tanya Ratna.
"Ringan, Mi, karena saat mudanya tidak diisi dengan banyak beribadah," kata Ghazi.
"Barakallah! benar, Sayangku," kata Ratna. "Semoga kita tetap istiqomah dalam beribadah kepada Allah," kata Ratna.
"Aamiin ya rabbal alamin," balas Ghazi. [ ]
0 Comments: