Oleh. Muflihah S Leha
Maulida adalah gadis kecil yang sangat sayang pada binatang, terlebih pada kucing.
Sejak kecil, ia suka dengan kucing-kucing, baik kucing yang tidak pernah terurus, bulunya kotor, badannya kurus, maupun yang terluka. Pokoknya kucing liar yang tidurnya di manapun, apapun rupanya (asal namanya kucing), Maulida selalu suka dan peduli.
Kalau ada kucing yang masuk ke rumahnya, pasti ia ambilkan makanan.
Sampai kucing itu betah. Namun, setiap kucing itu melahirkan anak, pasti mati tak ada yang hidup.
Ada yang berbeda dengan kucing yang paling ia sayang saat ini.
Namanya Kissy. Awal mula bertemu dengan Kissy adalah pada saat ayah dan ibunya mau kondangan.
Maulida pun ikut kondangan, karena jika di rumah, ia sendirian. Ia pun ikut kondangan karena tempat kondangannya juga masih ada hubungan saudara. Walaupun jarak perjalanan yang akan ditempuh lumayan jauh, Maulida minta duduk di depan.
Ada rasa asyik tersendiri ketika ikut ayahnya naik sepeda motor dengan duduk di depan. Asyiknya melihat pemandangan yang lebih leluasa.
Ketika berangkat kondangan, perjalanan udara masih segar.
Mata Maulida menatap sekeliling sembari menyanyikan lagu-lagu, dan bersalawatan.
Tidak terasa, perjalanan sudah sampai pada tujuan.
Usai kondangan, mereka pun segera pamit pulang, Maulida dengan cepat naik motor, karena sudah tak sabar ingin cepat-cepat pulang.
Di tengah perjalanan,
Maulida melihat seekor kucing menyeberang jalan,
"Kucing..." teriak Maulida seketika yang membuat ayahnya panik.
Suara meong kucing terdengar sangat keras.
Ayahnya pun menghentikan motor dengan tiba-tiba.
"Astaghfirullah hal 'adhim...." desah suara ayahnya.
Maulida langsung turun dan menghampiri kucing itu. Ia segera membungkus kucing itu dengan kerudungnya.
"Belum mati Pa, masih bernapas, tapi kakinya terluka, cepetan Ayah. Maulida gak tega."
Segera ayahnya menancapkan gasnya. Dengan cepat ia melajukan sepedanya dan berhati-hati.
"Sabar Pus.." ucap Maulida sembari mengelus-elus kucing tersebut.
Tidak terlalu lama, akhirnya mereka pun sampai ke rumah.
Mauli turun dengan tergesa-gesa.
Ibunya ikut panik dan mengambilkan obat untuk kaki kucing yang sedikit terluka.
Air mata kucing itu menetes.
"Kissy..., kucing yang malang..., Kamu mau ke mana? Maafin kita ya...." pinta Maulida kepada Kissy.
Kucing itu ditaruh di kardus yang di atasnya ada kain-kain yang disiapkan oleh Maulida, untuk menghangatkan badannya. Setelah diobati dan diberikan makanan, kucing itu pun beristirahat dan tertidur pulas.
Sehari kemudian, kucing itu bisa berdiri dan berjalan. Maulida sangat senang dan kegirangan,
"Kissy..., Kamu dah sembuh?" tanya Maulida.
Kucing itu hanya menjawab dengan suaranya yang Maulida pun tak tahu ngomong apa.
"Kissy, Maulida sekolah dulu ya. Kamu yang anteng di rumah, kalau mau main, nanti pulang lagi ya...," pesan Maulida ketika mau berangkat sekolah.
Pulang sekolah, Maulida tidak melihat kucing itu. Ia cari-cari tak ada.
"Mama..., Kissy di mana?" teriak Maulida.
"Kissy, Kissy siapa?" tanya mamanya.
"Kissy kucing yang cantik itu," jawab Mauli.
"Ya nggak tahu lah, lagi main kali," jawab mamanya.
"Meong," suara Kissy pulang.
Mendengar suara meong, seketika Maulida memutar badannya dan kegirangan.
"Kissy..., Kamu kemana saja sih?"
Mauli segera mengambilkan makanan.
Kucing yang ditemukan di jalan itu kini tampak bersih dan sangat cantik. Mauli sangat menyayanginya, bahkan tidur pun sering bersama.
Beberapa bulan sudah Kissy mewarnai hidup Maulida. Ia tinggal di rumahnya. Kucing itu pun sangat penurut pada Maulida, seolah-olah tahu apa yang Maulida inginkan.
Belakangan ini, jadi banyak sekali kucing-kucing datang di rumahnya. Entah kucing jenis anggora milik siapa yang sering bermain bersama Kissy.
Karena Mauli suka dengan kucing, Mauli pun membiarkannya.
Kissy sangat suka jajanan, karena Maulida sering memberikan jajanannya. Maulida sering berbagi dengan Kissy, sampai makanan kesukaannya pun Kissy doyan.
"Mah... Kissy perutnya kok besar?" tanya Mauli pada mamanya, yang heran melihat kucing kesayangannya semakin gendut.
"Itu lagi hamil, Nak!"
"Hamil..., Berarti di perutnya Kissy, ada bayi kucing...,"
"Iya...," jawab mamanya
"Asyi...k," ucap Mauli kegirangan.
Saat hamil, Maulida lebih berhati-hati ketika merawatnya,
"Haduh, Mauli nggak kuat, badanmu gendut sekali..." keluh Mauli yang menggendong Kissy terasa semakin berat.
"Kayaknya Kissy mau melahirkan, Ma."
"Ya udah siapin aja kain di tempat tidurnya."
Mauli mempersiapkan wadah untuk Kissy.
Pagi, sore, siang, dan malam, Mauli menunggu Kissy melahirkan.
Namun Kissy belum juga melahirkan. Maulida pun beraktivitas seperti biasa.
Mauli sibuk dengan kegiatan sekolah, belajar untuk tes, hingga ia pun tidak begitu memerhatikan Kissy. Sampai tak sadar ibunya yang memberitahukan bahwa Kissy sudah melahirkan 4 ekor anak kucing, dengan warna yang berbeda-beda.
"Haah... Kissy, anaknya imut-imut sekali," gumam Mauli,
"Saya kasih nama ya," ucap Mauli sembari mengambil anaknya satu persatu,
"Ini Khosin, ini Mozza, ini..."
belum selesai Mouli berbicara,
"Ish...ish, jangan di pegang dulu... Kucing kalau masih baru jangan di pegangin dulu. biarin, nanti ibunya nggak kenal."
"Hah, nggak kenal...," pungkas Mauli keheranan.
"Kucing-kucing kamu yang dulu pada mati masih bayi kan...,"
"He'eh..." jawab Mauli
"Itulah, makanya biarin saja jangan dipegang-pegang nanti kalau sudah beberapa hari," pinta mamanya
"Ooh..., Begitu."
Maulida pun menuruti ibunya.
Hingga kucing-kucing itu bisa berjalan sendiri.
Maulida semakin senang karena kucingnya bertambah banyak.
*****
0 Comments: