Headlines
Loading...
Oleh. Yuyun Rumiwati
(Muslimah Peduli Generasi dan Peradaban)

Manusia diciptakan Allah dengan sebaik-baik bentuk dan potensi. Potensi akal menjadi ciri unik yang membedakan manusia dengan makhluk Allah yang lain. Namun, apa hendak dikata anugerah potensi akal ini semakin lama banyak terkikis potensi mulia ini.  Sebagaimana yang terjadi pada kasus pelecehan seksual terhadap 11 anak yang dilakukan seorang wanita berumur 25 tahun terjadi di Jambi (Kompas.com, 5/2/2023).

Wanita yang selama ini dipandang sebagai pihak yang sering menjadi korban kasus seksual, namun faktanya bisa menjadi pelaku pelecehan seksual, bahkan pada anak. Tentu kondisi ini amat disayangkan karena fitrahnya seorang wanita (ibu) adalah pelindung bagi anak-anaknya. Dalam dekapnya kehangatan dan  rasa aman dapat dirasakan anak. Dalam tutur sapa dan cintanya, naluri kasih sayang generasi terbentuk.

Kondisi tersebut berbalik, dengan kasus di Jambi, justru wanita dengan tega menghancurkan masa depan generasi. Kenapa kasus demi kasus pelecehan seksual nan memprihatinkan ini terus terjadi?

Kapitalis Liberalis Membuka Pintu Pelecehan

Saat ini dunia sedang dalam cengkraman kapitalis sekulerisme. Ideologi yang  membebaskan manusia bertingkah laku semaunya, bahkan bisa melebihi tingkah laku hewan. 

Terlebih lagi, sistem kapitalisme menjadikan materi dan keuntungan finansial sebagai tujuan pokok, menjadikan manusia menghalalkan segala cara. Berbagai peluang bisnis yang merusak pikiran dan masa depan generasi. 

Jika kita telisik lebih dalam kenapa kasus pelecehan  tidak bisa kunjung usai. Salah satu penyebabnya karena banyaknya tayangan pornografi yang bebas dan mudah diakses oleh siapa saja dan dimana saja. Begitupun salah satu modus yang dilakukan oleh pelaku di Jambi dengan memanfaatkan bisnis rentalnya, memaksa korbannya untuk melihat tayangan porno. 

Jika sudah jamak diketahui bahwa sumber pemicu pelecehan seksual di antaranya karena faktor tayangan, kenapa kondisi ini dibiarkan? Lagi-lagi otak dasar pemikiran kapitalisme adalah bisnis, selama bisnis itu menguntungkan, maka kerusakan generasi tidak akan dipersoalkan. 

Islam Solusi Mengembalikan Kemuliaan Fitrah Manusia

Secara fitrah, manusia memiliki potensi garizah nau' (potensi melestarikan jenis), salah satu  manifestasi dari naluri ini yaitu potensi silah lijinsi (hubungan seksual dengan lawan jenis). 

Islam sebagai agama yang sempurna telah memberikan aturan pemenuhan naluri di atas dengan cara pernikahan. Namun, saat belum mampu menikah bisa melakukan puasa atau disalurkan dengan memfokuskan pada aktifitas yang bermanfaat lainnya.

Berbeda dengan sistem kapitalisme sekarang, faktor pemicu bangkitnya naluri seksual semakin disulut lewat tayangan pornografi atau pornografi. 

Islam memberikan aturan yang khas dalam upaya pencegahan pelecahan maupun perzinahan. Karenanya ada larangan mendekati zina, berkhalwat (berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan mahram.

Rasulullah bersabda, 

"Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan (khalwat) dengan perempuan kecuali ada mahramnya. Dan janganlah seorang perempuan bepergian kecuali bersama mahramnya” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Ibnu Majah, Tabrani, Baihaqi)

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰىٓ اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةً ۗوَسَاۤءَ سَبِيْلًا

"Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk."
(QS. Al-Isra': 32).

Adapun solusi berupa sanksi bagi para pelaku tindakan zina pun telah tegas disampaikannya Al-Qur'an. Pelaku yang belum menikah akan di jilid 100 kali. Bagi yang telah menikah dengan hukuman rajam. 

Ketegasan hukum dan sanksi dalam Islam menjadi benteng pencegahan terhadap tindakan yang berkaitan dengan pelecehan seksual. Pun menjadi penebus sanksi di akhirat kelak. Demikian mulia Islam mengatur pemenuhan naluri manusia agar tidak luar seperti binatang, bahkan lebih dari itu.

Namun, tidak bisa dipungkiri upaya penanggulangan pelecehan seksual di atas tentu tidak cukup diselesaikan secara individu atau komunitas lokal masyarakat, butuh support sistem dan negara sebagai penerap aturan Allah tersebut.

Support negara pun akan efektif untuk memasifkan pemahaman umat tentang cara Islam memenuhi naluri kasih sayang (nau'). Pun menjadi penjaga terkuat untuk membentengi dari segala penyimpangan.

Demikianlah Allah pun telah memberikan aturan sistem mulia penerap aturan-Nya, yang siap melindungi fitrah kemuliaan manusia melalui sistem khilafah. 

Sistem ini didesain dengan landasan dasar yang kokoh yaitu akidah Islam. Khalifah selaku pemimpin yang paling bertanggungjawab dalam penerapan, akan bekerja dengan penuh tanggung jawab. Dan siap melakukan amanat tanggung jawab dari umat dan Allah termasuk memastikan umat bebas dari hal-hal yang bisa merusak pikiran sehat dan kesalahan pemenuhan naluri seksualnya. Tidakkah kita manusia yang berakal merindukan aturan yang memuliakan tersebut? Allahu a'lam bishshawab. [ ]

Baca juga:

0 Comments: