Cernak
Kamu Nanya? Kamu Bertanya
Oleh: Muflihah S Leha
Ayah melambaikan tangannya dan meninggalkan Amjad di halaman sekolah.
Amjad buru-buru masuk ke kelas, karena hari kemarin Amjad sakit ia pun ketinggalan pelajaran.
Dengan cepat Amjad masuk ke ruang kelas untuk bertanya pada sahabatnya.
"Apa ada PR? Maaf kemarin saya gak masuk," tanya Amjad kepada salah satu temannya,
"Kamu nanya? Kamu Bertanya?" jawab temannya sambil ketawa kecil
Amjad pun kesal, dan mencoba bertanya sama sahabatnya yang lain,
Ia pun mendapatkan jawaban yang sama dari teman-temannya.
Rasa benci dengan kalimat itu membuat Amjad semakin tidak karuan.
Saat istirahat ia pun tidak bisa bertanya sama siapapun, hampir semua teman yang ia tanya jawabannya sama,
Kamu nanya? kamu bertanya,
Entah ada apa dengan kalimat itu yang membuat hatinya semakin bergejolak.
"Kenapa sih semua teman-teman ngomong seperti itu," desisnya dalam hati.
Sampai sepulang sekolah, dengan santai dia berjalan kaki,
Bertemulah sama ibu-ibu yang mau menjemput anaknya, karena tahu dia ibunya galih, anak kecil yang masih duduk di kelas satu, Amjad pun menyapanya.
"Mau menjemput Galih ya?, tuh di belakang." ucap Amjad kepada ibu-ibu muda tersebut.
"Kamu nanya? Kamu bertanya." jawab Bu Witi dengan sinis, yang seolah tidak suka dengan Amjad yang sering membuatnya marah. Memang sering anaknya terjadi perkelahian kecil dengannya, namun Amjad hanya membela diri yang terkadang hanya meleraikan saja sudah tertuduh.
"Gak, aku gak nanya aku gak tanya," jawab Amjad sembari membuang wajah. Hatinya pun berbisik,
"Orang tua kok ditanya seperti itu, Astaghfirullah,"
Mendengar ucapan Amjad, Aku gak tanya, aku gak nanya, Bu Witi pun membuang mukanya dan mendengus
"Hheh"
Sampai kerumah Amjad masih membawa kekesalannya.
"Assalamualaikum," ucap Amjad. Dengan pelan-pelan ia membuka pintu dan duduk di pintu sembari melepas sepatunya
"Waalaikumussalam, dah pulang Nak!" jawab ibunya sembari menyalami anaknya.
Melihat wajah yang cemberut ibunya pun penasaran,
"Pulang sekolah yang dibawa itu ilmu, bukan membawa syetan, wajah pun harus ceria, jangan dilipet gitu." ucap ibunya
Amjad terdiam dan melepaskan nafas panjang,
"Hemm nafas panjang harus disertai istighfar," pungkas ibunya mengingatkan kembali.
"Astaghfirullah hal'adzim...." ucap Amjad lirih.
"Kamu kenapa sih, Nak! ada masalah apa? Habis berantem di sekolahan, dimarahin bu guru?"
Amjad terdiam,
Ingin sekali rasanya menjawab,
Kamu nanya? kamu bertanya? Namun ia masih menahannya.
Karena tahu betapa jawaban itu menyakiti hatinya.
"Saya gak bisa bertanya sama siapa pun?" jawab Amjad
"Kenapa gak bisa bertanya?"
"Kamu Nanya? Kamu bertanya?" jawab Sauqi dengan ketus
"MasyaAllah, Nak! Siapa yang mengajarkan kamu jadi sopan seperti ini?" ucap mama dengan nada yang lembut.
"Ya, semua teman-teman seperti itu, Amjad tanya, ada PR gak... jawabnya sama, dan tadi tuh ibunya Galih saja yang orang tua ikutan," jawab Amjad keheranan
"MasyaAllah..., Itulah yang mama khawatirkan, Nak! konten-konten tidak mendidik ditiru, apakah itu baik?"
"Ya enggak lah..." jawab Amjad kesal.
"Konten itu dari Hape, meski pun anak kecil yang mengucapkan kalimat itu, dan hampir diikuti oleh anak-anak kecil, tapi itu jelas sangat tidak sopan. Tidak seharusnya anak kecil berkata seperti itu".
"Tapi kenapa ada orang tua juga yang ikut-ikutan?" tanya Amjad.
"Itu karena orang tua belum belajar adab.
Pentingnya sebuah adab yang harus dimiliki oleh orang tua, agar anaknya mencontoh, kamu berani gak menegurnya?" tanya Mama Amjad agar kelak ia bisa menjadi orang yang tidak suka melihat kemungkaran. Dan mampu mencegahnya.
"Amjad sering bilang sama teman-teman, tapi gak ada yang menggubris."
jawab Amjad yang membuat ibunya menarik nafas dalam-dalam.
"Kamu sakit gak? digituin,"
"Sakit." jawab Amjad
"Menurut kamu menyakiti orang, dapat pahala atau dapat dosa,"
"Dosa," jawab Amjad dengan cepat
"Dosa itu masuk kemana...,"
"Neraka," jawab Amjad lebih cepat,
"Biarin saja mereka masuk neraka," jawab Amjad dengan kesal,
"Nak! Mendoakan orang itu kembali pada diri kita sendiri, mendoakan kebaikan atau pun kejelakan akan kembali kepada kita, jadi hati-hati juga mendoakan kejelekan untuk orang lain..."
"Lah, emang, dia yang melakukan dosa," jawab Amjad yang masih belum paham.
"Mungkin karena mereka tidak tahu, ibunya gak memberi tahu, kalau itu perbuatan dosa, bercanda-canda tapi menyakiti orang kan berbahaya, tapi..., Dia juga makhluk Allah, Allah sangat sangat sayang kepada makhluknya."
"Terus..., Amjad harus ngomong apa? Amjad yang di sakiti kok,"
"Doakan saja yang baik-baik, dan kamu jangan ikut-ikutan, kalau kamu ikut-ikutan, ya sama saja kamu dengan mereka."
"Iya Ma, Amjad gak ikut-ikutan, kalau mereka ngomong Amjad akan tutup telinganya."
pungkas Amjad sembari menaruh tas dan berjalan menuju ke ruang makan.
Ibunya terdiam dan bingung, merasakan sulitnya mendidik anak agar tidak terpengaruh dengan zaman.
Zaman yang menjauhkan generasi anak-anak dari etika kesopanan.
Banyak orang tua muda yang tidak mendidik anaknya dengan etika kesopanan. Membiarkan anak-anaknya bermain hape tanpa di arahkan, mana yang mendidik dan mana yang hiburan.
Anak-anakku jadilah anak-anak yang shaleh dan shalihah.
****
0 Comments: