Cernak
Haura Main Hujan-hujanan
Oleh. Teti Purwasih Firdaus
"Enin, boleh gak Awa main hujan- hujanan?"
Cucu pertamaku merengek minta diizinkan ke luar teras rumah.
"Boleh, kalau hujannya deras dan tidak ada petir" jawabku.
Riang gembira dia mendengar, kalau dia boleh main hujan-hujanan.
Melesat lari ke luar teras sambil bernyanyi. Hujan rintik...rintik angin bertiup.... Dua mata bola sedang berteduh...la... .. la.. la...
Tidak lama Fakhrina anakku yang bungsu menyusul ke luar juga.
"Asyik... asyik kita lari ke lapangan basket yuuk, Kholah?" kata Haura kepada tantenya.
Melihat hujan deras sekali dan tidak ada petir, maka ramai- ramailah ke luar rumah, Enin, Abah, Umma dan Abinya Haura semua hujan hujanan keliling komplek.
Tetangga tersenyum melihat kita hujan-hujanan berjamaah. Tidak lupa pancuran rumah menjadi rebutan untuk mandi di bawahnya. Seperti air terjun.
"Haura sini, Haura sini lihat ada es batu berjatuhan seperti kelereng jatuh dari genting rumah, ayo kita ambil " kata Fakhrina memanggil ponakannya.
Rupanya ada hujan es juga.
Karena penasaran semua rebutan mengumpulkan air hujan berbentuk es batu, namun tidak lama mencair.
"Enin emangnya di langit ada kulkas ya?"
Oh iya air hujan ini airnya dari mana sih, Enin?"
Kritis terus bertanya, memang lagi masa ingin tahunya tinggi.
Air hujan itu dari sungai mengalir ke laut, lalu menguap jadi awan, lalu ada angin maka turunlah hujan.
Itu semua atas perintah dari Allah pencipta kita dan seluruh alam ini.
Hujan itu ciptaan Allah. Petir juga es tadi juga.
Haura manggut-manggut tanda mengerti.
Walau usianya baru lima tahun.
Mulutnya mengigil, giginya gemeretek, rambut basah kuyup.
"Yuuk sudah kita masuk, mandi di kamar mandi sudah lama kedinginan,"
kataku, mengajak pulang dari lapangan basket.
Semua senang hari itu.
Hiburan sederhana tapi membuat kita sehat dan bahagia.
Serasa masa kecil dahulu.
Alhamdulillah benar-benar ceria penuh suka cita.
Haura tersenyum bahagia, Fakhrina juga bahagia. Hujan besar menjadi sesuatu yang dinanti.
Apalagi jika sedang kumpul di rumahku bercengkrama sambil hujan-hujanan bersama.
"Siapa yang suka berdoa supaya hujannya deras dan tidak ada petir?"
Haura dan Fakhrina pasti berdoa "Ya Allah hujan yang besar ya Allah, jangan ada petir, ya Allah Aki mau hujan- hujanan lagi, ya Allah" katanya.
"Aamiin" kata Haura menimpali dari belakang.
Ternyata hujan itu menjadi cara kami menikmati anugrah dari sang pencipta.
Anjuran Rasulullah saw untuk mengambil berkah air hujan
dengan ke luar rumah dan hujan-hujanan.
Wallahu a'lam.
0 Comments: