Oleh. Ana Mujianah
"Faza, ini uang untuk iuran bulanannya ya. Nanti Faza kasih ke Miss Siska. Kembaliannya buat infak Jumat di sekolah," pesan bunda sebelum Faza berangkat sekolah.
"Iya, Bund." Faza mengangguk. Setelah mencium tangan bundanya, Faza segera naik ke motor ayah.
"Assalamualaikum, Bunda. Da-daa ... Dik Husna." Faza melambaikan tangan kepada bunda dan adik Husna dengan semangat. Hari itu adalah hari Jumat. Di sekolah Faza ada jadwal market day dari kakak kelas lima. Tadi, bunda sudah memberikan uang saku sendiri kepada Faza.
Sesampai di sekolah, Faza segera berpamitan kepada ayah. Faza mencium tangan ayah dan mengucapkan salam.
"Faza, jangan lupa uang iurannya segera dikasih ke Miss Siska ya," pesan ayah mengingatkan Faza.
"Iya, Yah," sahut Faza. Bel tanda masuk berbunyi. Faza segera berlari menuju kelas. Jam pertama adalah pelajaran Bahasa Inggris bersama Miss Siska.
"Miss, ini uang iurannya." Faza mendekati Miss Siska di meja guru setelah pelajaran selesai.
"Iya terimaksih, Faza." Miss Siska segera mencatatnya dan memberikan uang kembalian kepada Faza. Faza pun kembali melanjutkan pelajaran berikutnya.
"Kriiing!" Bel tanda istirahat berbunyi. Anak-anak bergegas membereskan perlengkapan masing-masing. Mereka segera berhamburan ke luar kelas.
Di kantin sekolah sudah ramai. Kakak kelas lima sudah menggelar dagangan market day mereka dengan rapi. Ada aneka makanan, martabak telor, es kocok alpukat susu, mie spaggeti, jus buah, cokelat isi es krim, dan masih banyak lagi dagangan lain dari market day kakak kelas.
Sejak pertama datang ke kantin, pandangan Faza langsung tertuju pada bola-bola cokelat isi es krim.
"Ini berapa harganya, Kak?" tanya Faza.
"Satu cup gini tujuh ribu, Dek. Isinya banyak ada lima bola cokelatnya. Adek mau yang mana?" Kakak penjual menjawab pertanyaan Faza dengan ramah.
"Es krimnya macem-macem rasanya, lho. Ada rasa strawberry, vanila, rasa cokelat juga," kata si kakak kelas menawarkan dagangannya. Faza merogoh sakunya. Tadi bunda hanya memberi uang jajan lima ribu. Kalau ingin membeli cokelat isi es krim, berarti uangnya kurang dua ribu.
"Ntar dulu deh, Kak. Faza lihat jajan yang lain dulu," ucap Faza kepada kakak penjual. Kakak penjual mengangguk sambil tersenyum ramah.
Faza berputar-putar mengelilingi area market day. Tidak ada yang menarik hatinya kecuali cokelat isi es krim. Faza merogoh lagi kantong celana sebelah kanan. Berharap ada sisa uang jajan kemaren.
"Ada uang sepuluh ribu?" Mata Faza melotot girang.
"Eh, tapi ini kan uang kembalian dari Miss Siska untuk infak." Faza bimbang. "Hmm, apa infaknya lima ribu aja ya," batinnya lagi sambil mengetuk-ngetuk jari telunjuk ke bibir.
"Ya udah, infak lima ribu aja. Yang lima ribu buat tambah beli cokelat es krim. Kan, infak seikhlasnya. Bunda juga nggak tau kalau infak lima ribu," ucap Faza lirih.
Faza kemudian bejalan menuju stand cokelat es krim tadi. Namun, di tengah jalan tiba-tiba langkahnya terhenti.
"Infak memang boleh seikhlasnya. Tapi kan, kata bunda uang kembalian iuran suruh buat infak semua. Kalau Faza buat beli es krim yang lima ribu berarti Faza bohong, dong." Faza mondar-mandir di tempat.
"Enggak-nggak! Nggak boleh!" ucapnya.
"Bunda memang nggak tahu, tapi Allah Maha Melihat. Ada Malaikat Rakib dan Atid yang mencatat perbuatan Faza." Faza akhirnya berbalik. Faza mengurungkan niatnya ke kantin. Kemudian bergegas menuju masjid sekolah dan memasukkan uang sepuluh ribu ke kotak infak.
Faza duduk di teras dengan lemas. Hampir saja Faza berbuat dosa yaitu berbohong. "Maafin Faza, ya Allah," ucapnya lirih sambil bersandar di tiang.
"Eh Faza, kamu ngapain di sini?" tanya Aldo mengagetkan Faza.
"Engg-nggak papa," jawab Faza gelagapan.
"Oh ya kebetulan. Aku tadi dibeliin Miss Siska cokelat es krim dua. Ini, satunya buat kamu. Isinya banyak, kalau aku makan sendiri pasti juga nggak habis." Faza melongo melihat cokelat es krim di tangan Aldo. Dengan gemetar Faza menerima cokelat itu.
"Ini beneran buat aku?" tanya Faza memastikan. Aldo pun mengangguk yakin.
"Makasih ya, Aldo," ucap Faza dengan senyum lebar.
"Sama-sama. Aku juga makasih, waktu itu kamu sudah bagi makanan buat aku," sahut Aldo. Dua anak laki-laki itu sama-sama tersenyum dan menghabiskan cokelat es krim mereka di bangku depan masjid. Akhirnya Faza bisa makan cokelat es krim tanpa harus berbohong kepada bunda.
0 Comments: