Milenial
Jadilah Pemuda Pecinta Ilmu
Oleh. Nurjannah Sitanggang
Sob, pernah kan mendengar kisahnya imam Syafi'i? Imam Syafi'i dilahirkan pada tahun 150 H di Gaza, bertepatan dengan tahun Imam Abu Hanifah meninggal dunia. Bahkan ada sebagian ahli sejarah yang mengatakan bahwa beliau lahir pada malam meninggalnya Abu Hanifah.
Beliau rahimahullah bernama lengkap Muhammad bin Idris bin al-`Abbas bin `Utsman bin Syafi` bin as-Saib bin `Ubayd bin `Abdu Zayd bin Hasyim bin al-Muththalib bin `Abdu Manaf bin Qushay, dan bertemu dengan nasab Rasulullah di Abdu Manaf. Artinya, imam asy-Syafi'i berasal dari suku Quraisy dan bertemu nasabnya dengan baginda Nabi, meski bukan keturunan beliau shalallahu 'alaihi wassalam.
Imam Syafi’i dari sejak kecil memang rajin belajar. Pada usia 9 tahun beliau telah hafal Al-Qur’an. Pada usia 10 tahun, beliau telah faham dan hafal “Al Muwaththa,” kitab karangan Imam Maliki. Pada usia 15 tahun, beliau telah dipercaya mengajarkan ilmunya dan memberikan fatwa di masjidil Haram.
Sungguh jauh ya, Sob dari profil kita hari ini. Seusia beliau, kita biasanya belum bisa berbuat apa-apa. Jangankan jadi mufti yang mampu berfatwa karena ilmunya yang luas, Al-Qur'an saja kita belum hafal-hafal dan bahkan banyak generasi seusia itu belum bisa salat tertib lima kali sehari. Miris ya, Sob. Kualitas kita masih jauh sekali dari Imam Syafi'i. Memang tidak bisa diperbandingkan. Namun dengan membuat perbandingan, akhirnya kita sadar bahwa banyak waktu yang telah kita lalaikan.
Memang menjadi orang berilmu itu tidak mudah, tapi bagaimana pun kita harus memulai Sob. Karena kalau tidak kita mulai, sampai kapan pun kita tidak akan pernah bisa menguasai sebuah ilmu. Akan tetapi, kalau kita sudah memulai, pasti ada waktunya kita bisa faham. Cepat atau lambat, tentu ada peluang untuk bisa memahami sebuah ilmu.
Jika remaja sekarang cenderung disebut sebagai pejuang cinta meski hanya sekedar cinta monyet, Yuk! Kita tinggalkan. Karena perjuangan itu tidak akan mendatangkan kebaikan dunia apalagi kebaikan akhirat Sob. Karena pejuang cinta berarti hanya mengikuti nafsu. Dan jelas, jika nafsu diikuti, tentu akan menjerumuskan.
Yuk! Sob segera berbenah jadi pejuang ilmu dan pecinta ilmu. Tentu pengen dong seperti Imam Syafi'i, atau setidaknya mengikuti jejaknya beliau dan para ulama dalam mencintai ilmu. Memang semua ilmu itu bagus untuk kita pelajari. Akan tetapi, mempelajari ilmu agama hingga faqih dalam ilmu agama menjadi sangat penting bagi kita di tengah kerusakan saat ini. Rasulullah saw bersabda, "Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan memberikan kefaqihan (pemahaman) agama baginya." (Muttafaqun ‘alaihi)
Sob, dari hadis ini, jelas bahwa kefaqihan dalam agama itu sangat utama. Karena ketika faham agama, akhirnya kita tahu bagaimana menjalani kehidupan dengan benar. Kita akhirnya juga tahu halal-haram. Kita tidak terperosok ke dalam keharaman akibat kebodohan dan kurangnya pemahaman.
Faham agama juga menjadikan kita mampu menjaga diri dari semua kerusakan yang tersebar di media sosial hari ini. Kita bisa memilih dan memilah apa yang akan kita baca dan tonton. Karena media sekarang ini menyebarkan semua informasi tanpa filter. Keburukan, kejahatan, dan kebohongan merebak di medsos. Sehingga kita memang harus memiliki pemahaman agama, Sob.
Tentu ini membutuhkan proses bertahap. Dalam setiap tahapan, pasti butuh kesabaran ya, Sob. Akan tetapi, Allah menjanjikan pahala yang besar loh bagi orang yang mau mengkaji dan mempelajari agama-Nya. Bahkan hanya ikhtiar menuntut ilmu saja sudah mendapatkan pahala dan dimudahkan jalannya kita menuju surga, Sob.
Rasulullah saw bersabda,
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)
Kalau begitu, rugi ya, Sob kalau usia kita berlalu tapi pemahaman agama belum bertambah. Yuk! Semangat mengkaji Islam. Bahkan sudah seharusnya kita selalu haus dan rakus akan ilmu, karena dengan begitu, semangat belajar ilmu terus menggebu dalam diri kita. Sehingga jalan kita menuju surga juga semakin mudah. Rakus itu tidak selalu jelek, Sob. Bahkan rakus ilmu itu menjadikan kita tidak mau berhenti belajar.
Rasulullah saw bersabda,
"Terdapat dua orang yang rakus yang tidak pernah kenyang: yaitu untuk orang yang rakus atas ilmu serta tidak pernah puas atasnya serta orang yang rakus dengan dunia juga tidak pernah kenyang dengannya.” (HR. Al-Baihaqi)
Kalau rakus dunia memang sangat berbahaya, bisa membuat kita kurang bersyukur dan menghalalkan segala cara, Sob. Sebaliknya, rakus ilmu menjadikan kita selalu semangat belajar dan ngaji. Juga menjadikan kita semakin tahu diri dan tawadhu bahwa ilmu kita belum ada apa-apanya dibandingkan ulama. Sampai kapan pun kita tidak akan mampu menguasai semua ilmu meski kita sudah menggunakan seluruh sisa usia kita, konon kalau kita bermalas-malasan dalam menuntut ilmu.
Oleh karena itu, jadilah pemuda pecinta ilmu. Tetap semangat ya, Sob dalam menuntut ilmu dan kita niatkan selalu lillaahi ta'ala.
Wallahu a'lam.
0 Comments: