Headlines
Loading...
Oleh. Firda Umayah

"Bu, ini harganya semua berapa?" tanya Deni kepada Bu Sari penjaga kantin sekolah.

"Oh, Sebentar ya. Rotinya dua ribu ditambah siomaynya dua ribu sama es lilinnya seribu, jadi lima ribu ya," jawab bu Sari.

"Maaf, Bu. Es lilinnya tidak jadi saja. Jadi semua empat ribu ya Bu," kata Deni sambil menyerahkan selembar uang lima ribu kepada bu Sari. 

Bu Sari lalu tersenyum dan memberikan kembalian seribu rupiah kepada Deni.

"Deni, kenapa kamu balikin es nya? Katanya tadi kamu mau beli es?" tanya Gio kepada Deni.

"Enggak apa-apa kok. Aku juga udah bawa minum air putih. Aku bisa minum itu," jawab Deni.

Setelah pelajaran usai, semua siswa dijemput oleh orang tua masing-masing untuk pulang. Begitu juga dengan Deni. Ia menunggu ibu datang menggunakan sepeda motor matic warna hitam seperti biasanya.

Teman Deni dijemput satu persatu hingga tersisa Deni dan Gio saja yang belum dijemput. Sambil menunggu jemputan ibu, Deni berjalan menuju musala sekolah lalu memasukkan uang seribu rupiah ke dalam kotak amal yang ada di dalam musala. Gio yang melihat hal itu, lalu bertanya kepada Deni, 

"Deni, itu uang kembalian jajan tadi ya?" tanya Gio.

"Ya, Gio. Emangnya kenapa?" tanya Deni kepada Gio.

"Kamu setiap hari infak ke kotak amal?" kata Gio balik bertanya.

"Ya, enggak juga sih. Tergantung aku dapat uang jajan apa enggak. Kalau dapat uang jajan ya pasti aku sisihkan sebagian buat infak," jawab Deni.

Ternyata, Deni melihat ayahnya selalu memasukkan infak setiap kali ayah Deni pergi ke masjid. Ayah Deni pernah berkata bahwa di setiap harta yang Allah berikan kepada kita, maka ada milik orang lain. 

Maka dari itu, ayah Deni mengajarkan agar sesering mungkin bisa berinfak. Apakah itu berinfak untuk rumah Allah, fakir miskin, anak yatim atau yang lainnya. Berapa pun yang diinfakkan, insya Allah akan selalu menjadi amal saleh bagi yang berinfak.

Deni juga menjelaskan bahwa  kegemarannya dalam berinfak, karena ia ingin disayang oleh Allah. Infak juga bukti bahwa kita  bersyukur atas semua nikmat yang telah Allah berikan. 

"Terus aku harus bagaimana, Deni, kalau ibu hanya bisa memberiku uang dua ribu untuk beli roti? Aku lapar karena tidak pernah sarapan," kata Gio.

"Gio masih bisa sedekah, kok. Misalnya tersenyum saat bertemu teman-teman, membantu ustaz dan ustazah atau yang lainnya," jawab Deni.

Gio pun tersenyum. Ternyata dalam agama Islam, ada banyak cara untuk bisa beramal saleh dan bersedekah. Tidak hanya dengan harta.

Tak lama setelah Deni dan Gio mengobrol, suara yang tak asing terdengar oleh Deni. Rupanya itu adalah suara Elang, teman sekelas Deni dan Gio.

"Deni, ibu kamu udah datang, tuh. Ayo ke depan sekolah. Aku capek nih nyariin kamu," kata Elang.

Deni pun mengangguk dan berjalan meninggalkan musala. Demi melihat ibunya sudah siap berada di atas motor, Ibu Deni terlihat anggun mengenakan gamis biru dongker dan kerudung hitam. 

Deni berlari menghampiri ibu dan mencium tangan ibu. Sedangkan Gio masih menunggu ibunya datang bersama beberapa anak dari kelas lain.

Baca juga:

0 Comments: