Cernak
Cika Penyayang Binatang
Oleh. Firda Umayah
"Nah, sekarang ustazah absen lagi ya, Cika...," ucap ustazah Ina memanggil Cika.
"Cika tidak masuk, Bu. Katanya kucingnya sakit," jawab Elang.
Ustazah Ina yang heran lalu bertanya kepada Elang. Mengapa Cika tidak masuk sekolah hanya karena kucingnya sakit?
Elang lalu menjawab bahwa Cika sangat menyukai hewan-hewan yang disukai Nabi Muhammad. Salah satunya kucing. Tapi, salah satu kucing Cika saat ini sedang sakit kulit. Jadi butuh perawatan khusus.
"Lho, memangnya boleh ya Ustazah tidak masuk karena kucingnya sakit?" tanya Deni kepada ustazah Ina.
Ustazah Ina diam sejenak. Ia lalu menanyakan apakah di sekitar rumah Cika ada klinik hewan. Lalu semua anak ikut terdiam. Karena tidak bisa menjawab pertanyaan ustazah Ina.
"Ustazah, kalau di kecamatan kita memang tidak ada klinik hewannya. Adanya toko pakan hewan," ucap Sasya memecah keheningan.
"Baiklah anak-anak, Ustazah ijinkan Cika tidak masuk hari ini. Karena menolong sesama mahluk hidup ciptaan Allah juga sangat dianjurkan dalam agama Islam. Apalagi itu salah satu hewan kesayangan Rasulullah. Tidak hanya itu, saat hewan sakit, memang butuh dirawat oleh manusia. Karena hewan punya keterbatasan," jelas ustazah Ina.
Semua siswa memperhatikan penjelasan ustazah Ina dengan antusias. Mereka kini paham, kalau manusia juga harus menolong kepada sesama makhluk hidup seperti hewan.
Apalagi hewan peliharaan. Maka, siapa pun yang memelihara hewan, ia harus merawatnya dengan baik.
"Jadi, merawat hewan itu juga berpahala ya. Tapi, kita tidak boleh memelihara hewan yang sifatnya najis besar seperti anjing dan babi," tambah ustazah Ina.
"Ustazah, tanya. Apakah menyayangi hewan itu sama dengan hadis yang diajarkan Ustaz Azhar?" tanya Wildan.
"Tentu saja. Hadis itu berlaku secara umum. Maka, dengan hewan pun kita tidak boleh menyakitinya. Kecuali hewan itu bisa membahayakan diri kita atau yang lain, maka tidak apa-apa kita pukul. Misalnya memukul nyamuk dan ular yang mengancam kesehatan manusia. Kalian masih ingat hadis tentang menyayangi? Kalau hafal, ayo dibaca bersama-sama" kata ustazah Ina.
Anak-anak kelas dua SD Al Ikhlas pun bersama-sama membacakan hadis tersebut.
Ù…َÙ†ْ Ù„َا ÙŠَرْØَÙ…ْ Ù„َا ÙŠُرْØَÙ…ْ
“Barang siapa yang tidak menyayangi, maka dia tidak akan disayangi.” (HR. Muslim).
Setelah semua kelas dua membacakan hadis, pelajaran pada hari Rabu itu pun dimulai. Ustazah Ina selaku wali kelas dua membuka pelajaran dengan tahsin Al-Qur'an.
Anak-anak kelas dua yang sudah memasuki juz empat, tetap berada di kelas untuk tahsin dan tahfiz bersama ustazah Ina. Sedangkan anak-anak yang tahsin sebelum juz empat, dijadikan satu dan belajar bersama ustazah Rahma di ruang yang berbeda.
Semua anak-anak sangat senang mengawali belajar mereka di sekolah dengan membaca dan menghafal Al-Qur'an. Mereka ingin, kelak mereka bisa memberikan mahkota kemuliaan untuk kedua orang tua.
Mereka juga ingin mendapatkan keberkahan dan kemudahan hidup dari membaca dan menghafal Al-Qur'an. Meskipun bagi sebagian kelas dua masih ada yang berat untuk menghafal Al-Qur'an, guru-guru di SD Al Ikhlas tidak pernah lelah untuk memberikan semangat dan motivasi.
Apalagi, selesai membaca dan menghafal Al-Qur'an, selalu ada hikmah yang diambil dari ayat-ayat Al-Qur'an yang sudah dibaca atau dihafal. Semua itu adalah cara untuk selalu menumbuhkan rasa cinta anak-anak SD Al Ikhlas kepada Al-Qur'an sebagai pedoman hidup.
0 Comments: