Headlines
Loading...
Oleh. Ummu Hanik

Setiap hari Ali bangun pagi sebelum azan Subuh berkumandang. Ali selalu menyempatkan salat tahajud meski hanya dua rakaat, kemudian lanjut salat witir satu rakaat. Kebiasaan ini dilakukan sejak Ali mendapatkan penjelasan tentang keutamaan shalat tahajud yang disampaikan oleh Bu Ani guru agama.

Ali juga menyempatkan salat Subuh berjamaah di masjid dekat rumahnya. Rasanya menyenangkan ketika bisa salat Subuh berjamaah di masjid di pagi hari. Sepulang dari masjid, Ali akan berjalan-jalan sebentar menghirup udara pagi. Segar sekali. Membuat Ali semakin bersemangat menyambut datangnya pagi dan siap beraktivitas seharian.

Sepulang dari masjid, Ali akan membaca Al-Qur'an, dan membantu ibu di dapur. Kemudian menyiapkan sarapan dan bersiap untuk berangkat ke sekolah. Tak lupa, Ali menyempatkan waktu untuk membangunkan Fatimah dan mengajaknya ke masjid. Ali juga mengingatkan Fatimah tentang peralatan sekolahnya dan semua yang harus dibawa ke sekolah. 

"Fatimah, sudah siap/belum berangkat ke sekolah? Jangan lupa buku sesuai pelajaran hari ini dan alat tulisnya," kata Ali mengingatkan.

"Tenang Kak, semua sudah siap kok," jawab Fatimah.

Ali dan Fatimah pun berangkat ke sekolah. Di sekolah, mereka termasuk anak yang rajin dan disiplin, sehingga banyak anak yang menyukainya. Guru pun banyak memberikan pujian pada mereka dan menjadikan contoh pada yang lain.

Hari itu, di kelas, Ali sedang belajar matematika. Dua hari yang lalu, pak guru sudah memberikan tugas sepuluh soal untuk dikerjakan di rumah. Dari dua puluh lima anak, hanya lima anak yang mengerjakan. Pak guru memberikan pujian untuk lima anak yang sudah mengerjakan dan memberikan nilai tambahan. Sementara untuk anak yang tidak mengerjakan, pak guru masih memberikan kesempatan sekali dan meminta mereka untuk berjanji tidak mengulangi kelalaian dalam belajar.

"Anak-anak, seharusnya setiap malam kalian belajar. Menyiapkan buku pelajaran dan mengecek ada tugas apa tidak. Ketika ada tugas, segera dikerjakan. Karena setiap tugas yang dikerjakan itu adalah bentuk latihan mengasah kecerdasan kalian dalam memahami materi pelajaran," nasihat pak guru pada anak-anak.

"Contohlah teman-temanmu yang rajin belajar. Lihatlah temanmu Ali. Dia anak yang rajin belajar. Tidak pernah dia lalai dalam mengerjakan tugas. Coba Ali ceritakan pada teman-temanmu kegiatan belajar di rumah!" pinta pak guru.

"Sepulang sekolah, Ali makan siang dan  belajar. Kemudian mengerjakan tugas sekolah, Pak Guru. Setelah itu, tidur siang. Sore hari, setelah salat Ashar, Ali membantu ibu. Setelah salat Maghrib, Ali membaca Al-Qur'an dan belajar lagi, Pak guru," jelas Ali.

"Anak-anak, ternyata Ali mendisiplinkan diri dalam belajar. Jika sampai sekarang Ali mendapatkan prestasi belajar yang baik, itu karena bersungguh-sungguh dalam belajar. Jika kalian ingin berhasil, maka contohlah Ali."

Sekali lagi pak guru menegaskan pentingnya disiplin dalam belajar dan menjadikan Ali sebagai contoh untuk anak-anak yang lain.

Saat pulang sekolah, Irfan menghampiri Ali. Irfan teman sekelas Ali. Irfan termasuk anak yang kurang bersemangat dalam belajar. Hampir tiap hari, Irfan dimarahi guru karena tidak mengerjakan tugas. Bahkan buku dan alat tulisnya sering tidak lengkap. 

"Ali, boleh aku tanya sesuatu?" tanya Irfan.
"Iya, boleh saja Irfan. Mau tanya apa?" jawab Ali.
"Ali, banyak guru yang memujimu sebagai anak yang rajin dan disiplin. Sementara aku, hampir tiap hari dimarahi guru. Aku sebenarnya sudah jenuh dimarahi. Aku ingin berubah seperti kamu. Apa bisa Ali?" tanya Irfan dengan wajah murung.

"Irfan, selama kita mau berubah, kesempatan itu pasti ada. Kamu bisa kok jadi anak yang rajin dan disiplin. Asalkan kamu mau merubah kebiasaanmu," jawab Ali.

"Caranya bagaimana Ali biar aku bisa sepertimu?" tanya Irfan penasaran.

"Caranya ya kamu harus membiasakan hal yang baru. Misal, jika selama ini kamu tidak pernah belajar, sekarang harus melakukan. Jika habis salat Maghrib biasanya kamu nonton TV, maka sekarang diganti. Kamu gunakan waktumu untuk belajar," jelas Ali.

"Tapi, aku malas belajar itu karena aku tidak paham dengan pelajarannya. Saat dijelaskan guru, aku kurang bisa menerima," keluh Ali.

"Oke, bagaimana kalau kita belajar bersama? Sepulang sekolah, mainlah ke rumahku. Nanti kalau ada pelajaran yang belum kamu pahami, insya Allah aku bantu," kata Ali.

"Wah, aku mau. Terima kasih Ali ya...," jawab Irfan dengan bersemangat. Dipeluknya Ali dengan rasa haru. Ia tak menyangka jika Ali mau membantunya. 

Hari demi hari pun berlalu. Irfan mengalami kemajuan. Prestasi di kelasnya semakin membaik. Tak lagi kemarahan guru yang dia dapat, melainkan pujian yang semakin membuatnya bersemangat dalam belajar. Semua ini karena nasihat Ali agar ia mendisiplinkan diri dan mengganti kebiasaan buruknya dengan yang baik. Dalam dirinya, ia berjanji akan selalu disiplin dalam hidupnya.

Baca juga:

0 Comments: