Oleh. Ummu Hanik
Malam ini, Ali belajar matematika dengan sungguh-sungguh. Beberapa soal dikerjakan secara berulang-ulang. Besok pagi akan ada ulangan seperti yang disampaikan Bu Iin kemarin siang sesaat sebelum menutup pelajaran.
"Anak-anak, besok pagi ulangan matematika ya. Harap anak-anak belajar dengan sungguh-sungguh. Latihan mengerjakan soal secara berulang-ulang agar semakin paham. Pelajari kembali contoh soal yang sudah Bu Iin berikan. Mengerti anak-anak?" tanya Bu Iin pada anak-anak.
"Iya, Bu," jawab anak-anak serempak.
Tanpa terasa, jam dinding menunjuk pukul 21.00 WIB. Fatimah dan ibunya sudah tidur di kamar. Ali segera menata buku pelajaran dan memasukkannya ke dalam tas. Segera mematikan lampu dan menuju kamar untuk tidur. Hatinya sudah tak sabar menunggu esok hari. Ia berharap, bisa mengerjakan semua soal ulangan matematika dengan baik dan mendapat nilai terbaik.
Hari yang ditunggu pun tiba. Ali mendapatkan kertas ulangannya. Ada sepuluh soal yang harus dikerjakan. Dengan penuh semangat Ali mengerjakan soal-soal itu. Dibacanya setiap soal dengan pelan-pelan. Memahami dan mencermati setiap perintahnya. Mengerjakannya dengan penuh hati-hati dan teliti. Tak butuh waktu lama, semua soal telah berhasil dikerjakan.
Waktu mengerjakan soal ulangan masih tersisa tiga puluh menit. Ali menggunakannya dengan meneliti kembali lembar jawaban. Sesekali Ali mengamati teman-temannya yang masih sibuk mengerjakan soal. Tiba-tiba, Ali melihat ke arah Ari. Terlihat Ari sibuk membolak-balik buku yang ada di lacinya. Sesekali Ari melirik kertas lembar jawaban punya Budi.
"Apa Ari ingin menyontek?" batin Ali.
"Apa yang harus aku lakukan? Kalau aku laporkan ke guru, pasti Ari bakal kena hukuman. Tapi kalau tidak dilaporkan nanti Ari tidak akan jera," batin Ali berkecamuk. Akhirnya Ali memutuskan untuk mengajak Ari bicara sepulang sekolah. Berharap Ari akan mengerti dengan yang disampaikan Ali.
Jam sekolah pun berakhir. Ali keluar kelas lebih dulu. Sengaja menunggu Ari di depan pintu gerbang. Ketika melihat Ari, Ali langsung memanggilnya.
"Ari, bisa kita jalan pulang bareng?" tanya Ali.
"Iya, ada apa Ali, kok kamu ingin pulang bareng aku?" tanya Ari penasaran. Ali dan Ari jalan beriringan.
"Ari, tadi pas ulangan, aku lihat kamu membolak balik buku dan sesekali melihat jawaban Budi. Apa kamu mau menyontek?" tanya Ali memberanikan diri.
"Ali, kenapa kamu berani menuduhku seperti itu?" tanya Ari dengan nada tinggi. Wajahnya terlihat marah.
"Maaf Ari, aku kan cuma bertanya. Jika kamu tidak menyontek, tolong jangan marah." Ali berusaha untuk tetap tenang.
"Ali, sebaiknya kamu tidak usah ikut campur ya. Mau nyontek atau tidak, itu kan urusanku!" kata Ari dengan ketus.
"Ari, jangan salah paham. Aku mengingatkanmu, karena aku sangat sayang sama kamu. Aku tidak ingin kamu menyontek saat ulangan. Ketika guru mengetahui kamu menyontek, pasti kamu akan kena hukuman," kata Ali.
"Mau dihukum atau tidak itu urusanku Ali. Sudah kubilang kamu tidak usah mengkhawatirkan aku. Sudah, aku mau pulang. Awas ya ... kalau kamu sampai laporan kepada guru," kata Ali mengancam.
"Ari, aku tidak takut dengan ancamanmu. Aku hanya ingin agar kamu tahu bahwa menyontek itu perbuatan tidak baik. Allah Maha Melihat semua yang kita perbuat. Jadi, berhentilah menyontek," kata Ali masih berusaha membuat Ari paham.
Ari semakin geram. Wajahnya merah padam menahan malu dan marah. Dalam hati, sebenarnya ia mengaku kalau semua yang disampaikan Ali adalah hal benar. Tapi ia malu mengakuinya.
"Ali, berhentilah menasehatiku. Aku tahu dengan yang kulakukan. Terima kasih sudah mengingatkanku. Aku mau pulang. Sudah dulu ya." Ari berlari meninggalkan Ali.
Ali hanya bisa menggelengkan kepala. Meski Ari pergi dengan kondisi marah dan jengkel padanya, tapi ia yakin pasti Ari akan berubah. Ia sangat kenal dengan Ari. Ali berharap, Ari akan semakin menyadari kesalahannya bahwa menyontek adalah hal yang salah. Tak perlu nilai bagus kalau hanya didapat dengan menyontek. Karena tujuan belajar yang utama adalah semata menuntut ilmu, bukan mencari nilai. [ ]
0 Comments: