Headlines
Loading...
Oleh. Dewi Irawati Artati

Di bawah terik matahari, Hana dan Hani tampak berboncengan menaiki sepeda. Mereka berdua pulang sekolah. Mereka mempercepat kayuh pedalnya, supaya cepat sampai. Perut mereka pun mulai lapar, membuat mereka terbayang masakan sang ibu.

Sesampai di rumah, mereka segara ganti baju, dan sholat dhuhur. Kemudian langsung menuju ruang makan.

Makan siang sudah terhidang di meja. Ada semangkok sup kesukaan mereka, perkedel kentang yang lezat, kerupuk udang yang gurih, dan sebakul nasi yang masih mengepul. Hana dan Hani sudah tak sabar untuk menyantapnya. Mereka pun menyiduk nasi dan sup dipiring masing-masing. 

"Wah, lezat nih masakan kesukaanku," kata Hani sambil menyuap nasi ke dalam mulutnya. Tapi langsung ia keluarkan lagi dari mulutnya karena kepanasan. Sendoknya pun terjatuh.

"Astaghfirullah, Hani, berdoa dulu dong sebelum makan. Lagian masih panas gini keburu dimakan!" seru hana menegur Hani.

"Iya kak, lupa. Habisnya supnya menggoda, kelihatannya sangat lezat," sahut Hani.

Mereka pun berdoa sebelum makan, "Allohumma baariklanaa fiima rozaqtanaa waqina adzabbannaar, aamiin."

Hani meniup nasi yang di sendok. Lalu memakannya dengan lahap. Melihat hal itu, sang kakak menegurnya lagi.

"Kalau panas jangan ditiup Hani, mending dikipas saja. Kayak kakak nih," seru Hana sambil memberi contoh ngipasin pakai kipas plastik.

"Emang kenapa kak kalau ditiup? Kan sama-sama dingin." tanya Hani penasaran.

"Karena, meniup makanan yang panas bisa berbahaya buat kesehatan," kata Hana.

"Kok bisa sih, kak?"

"Kamu tau sendirikan, mulut kita itu mengandung banyak bakteri, kalau ditiupkan ke makanan jadi tercemar makanannya," jelas sang kakak.

"Terus napas kita itu megandung karbondioksida, jika bercampur dengan makanan panas juga membahayakan kesehatan," lanjut Hana.

"Begitu ternyata..." kata Hani baru paham.

"Ini rosulullah lho yang mengajarkan. Beliau tidak mau makan sebelum makanannya itu dingin. Agar lebih berkah," tambah Hana.

Hani manggut-manggut. Sementara ibu tersenyum mendengar percakapan kedua putrinya itu.

"Nah, sekarang sudah dingin tuh. Ayo kita makan," ajak Hana.

Mereka pun berdoa sebelum makan, "Allohumma baariklanaa fiima rozaqtanaa waqina adzabbannaar, aamiin."

Lalu disantaplah makanan itu. Ternyata benar, rasanya lebih nikmat dan lebih santai memakannya. Hani sampai nambah habis dua piring.

Hana lalu menegurnya, "Hani, kalau makan jangan terlalu kenyang ya, nanti sakit perut. Ingat ya, sepertiga makanan, sepertiga minuman, sepertiga udara."

Ibu pun menimpali, "kata Allah, Makan dan minumlah kalian, namun jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang suka bersikap berlebihan."

"Iya Bu, habis... sup buatan ibu enak banget, jadi pengen nambah terus. Makasih ya, ibu sudah masakin kita yang enak hari ini," sahut Hani sambil tertawa. Diikuti ibu dan Kak Hana.

"Ternyata makan pun juga ada adabnya ya, Bu?" tanya Hani.

"Iya, dong sayang. Minum pun juga begitu, harus dalam keadaan duduk. Menggunakan tangan kanan, minum dalam tiga tegukan, terus jangan berlebihan," jawab ibu menjelaskan.

Usai makan mereka menutupnya dengan do'a, "Alhamdulillahilladzi ath-amanaa wa saqoonaa wa ja'alanaa minal muslimiin, Aamiin"

Sehabis makan mereka berdua mencuci piring. Tak lupa pula mereka bersyukur atas rezeki yang Allah berikan.

Begitulah Allah menetapkan peraturan. Dalam urusan makan pun juga ada adab yang harus diterapkan. Dan di setiap adab ada kebaikan didalamnya. Allah selalu bersama orang yang menjunjung tinggi adab.

Baca juga:

0 Comments: