Headlines
Loading...
Oleh. Iis Nopiah Pasni

Ahad pagi, hujan mengguyur kota Muara Enim tercinta. Udara jadi sejuk terasa rumah seperti dekat perkebunan teh yang hijau. Bumi Serasan Sekundang basah. 

Abi tak lupa membaca doa ketika turun hujan,
"Bismillahirrahmanirrahim, Allahumma Shayyiban Nafian, Artinya Ya Allah dengan turunnya hujan mu turunkanlah juga manfaat, Aamiin." Abi berdoa khusyuk sambil duduk dan menengadahkan kedua tangannya.

"Masyaallah, anak Bunda keren sekali ya, udah hafal doa ketika turun hujan," puji Bunda pada Abang Abi.

"Kan, Bunda yang ajarkan," kata Abi. "Setiap hujan selalu baca doa itu, ya lama-lama Abang hafal, Bun," katanya lagi dengan semangat.

"Makasih ya, Bun," katanya tiba-tiba memeluk bundanya.

"Iya, Sayang. Sama-sama." Bunda Isna membalas pelukan. "Setiap hari harus diisi dengan doa," kata Bunda Isna.

"Iya, agar selamat dunia akhirat," kata mereka hampir berbarengan. Mereka tersenyum bersama.

"Ada hujan juga bukti bahwa adanya Allah, Bang," bisik  Bunda pada Abi yang tersenyum manis.

Adik Hani nampak masih tidur dengan lelap setelah tadi terbangun dan minta minum  susu. Bunda Isna lalu ke dapur. Ia memasak air. Membuat kopi untuk suaminya.

"Bun, kapan ke rumah Dik Shilla?" tanya Abi. Tangannya memegang mainan lato-lato miliknya.

"Ntar siang, Insyaallah," jawab Bunda sambil mengaduk kopi..

"Abang udah nggak sabar main bareng Dik Shilla dan sepupuku yang lain," kata Abi antusias.

"Coba, siapa saja nama sepupu yang sering Abang main bareng, ingat nggak?" tanya Bunda sambil tersenyum melihat ke arah anak laki-lakinya itu.

"Adik Algi, Adik Elqathan, Adik El, Adik Shifa, Ayuk Amira, Abang Rama, Kakak Khalid, Ayuk Afiqah, Ayuk Nadiva, Ayuk Tri, dan ... masih banyak lagi, Bun," katanya penuh semangat.

"Masyaallah, banyak ya sepupu Abi," kata Bunda Isna pada anaknya.

"Trus, tahu nggak rumahnya Dik Shilla di mana?" tanya Bunda pada Abi.

"Itu Bun, yang jalan baru dekat Terminal Regional," katanya lagi penuh semangat.

"Masyaallah, ingat aja si Abang," kata Bunda lagi.

"Ingat dong," jawab Abi sambil  menaikkan kedua alisnya. Duh lucunya. Bunda Isna tersenyum lalu meneruskan pekerjaannya. Bunda hendak menjemur pakaian yang sudah dicuci tadi pagi. Tetapi tampaknya cuaca sedang tak bersahabat, hujan masih mengguyur kota Muara Enim tercinta. Bahkan makin deras. Hari sudah menunjukkan jam 10.13 WIB tapi terasa masih pagi. Kota Muara Enim diguyur hujan sedari tadi.

Dik Hani bangun tidur dan langsung dimandikan, minum sebotol susu dan diajak makan nasi lauk telur rebus dengan kuah rendang nangka yang diberi oleh  Momi Bian.

Alhamdulillah ketika lepas Zuhur hujan sudah reda. Abi dan Hani sudah siap berangkat silaturahmi ke rumah Adik Shilla. Masyaallah, sesampai di sana sudah ramai yang datang. Sungguh senangnya bisa berkumpul bersama.

Tak menunggu lama, acara dimulai dengan  berdoa bersama. Lalu hadiri dipersilakan makan aneka hidangan seperti  lontong, tekwan, berbagai kue kukus santan yang cantik. Ada kopi juga es. Tak lupa kemplang panggang beserta sambal pedasnya. 

Masyaallah senangnya hati, bisa berkumpul sebulan sekali. Abi bermain bersama sepupunya dengan ceria.

"Bun, mau minum esnya boleh?" tanya Abi pada bundanya. Bundanya mengangguk pelan.

"Bun, Abang mau makan lontong pake telur rebus," kata Abi lagi. Bunda pun mengambilkan semangkuk lontong dengan telur untuk Abi dan semangkuk lagi untuk Dik Hani. Bunda dan kedua anaknya makan satu meja bersama Mama Cyik, Nenek, Mas Ekal, Bang Zaidan dan Adik Elqathan.

Ahad ini, kegiatan Abi dan Hani si Anak Tangguh diisi dengan silaturahmi bersama keluarga besar.

Muara Enim, 19 februari 2023

Baca juga:

0 Comments: