OPINI
Kita Tidak Bisa Shalih Sendiri, Kawan
Oleh. Ummu Faiha Hasna
Apa kabar kawan, tidak terasa waktu begitu cepat berlalu. Baru kemarin kita januarian sekarang sudah Februarian aja. Bersyukur Alhamdulillah kita masih bisa diberi kesempatan bisa menghirup udara di bulan ini sampai detik ini juga. Bersyukurlah kawan dengan bukan hanya lewat kata-kata dan berterima kasihlah kepada Sang Maha Pencipta yang tidak cukup dengan sekedar ucapan. Namun, ada yang lain yang harus ditunjukkan sebagai wujud dalam rasa syukur dan bentuk terima kasih kita yaitu dengan kesalehan.
Berbicara tentang kesalehan nih, menurut kalian, bisa tidak sih kita saleh sendiri atau menjadi baik sendiri di kehidupan hari ini?
Kita ambil hikmah dari seorang pemuda yang melaporkan penganiayaan yang dialaminya ke Polsek Nanggulan, Kapanewon Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kepada polisi, Irfan (20) mengaku ditinju pemuda tak dikenal yang ditemuinya di jalan.
Pemuda itu memukul setelah Irfan menolak ajakan minum minuman beralkohol. Peristiwa ini terjadi ketika Irfan dalam perjalanan pulang ke rumah di Kembang.
Waktu itu Irfan pulang pukul 02.00 WIB setelah berkunjung ke rumah temannya. Saat melewati jalan kampung di Kalurahan Kembang, tidak disangka ada dua orang mendadak menghadang dan menghentikan motornya ketika melintas di jalan kampung Kalurahan Kembang itu. Salah satu dari dua pemuda tersebut adalah HA (32), warga satu desa dengan Irfan.Mereka lantas meminta Irfan ikut nongkrong dan minum minuman beralkohol. Namun Irfan menolak diajak mabuk bersama, sehingga membuat salah satu pemuda itu marah. Kemudian, pemuda ini melayangkan satu kali pukulan ke pipi kiri Irfan. Akhirnya Irfan melaporkan penganiayaan yang dialaminya ke polisi keesokan harinya.
Nah, kawan, peristiwa itu menunjukkan bahwa kita tidak bisa solih sendiri atau menjadi baik sendiri. Seperti pemuda di atas si Irfan tidak mau mabuk, tidak mau minum alkohol, tapi kalau masyarakatnya masih suka mabuk dan sistem kehidupan yang mengaturnya masih melegalkan peredaran miras apalah daya dan upaya kekuatan seorang individu.
Masyarakat itu, kalau di kitab Nizhamul Islam itu disebut sekumpulan individu yang memiliki satu perasaan, satu pemikiran dan satu sistem yang sama. Nah, sedangkan masyarakat sekarang, perasaan, pemikiran dan aturan yang mengatur hidupnya berbeda-beda karena dipengaruhi sama mindset sekuler kapitalisme.
Nah, yang harus kita pahami disini bahwa mindset sekuler kapitalisme ini yang telah menjadikan hidup manusia rusak karena jauh dari agama. Tolak ukur perbuatannya tidak didasari sama dosa atau pahala tapi diukur dari rasa puas alias hawa nafsu belaka. Seperti mabuk ini. Meskipun sudah banyak orang yang tahu alkohol itu merusak kesehatan bahkan haram, namun tetap saja banyak yang minum atau mengkonsumsinya. Apa sebabnya? Karena sebenarnya mereka mencari sensasi agar bisa terlepas dari beban hidup. Dunia terasa santai bagi mereka, kawan. Ini kalau dilihat dari sisi konsumennya ya. Kemudian dari sisi produsennya, tambah rame lagi.
Produsen miras juga semakin puas sebab dari mereka mendapat keuntungan yang banyak sekali. Contohnya laba bersih PT. Multi Bintang Indonesia Tbk, pada semester 1 2022 mencapai 281,62 miliar rupiah, dan di tahun 2022 lalu mencatat laba bersih Rp 394 miliar. (emitennews, 1/8/2022).
Wuih...besar sekali. Penjualan minol bertumbuh, laba bersihnya juga ikut naik. Biar sama-sama enaknya, dalam APBN ekonomi kapitalisme pabrik minol harus bayar pajak juga ke negara. Jadi mereka tetap bisa eksis. Bayangkan, kawan, gimana masyarakat sekuler kapitalisme memang telah jelas memelihara kerusakan asal mendatangkan keuntungan.
Jadi, kita balik lagi ke kisah pemuda tadi ya kawan, intinya, kalau masyarakat dipengaruhi perasaan, pemikiran dan aturan kehidupan yang dipengaruhi sama Islam bukan yang lain, maka si Irfan tadi tidak akan bakalan bonyok di tangan para pemabuk.
Masyarakat yang terpahamkan dengan Islam, tidak akan melakukan penganiayaan semacam itu. Sebab, setiap perbuatan mereka harus selalu terikat dengan hukum syariat dalam kesehariannya. Pahala dan dosa yang jadi ukuran bukan tingkat level kepuasan.
وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ
Wa-mā arsalnāka-illā raḥmatal-lil-'ālamīn
"Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
"(QS. Al-Anbiya ayat 107)
Allah mengutus nabi dengan syariat dan hukum-hukum, adapun bentuk rahmat bagi orang-orang kafir yakni mereka menjadi aman dari bencana, kutukan dan kehancuran, dengan adanya syariat dan hukum. (Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir)
Maka, sejatinya apabila masyarakat Islam melihat minol, pasti mereka sepakat itu zat haram, karena mereka paham apa yang Allah firmankan dalam surat al-Baqarah ayat 219.
"Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi, dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya." Dan Rasulullah juga memberikan kabar bahwa ada sepuluh golongan yang akan dilaknat akibat perbuatan khamr yaitu pemanasnya, yang minta diperaskan, peminumnya, pengantarnya, yang minta diantarkan khamr, penuangnya, penjualnya, yang menikmati harganya, pembelinya dan yang minta dibelikan. (HR. Tirmidzi)
Maka dari itu, kawan, siapapun yang terlibat sama khamr. Masyarakat Islam akan langsung bergerak cepat untuk amar ma'ruf nahi munkar. Namun, ada catatan penting yang harus diperhatikan yaitu tidak main hakim sendiri. Masyarakat yang tersuasanakan dengan aturan Islam akan menyerahkan urusan sanksi pada negara. Sebab, Islam menentukan yang berhak menghukum itu adalah negara bukan masyarakat atau kelompok Islam. Negara ini yang dinamanakan Khil4f4h.
Untuk para pemabuk, tentu Khil4f4h akan hukum hudud kepada mereka. Syaikh Abdurrahman menjelaskan peminum khamr dijatuhi sanksi pidana berupa hudud yaitu dicambuk yaitu 40 kali atau boleh 80 kali cambukan. Ada dua efek penerapan hudud ini, yakni sebagai zawajir (pencegah) biar masyarakat tidak main-main sama kemaksiatan dan jawabir (penebus sanksi) bagi si pelaku di akhirat.
Inilah mengapa kita butuh dengan keberadaan sistem Islam. Bila kita berada dalam masyarakat Islam maka insyaAllah akan tersuasanakan menjalankan ketaatan dengan tenang, termasuk menjauhi alkohol tidak susah seperti sekarang. Kita tidak bisa saleh sendiri atau baik sendiri. Sebab, sistem sekuler hari ini membuat individu muslim menjadi pribadi baik tapi individualis bukan secara berjamaah. Wallahu A'lam.
0 Comments: