Oleh. Rahma Ummu Zubair
Percakapan Ghazi dan ibunya di sore hari yang begitu hangat menambah kedekatan diantara mereka berdua. Dengan secangkir teh, Ratna menemani Ghazi dan adik-adiknya bermain di teras rumah.
"Umi, hidungnya adik Yahya kok meler terus ya?" tanya Ghazi.
"Dia lagi pilek, Nak, jadi ingusnya keluar terus," kata Ratna.
"Tadi pagi di sekolah Ghazi belajar tentang lima alat indera yang dimiliki oleh manusia, Mi. Wah ternyata kita punya alat indera yang lengkap, alhamdulillah ya, Mi," kata Ghazi sambil melahap onde-onde pelangi buatan Ratna.
"Alhamdulillah, iya, Nak, lidah juga termasuk alat indera manusia yang berfungsi untuk mengecap dan bisa juga untuk mencicipi onde-onde pelanginya Umi, sampai doyan, jangan lupa bersyukur ya!" kata Ratna dengan senyum yang sedikit menggoda.
"Hehehe, Umi tau aja, alhamdulillah," kata Ghazi agak malu-malu.
Ratna pun mengusap ingus Yahya dengan lap kain khusus ingus yang dikaitkan di baju Yahya. Tak lama, truk pengangkut sampah melintas di depan rumah Ghazi. Lantas berhenti tak jauh dari rumahnya untuk mengambil sampah.Tercium aroma busuk keluar dari dalam box sampah yang dibuka oleh petugas kebersihan.
"Ummm, bau apa ini, Mi?" kata Ghazi yang menutup lubang hidungnya yang sebelah.
"Itu, di depan ada truk sampah baru tiba, Mas," kata Ratna.
"Kok Mas Ghazi menutup hidungnya hanya sebelah?" tanya Ratna.
"Soalnya yang sebelah agak tersumbat, Mi," kata Ghazi.
"Oh, gitu, coba Mas Ghazi kasih minyak kayu putih di hidung yang tersumbat," kata Ratna sembari masuk rumah untuk mengambil minyak kayu putih.
"Ini, Sayang," kata Ratna dengan menyodorkan minyak kayu putih ke Ghazi.
"Terima kasih, Umi," balas Ghazi dan kemudian dia mengusap hidungnya dengan minyak tersebut.
"Gimana, Nak, rasanya hidung yang tersumbat?" tanya Ratna.
"Gak leluasa, Mi. Kalau mau bernapas agak susah, tapi alhamdulillah, Mi cuma satu lubang." jawab Ghazi.
"Iya, Nak, pernapasan akan terganggu. Nah, sekarang gimana rasanya setelah dikasih minyak kayu putih?" tanya Ratna.
"Alhamdulillah, hidungku plong," kata Ghazi.
"Alhamdulillah, Allah menciptakan manusia dengan keadaan sempurna, maka manusia harus banyak bersyukur. Apalagi dengan diciptakannya sistem pernapasan dalam tubuh manusia yang begitu hebat. Meskipun saat kita tertidur, kita masih bisa bernapas tanpa kita perintah. Coba Mas Ghazi bayangkan, gimana jadinya kalau pernapasan itu, kita yang harus mengaturnya? Saat menghirup perlu komando dari kita agar udara mau masuk ke sistem pernapasan. Saat di dalam tubuh juga perlu perintah kita untuk menyebarkan oksigen ke seluruh tubuh," kata Ratna.
"Terus saat dihembuskan, juga menunggu perintah," sambung Ghazi.
"Lha iya, semua menunggu perintah kita, nah kapan kita tidur untuk istirahat?" tanya Ratna sembari mengusap ingus Yahya lagi.
"Benar juga ya, Mi, meski kita sedang tidur pernapasan kita masih terus berlangsung tanpa menunggu perintah kita, masyaAllah ya, Mi," kata Ghazi sembari terus menghirup ujung botol minyak kayu putih yang terbuka.
"Allah Maha Hebat, Allah Maha Kuasa, Allah Maha Mengatur, semua Allah yang menciptakan dan mengaturnya, oleh karena itu kita harus banyak bersyukur, Nak," ajak Ratna.
"InsyaAllah iya, Mi," balas Ghazi.
"Hidung yang plong adalah rezeki dari Allah yang sungguh nikmat sangat luar biasa, bahkan udara yang dihirup pun gratis, tis, loh," kata Ratna dengan tatapan mata semangat.
"Hehehe iya, Umi, alhamdulillah, yee, yee, yee, udara yang kita hirup gratis, tis," kata Ghazi kegirangan sambil loncat-loncat seperti anak yang menang sebuah perlombaan.
Bincang-bincang sore oleh kedua ibu dan anak itu sangat renyah dan penuh akrab, semakin menambah rasa syukur atas segala pemberian dari Allah Swt. Maka wajib bagi setiap manusia untuk menjaga dan merawat semua amanah dan rezeki yang Allah berikan agar bernilai pahala hingga ke surga, aamiin.
0 Comments: