Headlines
Loading...
Oleh. Isty Da’iyah (Analis Mutiara Umat Institute)

Sederet peristiwa yang terjadi pada kaum muslim saat ini semakin membuat miris. Mulai dari kasus pelecehan terhadap Al-Qur’an hingga krisis moral di kalangan pelajar dan banyak hal lain yang tersebab aturan Islam dipinggirkan. Sebagai muslim harusnya tidak hanya tinggal diam membiarkan kemungkaran. Sehingga diperlukan usaha untuk melakukan amar makruf nahi mungkar. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw.:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ

Artinya: “Barang siapa yang melihat satu kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya dan jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu selemah-lemahnya iman“. [HR Muslim].

Bahkan seorang ulama salaf, Abu Ali Ad-Daqaq mengatakan, “Orang yang diam dari kebenaran itu adalah setan bisu, namun orang yang berbicara dengan kebatilan itu adalah setan bicara."

Dari sini jelas sekali kalau melakukan dakwah amar makruf nahi mungkar adalah hal yang dibebankan kepada setiap muslim. Betapa pentingnya posisi pelaku pengemban dakwah di tengah masyarakat saat ini. Bahkan perintah ini juga sudah termaktub dalam Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 104 yang artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, sesungguhnya mereka adalah orang yang beruntung."

Penting bagi seorang muslim untuk melakukan dakwah. Jangan sampai kita menjadi setan bisu, yang hanya diam ketika kemungkaran masuk dari berbagai pintu. Lakukan sesuatu meskipun kadang terasa berat bagimu. Karena inilah yang akan menjadi hujjah ketika kita harus mempertanggungjawabkan amalan di hadapan Allah Swt.

Jangan menjadi setan bisu, karena kewajiban berdakwah bukan hanya kewajiban para ustazah, mubaligah, cendekiawan dan lain sebagainya. Namun kewajiban ini dibebankan kepada semua manusia. Dalam sebuah hadis dari riwayat Bukhari, Nabi bersabda: “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat."

Oleh karenanya agar tidak disebut sebagai setan bisu, sampaikanlah ilmu yang kita punya kepada masyarakat. Ajak umat untuk kembali kepada aturan Allah Swt. Karena dengan melakukan amar makruf nahi mungkar, Insyaallah akan bisa mengantarkan manusia kepada tatanan kehidupan yang kita cita-citakan.

Marilah kita pantaskan diri kita untuk menjadi bagian dari pengemban dakwah. Karena janji Allah bagi pengemban dakwah sangatlah indah. Debu-debu yang mengiringi langkahnya menjadi penghapus dosa dan saksi di yaumil akhir. Makhluk-makhluk Allah yang lain akan mendoakan para pengemban dakwah. Jadikanlah ini penyemangat yang tak terhingga bagi kita. Jadikan rida Allah tujuan kita, sehingga kita layak ke surga-Nya. 

Jangan menjadi setan bisu, meskipun ini berat bagimu. Memang tidak dapat dimungkiri, kehidupan di era kapitalis sekuler sangat mempengaruhi kehidupan seluruh umat manusia, tidak terkecuali bagi pengemban dakwah. Hal ini mengharuskan para pengemban dakwah harus pandai mengatur waktu dan produktifitasnya, agar hidup lebih bermakna. Terutama bagi seorang muslimah, kehidupan sekuler kapitalis akan menambah berat beban tugas yang harus dipikulnya.

Jangan menjadi setan bisu, karena arus moderasi, liberalisme yang mengancam tatanan keluarga, harus segera dihentikan. Belum lagi serangan ideologi yang rusak dan merusak makin mencemaskan. Kapitalisme telah malalaikan manusia dengan kesibukan duniawi, menguras waktu, membuat lelah jiwa dan sanubari. Tidak jarang hal ini juga dialami oleh pelaku ama makruf nahi mungkar atau para pengemban dakwah.

Oleh karena itu seorang muslimah pengemban dakwah harus menjadi pengemban dakwah yang produktif, tidak mager bahkan ikut dalam arus sekuler kapitalis. Seorang aktivis harus sering introfeksi diri, dan menata semangatnya, agar tetap kokoh dalam perjuangannya. Tetap bergerak, mencegah kemungkaran, menyeru berbuat yang makruf, mengamalkan dan menyebarkan ilmu agar tidak disebut sebagai setan bisu.

Hal yang harus dilakukan di antaranya: Pertama, menata cara pandang tentang dunia. Pengemban dakwah jangan mudah tergiur oleh dunia. Karena kehidupan dunia sangat singkat dan cepat. Jangan menukar kesenangan dunia yang sementara dengan berbagai amanah dakwah yang diterima. Jangan banyak alasan menolak amanah yang diberikan. Karena amanah dalam dakwah jika dilakukan dengan ikhlas, akan menambah keberkahan hidup kita.

Kedua, jadikan perjuangan dakwah sebagai prioritas utama. Karena apa yang diperjuangkan adalah mengajak umat untuk kembali kepada syariat Islam dalam segala lini kehidupan dalam bingkai sistem pemerintahan, karena inilah mahkota kewajiban yang telah hilang selama lebih dari satu abad. Maka, dakwah harus berada dalam prioritas utama yang dilakukan oleh orang yang disebut pengemban dakwah, agar Allah segera mengizinkan memberikan kemenangan kepada umat islam semua.

Ketiga, ketika langkah dakwah makin banyak tantangan, beban di pundak kian berat, angin yang menerpa para pejuang Islam makin kencang menerpa, maka usaha yang dikerahkan haruslah lebih keras lagi. Karena makin pekat gelapnya malam, berarti sebuah pertanda sang fajar akan segera tiba. Sehingga tidak ada alasan untuk menunda amanah dakwah, apalagi mager.

Keempat, meyakini bahwa apa yang kita lakukan hari ini akan menjadi benih yang akan berbuah terus menerus setelah hamlud dakwah menjumpai kematiannya. Berbuah menjadi amal jariyah, karena telah berusaha memperjuangkan kehidupan Islam. Sesungguhnya itulah yang disebut orang yang paling berbahagia. Ibnu Qudomah pernah ditanya, “Siapakah sebenarnya orang yang paling berbahagia itu?” Ia menjawab, “ Orang yang bahagia sebenarnya adalah orang yang apabila napasnya berhenti, pahalanya tetap mengalir”.

Sehingga, sebagai muslimah marilah kita terus memantaskan diri untuk ambil bagian dalam mendakwahkan Islam kaffah. Jangan mager, bersegeralah melakukan aktivitas dakwah, ambil amanah yang akan bisa mendatangkan jariyah. Karena sekali pun maut menjadi pertanda selesainya perjuangan para pengemban dakwah, namun perjuangannya akan menjadi amal jariyah yang mengalir abadi baginya.

Wallahu’alam bi shawab. [ ]

Baca juga:

0 Comments: