Headlines
Loading...
Oleh. Firda Umayah

"Finta, ayo sekarang giliran kamu," pinta ustazah Ina kepada Finta.

"Enggak apa-apa Finta, kamu pasti bisa," kata Sasya memberikan semangat kepada Finta.

Akhirnya Finta maju ke depan kelas untuk membacakan isi suratnya. Tapi suaranya yang  pelan membuat kelas menjadi sedikit ramai.

"Kenapa sayang? Finta malu? Kan di sini ada ustazah. Coba Finta baca lagi isi suratnya dengan lebih keras," ucap ustazah Ina.

Finta tetap membaca dengan pelan. Ustazah Ina pun membiarkan. Finta memang anak yang pemalu jika di luar rumah. Ia tidak banyak menunjukkan ekspresi wajahnya ketika di kelas atau ketika bermain bersama teman-temannya.

Padahal, kalau di rumah, Finta anak yang ceria dan cerewet. Setiap hari, ia selalu menceritakan kegiatan sekolahnya kepada bundanya.

"Ayo, tepuk tangan semua untuk Finta. Terima kasih Finta, sudah membacakan surat cinta untuk Bunda," kata ustazah Ina.

Semoga siswa kelas dua pun bertepuk tangan. Lalu Finta duduk kembali ke tempatnya.

"Finta, nanti aku boleh baca surat kamu enggak?" tanya Ana.

Finta pun mengangguk dan memberikan buku tulisnya kepada Ina. Sambil menunggu ustazah Ina menulis di papan tulis, Ana membaca surat Finta yang ditulis untuk bundanya.

"Untuk bundaku yang ku cintai karena Allah.

Terima kasih bunda, telah melahirkan dan membimbing ku. Telah mengajari dan menemaniku. Telah sabar dan sayang kepadaku. Aku sayang bunda. Aku ingin jadi anak salehah.

Maafkan jika Finta banyak salah dan suka bikin bunda sedih. Jazakillah khairan kasiran, bunda."

Begitulah isi surat Finta. Ina sangat kagum kepada surat Finta. Tulisan Finta rapi dan bagus. Isi suratnya juga sangat disukai Ana.

"MasyaAllah, Finta. Surat kamu bagus banget. Seharusnya tadi kamu membacanya dengan kencang. Biar semua teman kita kedengaran," kata Ana.

"Aku malu, Ana. Aku tidak suka tampil di depan orang," jawab Finta.

"Gak apa-apa, Finta. Mungkin lain kali kamu bisa tampil lebih baik lagi," ucap Ana memberi semangat.

"Anak-anak, perhatikan semua ke depan papan tulis ya. Nanti, surat cinta untuk ibu yang kalian buat, kalian berikan ke ibu kalian dan diberi tanda tangan ya," ucap ustazah Ina memberikan perintah.

Semua anak pun langsung memasukkan buku tulis tematiknya. Lalu mengeluarkan buku tulis fiqih. Begitu juga dengan Ana. Ia lalu mengembalikan buku tulis milih Finta.

Sepulang sekolah, Finta menunjukkan surat cinta di buku tulis kepada bundanya. Bunda Finta tersenyum membaca surat itu.

"Terima kasih atas surat cintanya ya sayang. Bunda minta, kak Finta tetap jadi anak dan kakak yang baik ya. Rajin salat, ngaji dan hafal Al-Qur'an, pokoknya semua yang baik deh," kata bunda Finta.

Finta menganggukkan kepalanya. Bunda lalu memeluk dan mencium pipi Finta. Meskipun Finta dikenal ada yang pemalu dan pendiam di sekolah. Tapi ia adalah kakak yang baik untuk Raisya, adiknya. 

Finta juga anak yang rajin beribadah tanpa harus di suruh orang tua. Ia sudah belajar mandiri sejak umur lima tahun saat Raisya lahir.

Finta juga terbiasa melakukan aktivitas harian seperti mandi, makan, salat, ngaji Al-Qur'an, mencuci piring, merapikan kasur, menyapu dan melipat baju sendiri sejak kelas satu Sekolah Dasar. Meskipun terkadang, bunda juga membantunya. 

Finta juga anak yang pintar menjaga adiknya Raisya. Ia suka mengalah dan berbagi kepada Raisya. Finta sangat sayang adiknya. Bunda Finta, sudah mengenalkan kalau Finta akan memiliki adik ketika bunda mengandung Raisya. Sehingga, ketika Raisya lahir, Finta pelan-pelan bisa menerima kelahiran Raisya. Karena bunda juga selalu ada ketika Finta membutuhkan bantuan.

Baca juga:

0 Comments: