Headlines
Loading...
Oleh. Ummu Hanik

Jam dinding menunjukkan pukul 06.00 WIB. Ali dan Fatimah sudah siap berangkat ke sekolah. Tas sekolah sudah siap di punggungnya. Sementara di tangannya membawa kotak bekal makan dan minum. Mereka terlihat bersemangat untuk belajar di sekolah. 

"Wah...anak ibu dah siap ya mau ke sekolah. Kalian tampak semangat sekali," kata ibu dengan bangga.
"Iya dong Bu. Kata Bu Ani guru agama, menuntut ilmu itu wajib dan termasuk ibadah. Jadi, kalau mau mendapatkan pahala, maka kita harus bersungguh-sungguh," jawab Ali dengan penuh semangat.
"Iya Bu. Fatimah juga mau dapat pahala. Tak boleh kalah sama Kak Ali," kata Fatimah sambil mengedipkan mata ke kakaknya.

Ibu yang memandang mereka, tersenyum bahagia. Ternyata anak-anak punya pemahaman yang sangat baik. Mereka bersemangat ke sekolah karena ingin mendapatkan pahala.

Setelah berpamitan dengan ibu, Ali dan Fatimah berangkat ke sekolah. Berjalan kaki dengan penuh semangat. Biasanya Ali dan Fatimah akan berjalan bersama dengan anak-anak yang lain. Karena perjalanan ke sekolah akan melewati rumah teman-teman di antaranya ada rumah Irfan, Halimah dan juga Hadi.

Sampai di depan rumah Irfan, Ali menghentikan langkahnya. Terlihat Irfan sedang duduk di beranda rumah dengan wajah sedih. 
"Kak, kenapa berhenti jalannya?" tanya Fatimah heran.
"Itu...ada Irfan di beranda rumah, tapi koq belum berseragam," kata Ali sambil menunjuk ke arah rumah Irfan.
"Bener... itu Kak Irfan teman Kak Ali," kata Fatimah membenarkan.

"Fatimah, kamu berangkat duluan ya. Kakak masih mau ke rumah Irfan dulu," kata Ali pada Fatimah.
"Baik Kak, tapi Kak Ali jangan lama-lama ya, nanti kalau terlambat sampai sekolahnya," jawab Fatimah mengingatkan kakaknya.
Ali mengangguk tersenyum, dan melangkah menemui Irfan.

"Assalamualaikum Irfan...," Sapa Ali.
"Wa'alaikumussalam Ali," jawab Irfan dengan wajah menunduk.
"Irfan, kenapa kamu belum berseragam? Apa kamu tidak mau masuk sekolah?" tanya Ali pada Irfan.
Irfan hanya menggelengkan kepala. 

"Irfan, kamu ada masalah apa? Apa habis dimarahi ayahmu?" tanya Ali penuh selidik.
"Iya," jawab Ifan singkat.
"Kenapa ayahmu marah?" tanya Ali.
"Ayah menyuruhku berangkat ke sekolah. Tapi aku tidak mau," jawab Irfan.
"Irfan, kenapa kamu tidak mau ke sekolah? Ada apa?" tanya Ali
"Aku merasa tidak paham dengan pelajaran yang diajarkan pak guru, Ali. Aku bingung ketika dapat tugas mengerjakan soal. Kalau aku tidak mengerjakan maka pak guru akan marah. Kalau aku dapat nilai jelek, pak guru juga memarahiku. Orang tuaku juga marah. Teman-teman juga mengejekku," kata Irfan dengan sedih. 

"Irfan, itu hanya perasaanmu saja. Kamu terlalu khawatir. Kalau kamu belum paham dengan pelajaran, pasti nanti akan dijelaskan lagi sama pak guru. Asalkan kamu mengatakan yang sebenarnya kepada pak guru. Orang tuamu tidak akan kecewa dengan nilaimu asalkan kamu sudah berusaha. Mereka akan kecewa kalau kamu tidak mau sekolah," kata Ali menenangkan Irfan 
"Tapi Ali, banyak pelajaran yang aku tidak paham. Aku merasa tidak pintar," kata Irfan.

"Irfan, kewajiban kita itu belajar. Belajar itu pasti akan menghadapi kesulitan. Untuk itu, kita harus bersungguh-sungguh. Sesuatu yang sulit, pasti akan jadi mudah kalau kita mau berusaha," kata Ali meyakinkan Irfan.
Irfan memperhatikan Ali. Dalam hati, ia membenarkan perkataan Ali.

"Irfan, kita tidak boleh putus asa. Putus asa itu sifat yang tidak baik. Setan suka membisikkan kata-kata yang bisa melemahkan manusia. Seperti belajar itu sulit. Untuk apa kita capek-capek belajar, dan sebagainya.," kata Ali

Irfan melihat pada Ali. 
"Ali, aku harus bagaimana sekarang? Aku takut jika pak guru dan teman-teman tahu kelemahan ku dalam belajar, maka mereka akan menertawakan ku," kata Irfan masih belum percaya diri.

"Irfan, kalau kamu mau, kamu bisa belajar bersamaku. Akan aku bantu menjelaskan pelajaran yang belum kamu bisa. Apa kamu mau?" tanya Ali menyemangati Irfan .
"Benar Ali, kamu mau bantu aku?" tanya Irfan tak percaya.
"Insyaallah, siap membantu teman!" kata Ali sambil tersenyum.
"Sudah, sekarang segera bersiap. Aku tunggu kamu ya... Kita ke sekolah sekarang," ajak Ali pada Irfan.

Irfan bergegas lari ke dalam rumah. Bersiap diri dan berpamitan pada ayah ibunya untuk berangkat ke sekolah bersama Ali. Dalam hati, Irfan berjanji akan bersungguh-sungguh belajar dan membuang jauh-jauh rasa putus asa. Baginya sekarang, tak ada lagi putus asa kalau mau menggapai asa.

Baca juga:

0 Comments: