Headlines
Loading...
Oleh. Firda Umayah

"Ayo, Rio. Ayo, Zidan. Ayo, ayo!" ucap beberapa teman laki-laki Elang.

Ternyata saat Elang membantu ustazah Ina, sebagian anak-anak kelas dua dan tiga bermain bersama. Mereka bermain sepakbola di area lapangan SD Al Islam.

Ada 12 anak yang ikut bermain sepakbola. Enam pemain berasal dari kelas dua dan enam pemain dari kelas tiga. Agar lawan main bisa seimbang, maka pemain sepak bola dicampur antara kelas dua dan tiga.

Setelah Elang selesai membantu ustazah Ina, Elang berjalan balik menuju kelas dua melewati lapangan yang ada di tengah-tengah sekolah. Namun, Elang melihat terjadi pertengkaran antara dua tim sepakbola.

"Kamu yang curang," ucap Raka kelas tiga.

"Bukan, kamu yang curang," kata Samsul yang juga kelas tiga.

Elang lalu mendatangi keributan itu dan bertanya apa sebabnya.

"Ini tuh, tadi tim Raka curang. Dia main jegal kakinya Aldo," kata Samsul.

"Enggak, fitnah itu. Kalau enggak percaya, tanya aja yang nonton anak kelas satu," jawab Raka.

"Sudah ..., sudah. Kan di sekolah ini kita tidak boleh berkelahi. Coba aku tanya ke anak-anak kelas satu," kata Elang.

Tapi, sayangnya sebelum Elang bertanya, anak-anak kelas satu sudah lari entah kemana. Sepertinya mereka takut melihat kakak kelas mereka, Raka dan Samsul, berkelahi.

Melihat kejadian itu, semua kelas dua dan tiga yang ada di lapangan langsung tertawa bersama. Mereka tak sadar kalau suara Raka dan Samsul sudah mengganggu adik-adik kelas satu yang dari tadi menonton permainan sepakbola.

"Mas Raka, mas Samsul. Berkelahi itu tidak bagus. Coba lihat. Anak-anak kelas satu saja ketakutan," kata Elang. 

Semua anak yang ada di lapangan diam mendengarkan Elang berbicara. Badan Elang yang tinggi besar seperti anak kelas empat, membuat anak-anak kelas tiga takut dibuatnya.

"Nah, karena tidak ada saksi yang melihat jelas kejadian tadi, lebih baik kita saling memaafkan saja," kata Elang.

Raka dan Samsul masih sama-sama diam. Lalu Elang menarik tangan kanan Raka dan Samsul. Kemudian menyatukan kedua tangannya agar saling memaafkan.

"Lain kali, siapapun yang main, semua juga harus jujur, ya. Jangan sampai curang dan bohong. Apalagi melukai orang lain," kata Elang.

Elang juga berkata kalau berkelahi adalah perbuatan yang dibenci oleh Allah. Berkelahi juga merupakan perbuatan yang disukai setan. Sehingga, jika Raka dan Samsul tidak mau berdamai, maka setan akan bertepuk tangan karena berhasil merusak persaudaraan anak muslim.

Menyadari bahwa tindakan keduanya salah, maka Raka dan Samsul pun saling meminta maaf. Keduanya akan berusaha tetap menjalin pertemanan. Meskipun dalam sebuah permainan, adakalanya mereka harus bersaing agar bisa menang.

"Ustazah Ina datang, ustazah Ina datang," terdengar suara Ghoza berlari masuk ke ruang kelas dua. 

Ternyata tanpa disadari, waktu istirahat sudah berakhir. Semua siswa SD Al Islam harus segera masuk kelas kembali. 

Semua anak-anak yang di lapangan pun menjadi berhamburan karena masuk ke kelas masing-masing. Begitu juga Elang yang sudah berhasil menyatukan mas Raka dan mas Samsul.

Elang sangat senang ternyata ia bisa mendamaikan keduanya. Meski Elang berbadan besar, tapi ia tak suka berkelahi. Ia lebih suka membantu orang agar mendapatkan pahala di hadapan Allah. [ ]

Baca juga:

0 Comments: