Headlines
Loading...
Oleh. Ummu Hanik

Pagi itu Ali berangkat ke sekolah lebih awal. Ada hal yang membuatnya penasaran. Faris teman sebangkunya sudah tiga hari tidak masuk sekolah. Kata teman-teman, Faris sedang menunggu bapaknya yang sedang opname di rumah sakit. Kemarin siang sebelum pulang sekolah, Bu Ani guru agama sempat meminta Ali dan teman-teman untuk mendoakan bapak Faris yang sedang kritis.

Sampai di sekolah, Ali segera menuju kelasnya. Belum banyak temannya yang datang. Ali meletakkan tas dan duduk di bangkunya. Ali melihat bangku sebelahnya kosong. Rasanya kangen dengan Faris. Sudah lama tidak bercanda dengannya.
 "Ah, kabar Faris gimana ya, semoga bapak Faris baik-baik saja," batin Ali.

Satu persatu teman Ali datang. Bel tanda masuk pun berdering. Tak lama, Bu Ani pun masuk kelas. Mengucap salam dan menyapa anak-anak.
"Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh," salam Bu Ani.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh," jawab anak-anak serempak.
"Anak-anak, sebelum kita belajar, ada yang ingin Bu Ani sampaikan. Baru saja Bu Ani menerima kabar jika bapaknya Faris, pagi ini tadi telah meninggal dunia," kata Bu Ani dengan wajah sedih.

Mendengar berita itu, anak-anak saling pandang. Kaget dan sedih. Mereka tak menyangka, jika bapaknya Faris akan meninggal secepat itu. Wajah Ali terlihat  sedih. Ia bisa merasakan bagaimana kesedihan Faris, sebagaimana ketika bapaknya dulu meninggal.

"Anak-anak, kita nanti akan takziyah bersama-sama setelah jam istirahat pertama. Kita akan mendoakan dan menghibur Faris," lanjut Bu Ani.
Mendengar ajakan takziyah, Ali dan teman-teman lega. Mereka sudah tak sabar ingin segera bertemu Faris dan menghiburnya.
"Anak-anak, sekarang siapkan buku pelajarannya. Mari kita belajar pelajaran aqidah akhlak," kata Bu Ani.
"Baik Bu Ani," jawab anak-anak.

Kali ini, Bu Ani menyampaikan materi tentang makna sabar. Penjelasan Bu Ani cukup mengena di hati Ali. Apalagi ketika Bu Ani mengaitkan dengan kejadian yang dialami Faris. Sampai akhirnya bel istirahat pun berdering. Ali dan teman-teman bersiap untuk takziyah ke rumah Faris. 

Sesampai di rumah Faris, sudah sepi. Para tamu sudah banyak yang pulang. Jenazah bapak Faris selesai dimakamkan. Terlihat, Faris sedang duduk termenung di serambi rumah. Terlihat kesedihan pada wajahnya. Didampingi Bu Ani, Ali dan teman-teman segera menghampiri Faris. Begitu melihat Ali, Faris langsung berlari memeluknya. 

"Ali...bapakku sudah meninggal...,"kata Faris sambil terisak menahan tangis.
"Iya Faris. Kamu harus sabar ya...," Kata Ali mencoba menenangkan.
"Ayo, duduk dulu Faris. Ini ada Bu Ani dan juga teman-teman," kata Ali lebih lanjut.

Faris melepas pelukannya. Mengangkat wajahnya. Terlihat matanya sembab oleh air mata. Menatap Bu Ani dan teman-teman, kemudian menyalaminya.

"Mari Bu Ani, silahkan masuk. Ibu ada di dalam rumah," kata Faris mempersilahkan masuk.
"Iya Faris, kamu anak shalih, harus kuat menghadapi cobaan ini. Didoakan bapaknya ya..," kata Bu Ani sambil menepuk pundak Faris dan melangkah masuk rumah diikuti teman-temannya.

Setelah bertemu Faris dan ibunya, Bu Ani mengucapkan bela sungkawa dan mengajak anak-anak untuk berdoa.  Dirasa cukup, Bu Ani pun mengajak anak-anak untuk pamit pulang. Ali meminta ijin Bu Ani, untuk tinggal sebentar, karena masih mau menghibur Faris. Bu Ani pun mengiyakan. Bu Ani dan teman-teman akhirnya kembali ke sekolah. Sementara Ali langsung mengajak Faris keluar rumah mencari tempat yang nyaman untuk mengobrol.

"Faris, aku ikut bersedih ya atas meninggalnya bapakmu. Tapi yakinlah, setiap takdir yang diberikan Allah pada kita, pasti ada hikmah di baliknya," kata Ali pada Faris.
"Iya Ali. Aku tahu itu. Tapi rasanya berat sekali, ditinggal pergi sama Bapak. Kamu tahukan, bapak satu-satunya tulang punggung keluargaku. Adikku ada tiga. Sementara ibuku tidak bekerja. Aku tidak tahu lagi, nasib kami nanti bakal seperti apa," kata Faris sambil menatap langit yang mendung, seakan-akan ikut merasakan kedukaannya.

"Faris, kata Bu Ani saat pelajaran tadi, bahwa Allah akan memberi ujian pada setiap hamba-Nya. Terhadap ujian itu, kita diperintahkan bersabar dan berusaha melewatinya dengan sebaik mungkin. Insyaallah, setiap kesulitan pasti ada jalannya," kata Ali sambil merangkul pundak Faris.

"Tapi Ali, aku takut menghadapi kenyataan ini," kata Faris menunduk.
"Jangan takut Faris. Aku akan selalu bersamamu. Faris, bapakku juga sudah meninggal. Nasib kita sama. Kita akan saling menguatkan. Jangan sampai kita lemah." Ali berusaha menguatkan Faris.

"Ingat Faris, Allah akan selalu bersama orang-orang yang sabar dalam menghadapi ujian. Kamu sekarang lagi diuji. Jadi, bersabarlah Faris. Insyaallah kamu pasti bisa," kata Ali dengan nada bicara yang meyakinkan.

Faris menatap Ali. Mencoba meyakinkan dirinya sendiri, bahwa ia mampu bersabar dan kuat menghadapi ujian ini. Bersyukur, Allah berikan teman sebaik Ali, yang siap menemani dalam suka dan duka. Dalam hati, ia berjanji akan selalu menjaga pertemanannya dengan Ali.

Baca juga:

0 Comments: