Headlines
Loading...
Oleh. Rahma Ummu Zubair

"Cing mancing gemar mancing, kelompok mancing alam ...," suara lagu anak-anak yang dimainkan mesin odong-odong milik Abang Yon  sungguh menarik perhatian anak kecil. Sementara itu, Ghazi hanya duduk di kursi menunggu adik-adiknya naik odong-odong. Hafiz dan Yahya.

Tiba-tiba semua lampu jalan padam. Seketika alun-alun kota menjadi gelap, kecuali odong-odong milik Pak Yon yang masih menyala karena listriknya menggunakan tenaga mesin. "Eh, padam!" kata Ghazi. Ratna yang juga ikut menemani anak-anaknya berkunjung ke Night Fair, segera memegang tangan Ghazi dan mendekat ke Hafiz dan Yahya.

"Umi.. Umi…!" teriak Hafiz dan Yahya. 

"Tenang anak-anak, gak apa-apa kok, insyaAllah sebentar lagi lampunya hidup," kata Ratna menenangkan.

Tak lama setelah bermain di Night Fair, Ratna dan ketiga anaknya pulang ke rumah untuk beristirahat. Setelah menggosok gigi dan berwudhu, Ghazi dan adik-adiknya menuju kamar tidur. Sebelum mereka terpejam Ratna kembali mengajak Ghazi bercerita.

Sesekali Ratna mematikan lampu kamar, sesekali menghidupkannya. "Cetak cetek!" bunyi saklar yang menempel di dinding kamar Ghazi. Ghazi yang tidur di ranjang susun bagian atas bertanya, "Ada apa, Umi?"

"Kalau lampunya dimatikan, kalian bisakah melihat benda di sekitar?" tanya Ratna.

 "Enggak, Umi," jawab Ghazi dan adik-adiknya serentak. 

"Emmmh, pasti seru kalau mau menangkap adik Yahya niih, mumpung gelap," canda Ratna menggoda si bungsu.

"Waaah lariii!" kata Yahya yang berusia 4 tahun, mencoba kabur dari tangkapan Ratna.
 
"Braaak!" suara Yahya menabrak meja akibat Yahya lari di ruangan gelap.

"Astaghfirullah, aman, Nak?" tanya Ratna sambil menyalakan lampu.

"Hehehe. Alhamdulillah aman, Umi," jawab Yahya.

"Umi kok main kejar-kejaran di ruangan gelap?" tanya Hafiz penasaran.

"Nah itu dia, Nak. Umi ingin tunjukkan bahwa untuk berjalan, melangkah ataupun berlari kita butuh cahaya," kata Ratna. 

"Udah tau, Mi. Kan gelap jadi gak kelihatan," balas Hafiz

"Anak Sholih! MasyaAllah, cerdas!" puji Ratna kepada Hafiz. "Gelap karena gak ada cahaya. Cahaya yang mengenai benda mampu ditangkap oleh mata kita untuk melihat benda itu, sehingga saat kita berjalan atau berlari nggak akan menabrak benda yang ada di depan kita,"  jelas Ratna.

"Iya, Umi, kayak tadi saat lampu jalan padam, semua menjadi gelap, orang-orang di sekitaran menjadi bingung, ada yang mau bayar belanjaan tapi uangnya gak kelihatan," sambung Ghazi.

"Betul, Ghazi, dan ternyata dengan adanya cahaya, lingkungan sekitar bisa terang dan manusia mampu menyelesaikan pekerjaannya. Nah, Mas Ghazi dan adik-adik jadi tau kan nikmat Allah atas cahaya ini?" tanya Ratna.

"Iya, Umi," jawab mereka serentak.

"Misalnya kehidupan kita gak ada cahaya gimana jadinya ya, Nak? Matahari gak ada, lampu juga, senter apa lagi, bahkan cahaya HP juga gak ada. Gimana dong?" pancing Ratna.

"Jemuran baju gak kering, Mi, kalau gak ada matahari."

"Seratus buat Mas Ghazi!" Ratna memberikan apresiasi.

"Hmmmm, kita gak bisa lihat wajah Umi yang cantik, karena gelap, heheheh." Goda Hafiz.

"Mas Hafiz ada-ada saja!" 

"Nah, giliran adek Yahya, gimana ya kalau gak ada cahaya dalam hidup kita?" tanya Ratna.

"Kita jalan atau lari nabrak meja, Mi, kaya adik tadi kan?" tanya Yahya.

"Betul semua!" kata Ratna.

"Seperti halnya cahaya yang menjadi penerang, Al Qur'an disebut juga sebagai An Nuur yang akan menjadi petunjuk bagi hidup kita, jika kita senantiasa mengimani dan mengamalkan isinya," jelas Ratna.

"Aamiin, insyaAllah siap Umi!" jawab Ghazi.

"Oke, kalau siap, ayo kita baca doa sebelum tidur dan beberapa surat dalam Al Qur'an, siapa yang ingat surat apa saja?" tanya Ratna.

"Al Ikhlas 3x, Al Falaq 3x, An Nas 3x dan ayat Kursi 1x, kemudian ditiupkan ke telapak tangan dan mengusapnya ke seluruh tubuh," jawab Ghazi, Hafiz dan Yahya.

Ratna tersenyum bahagia melihat ketiga anaknya mengamalkan tuntutan Rasulullah saw. dalam rutinitas menjelang tidur. [ ]

Baca juga:

0 Comments: