Headlines
Loading...
Oleh. Dewi Irawati Artati


"Ma, minta uang lagi dong," rengek Doni pada mamanya.

"Loh, tadi kan sudah Mama kasih lima puluh ribu, Doni!" seru mama agak keras.

"Sudah habis ma, tadi Doni beli es krim sama mainan di sekolah," jawab Doni manja.

"Terus, yang ini mau buat apa?" tanya mama.

"Doni mau beli sosis bakar ma," rengek Doni lagi.

Karena lagi lelah sepulang kerja, mama tak mau ada keributan di rumah. Mama menyodorkan uang lima puluh ribuan.

"Segini cukup kan?" tanya mama.

"Cukup, Ma. Terimakasih!" ucap Doni langsung kabur menuju tempat penjual sosis yang tak jauh dari rumahnya.

Mama hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah anak semata wayangnya. Maklumlah kedua orang tua Doni pekerja semua. Mereka sama-sama bekerja di sebuah bisnis konveksi. Pendapatan mereka pun lumayan besar. Semua keinginan Doni selalu terpenuhi.

Bi Inah, asisten rumah tangganya sering mengingatkan Doni, dikala orang tuanya tidak ada di rumah. Tapi, tetap saja tak digubrisnya.

Selain suka jajan, Doni juga suka mentraktir teman-temannya di sekolah. Saat jajan di kantin ia selalu mengajak temannya untuk ikut jajan dengannya. Mereka pasti senang mendapat traktiran itu. Kecuali Nadim, ia selalu menolak traktiran dari Doni.

Ia menganggap kebiasaan Doni itu tidak baik. Menghambur-hamburkan uang setiap hari. Nadim memang dari keluarga sederhana. Jadi dia sangat menghargai pemberian orang tuanya. Ia pun sangat berhati-hati dalam membelanjakan uang sakunya.

Bahkan tak semua uang sakunya ia habiskan. Sebagian ia tabung. Nadim membiasakan diri untuk hidup hemat. Tidak seperti Doni, yang suka menghamburkan uang.

"Eh, Nadim. Kamu kenapa sih selalu menolak setiap kali ku ajak jajan di kantin!" seru Doni suatu ketika.

"Maaf Don, aku tidak terbiasa seperti itu. Uang saku dari ibuku ini sudah cukup kok," jawab Nadim.

"Alaah.... nggak usah sok deh, kamu. Emangnya kenapa sih. Teman-teman yang lain saja senang kalau aku ajak ke kantin," sahut Doni menyombongkan diri.

"Kata ibuku, kita tuh tidak boleh boros. Termasuk membelanjakan uang jajan. Kita harus menyisihkan sebagian, buat jaga-jaga kalau kita sedang butuh," sanggah Nadim.

"Ha ha ha, kalau aku sih, tak perlu menyisihkan. Karena orang tuaku banyak duitnya, jadi nggak bakalan habis," Doni kembali menyombongkan diri.

"Ya sudah, itu sih terserah masing-masing. Yang jelas boros itu temannya setan!" seru Nadim mengingatkan. Lalu pergi masuk ke kelas.

Pelajaran kedua pun dimulai. Pak Hadi, guru agama Islam memasuki kelas mereka.

Kebetulan materi yang dipelajari adalah bab tentang  larangan hidup boros.

"Anak-anak, Allah Swt telah memberikan rezeki kepada hamba-Nya agar selalu digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Sebaliknya, Allah melarang hamba-Nya menggunakan harta untuk pemborosan atau berlebihan," kata Pak Hadi menjelaskan.

"Hal itu tercantum dalam surat al-Isra' ayat dua puluh tujuh, yang bunyinya : innal mubazziriina kaanuu ikhwaanash shayaatiini wa kaanash shaytaanu li Rabbihii kafuura. Yang artinya,Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya." 

Murid-murid itu pun terlihat antusias dengan pelajaran itu. Termasuk Doni, dia merasa tersindir dengan pelajaran itu. Ia seperti mendapatkan teguran.

"Nah, anak-anak saya harap kalian bisa menerapkan pelajaran ini dalam kehidupan sehari-hari," Pak Hadi menasehati.

"Kalau sudah paham, coba kalian beri contoh hidup boros!" seru pak Hadi memberi pertanyaan.

Nadim pun menjawab, "Menghambur-hamburkan uang jajan pak!"

"Ya, boleh. Menghamburkan uang jajan, termasuk sikap boros ya anak-anak. Kita boleh menggunakannya sesuai dengan kebutuhan. Syukur-syukur bisa disisihkan kalau lebih." Pak Hadi menanggapi.

Doni semakin merasa tersentil. Apa yang dikatakan pak guru dan Nadim itu ternyata benar.

"Pak, bagaimana jika kita sudah terlanjur hidup boros? Apa tetap menjadi teman setan selamanya?" Tanya Doni polos, membuat seisi kelas tertawa.

Dengan bijak pak Hadi menanggapi.

"Pertanyaan bagus Doni. Segeralah bertaubat. Hentikan kebiasaan hidup boros. Allah itu Maha Pengampun, dan menyayangi hamba-Nya yang bertaubat."

Pelajaran pun usai. 

Doni pun merasa lega. Ia bertekad akan berhenti dari kebiasaannya menghamburkan uang. Ia tak mau menjadi teman setan. Ia hanya ingin disayang sama Allah.

Baca juga:

0 Comments: