Oleh. Muflihah S Leha
"Ais... sarapan dulu sini Nak, ada telor sisa sahur tadi malam disisain untuk kamu, sini makan! sebelum Ais keluar bermain," pinta Bu Ana kepada anaknya, yang sedang membuka pintu untuk main keluar.
"Gak mau Ma, Ais puasa juga," jawab Ais sembari menuju pintu keluar untuk bermain.
"Puasa...." tanya Bu Ana tidak percaya karena semalam tidak dibangunkan untuk sahur, lagian usianya kan masih belum genap lima tahun.
"Memang Ais tahu apa itu puasa?," tanya Bu Ana, sambil memeluk anaknya agar tidak jadi keluar rumah.
"Tahu." jawab Ais dengan pasti.
"Apa coba puasa itu," tanya Bu Ana kepada anaknya yang belum paham dengan puasa, ia tak percaya, karena selama ini yang Ais tahu puasa itu hanya makan di waktu azan, setiap yang lain berpuasa sunah, Ais ikut, tapi kalau meminta makan pasti bilangnya;
"Ma... Ais puasa...."
Kalau dijawab
"Kan lagi puasa?"
"Iya Ais minta puasa?" Makan pun dibilang puasa.
Jadi, Bu Ana gak percaya kalau Ais itu bisa berpuasa, karena belum ngerti apa itu puasa.
Tapi kali ini seolah ada yang berbeda, ketika Ais yang tiba-tiba disuruh makan jawabnya mau puasa.
"Ais ngerti, kalau puasa itu gak makan, gak minum," jawab Ais ketika ibunya bertanya.
"Oh, ya... Berarti Ais sudah pintar....
Ya'udah sini sahur dulu," pinta Bu Ana masih tidak percaya kalau Ais bisa gak makan sampai Maghrib, karena masih pagi buta.
Ais merasa bingung dan berpikir,
karena ragu ia pun bertanya pada ayahnya,
Ia pun menghampiri ayahnya yang masih duduk di atas sajadah usai berdzikir.
"Ais mau puasa seperti Papa, tapi Mama menyuruh Ais makan...," keluh Ais,
kepada ayahnya.
"Ais mau puasa...," tanya Ayahnya dengan lembut.
Ayahnya pun meminta kepada ibunya untuk menuruti gadis kecilnya.
"Biarin saja, Ma... Ais mau latihan puasa, coba saja mau sampai jam berapa... siapa tahu bisa ya' Nak, ya...." ucap ayahnya meyakinkan Ais.
Ibunya pun terdiam dan menyetujuinya.
"Tapi... nanti kita akan menghadiri undangan walimatul 'ursi, banyak makanan di sana, Ais jangan tergoda ya, karena puasa itu banyak sekali godaanya." pungkas ibunya meyakinkan Ais.
"Bisa... Ya 'Nak, ya...," potong Ayahnya membela Ais putri kesayangannya.
"Puasa itu bukan hanya menahan tidak makan saja, tapi... ada banyak hal yang harus ditahan...." ucap Ayah kepada Ais yang sedang menatap ayahnya.
"Ais bisa," jawab Ais dengan polosnya.
"Menahan apa saja coba...." tanya Ayah sembari memangku putri kecilnya.
"Menahan marah, menahan ngomong yang jelek, em..." jawab Ais sambil berpikir.
"Ais suka membuat Mama marah nggak?" tanya Ayah sembari membenarkan kerudungnya Ais,
Ais terdiam dan berpikir seketika, seolah sedang membayangkan kesalahannya yang mungkin membuat mamanya kesal.
Karena merasa bersalah Ais pun berdiri dan menghampiri mamanya, Ia pun meminta maaf kepada ibunya.
"Ais minta maaf Ma, Ais sering membuat Mama jadi kesal," ucap Ais sembari mengulurkan tangannya yang disambut oleh ibunya seketika.
"Iya sayang, maafin Mama juga ya," jawab Bu Ana sembari mencium pipi Ais yang lembut.
***
"Ais..., Mandi dulu 'Nak," pinta Bu Ana sembari menyiapkan baju untuk menghadiri walimatul 'ursi.
Dengan cepat Ais menuju ke kamar mandi dan dimandikan oleh ibunya.
Setelah semuanya siap, merekapun pergi bersama.
Sampai di tempat pesta pernikahan tetangganya, mata Ais jelalatan ke sana ke mari, banyaknya pedagang makanan yang menggoda.
"Ais puasa ya...," ucap mamanya memperingatkan Ais agar tidak tergoda.
"Ma, kita puasa apa sih," tanya Ais seketika, yang melihat banyak orang yang tidak berpuasa.
"Puasa sunah bulan Rajab sayang, kalau Ais bisa, berarti bulan Ramadan nanti Ais sudah bisa berpuasa."
Ais terdiam sembari melihat anak seumurannya sedang memakan sosis bakar.
"Tapi Ais pingin itu Ma...," jawab Ais sembari mengacungkan jarinya ke arah pedagang yang berjejer di depan pintu masuk tenda pengantin.
"Katanya, puasa... Mama gak bawa uang, gimana?"
Karena masih kecil ia pun merengek, mendengar suara rengekan Ais ayahnya pun menggendongnya, datanglah seorang yang bertugas membagikan snack sebelum acara ijab qabul dimulai.
"Nah, makan ini saja, lebih enak sayang," pinta ayahnya sembari membukakan snack untuknya.
Ais menatap ibunya,
Ada rasa ragu di hatinya.
" Iya, makanlah, gak papa, puasanya sampai jam ini," pungkas mamanya mengizinkan Ais untuk berbuka.
"Kalau Ais tetap puasa, Ais nanti minta uang lima ribu loh, buat jajan sore" pinta Ais seketika.
"Iya, nanti Papa tambahin dua ribu," potong Ayah memastikan anaknya.
"Jadi gimana? Mau buka nggak?" tanya mama Ais.
"Gak mau, Ais mau puasa," ucap Ais dengan pasti.
Usai walimatul 'ursi, semua undangan dipersilahkan untuk makan.
"Ais yakin mau lanjut puasanya? Mau makan gak?" tanya ibunya meyakinkan.
"Ais gak mau makan, Ais mau puasa," jawab Ais pasti.
Mereka tersenyum melihat jawaban anaknya yang bisa menahan begitu banyaknya godaan makanan, di pesta itu.
"Ya'udah yuk! Pulang,"
Mereka pun pulang bersama.
Sesampai di rumah mereka beristirahat dan tidur siang.
Usai salat Zuhur sengaja mereka membiarkan Ais tidur lebih lama, sampai ia terbangun sendiri.
***
"Ma, Maghribnya masih lama ya...," tanya Ais yang sudah tidak sabar menahan laparnya.
"Sebentar lagi sayang," jawab ibunya sembari mempersiapkan buka puasa.
Melihat wajah putrinya yang pucat, tetapi masih semangat, hati ibunya pun bahagia. Rasa iba ketika mengingat ia tidak sahur, rasanya begitu tak tega.
"Sayang, besok Ais niat puasa lagi gak?," tanya ibunya.
"Iya Ma," jawab Ais.
"Mama sama Papa mau puasa berapa hari?" tanya Ais.
"Niatnya 10 hari,"
"Ais juga 10 hari," jawab Ais.
"Ya'udah besok Mama bangunin sahur ya, Mama gak percaya ternyata kamu bisa puasa sayang," ucap mamanya sembari mencium putrinya.
"Memang puasa Rajab apa istimewanya Ma?"
"Puasa 1 hari di bulan Rajab, laksana puasa satu bulan, Puasa 7 hari di bulan Rajab Allah akan menutupkan 7 pintu neraka baginya.
Puasa 8 hari di bulan Rajab Allah akan membukakan 8 pintu surga baginya,"
Belum selesai mamanya ngomong, Ais memotongnya.
"Papa sering puasa, hari .. Senin sama...," ucap Ais sembari berpikir karena belum terlalu hapal dengan hari.
"Kamis." potong ibunya.
"Iya' Kamis pahalanya, seperti apa?" tanya Ais penasaran juga.
"Puasa hari Senin dan Kamis adalah puasa sunah yang dilakukan oleh nabi kita, yaitu Muhammad shalallahu alaihi wasallam, hari Senin adalah hari lahirnya Rasulullah,
Dan pada hari Senin dan Kamis, Allah membuka pintu surga. Selain keistimewaan yang luar biasa di hari itu, ada manfaat yang luar biasa juga untuk tubuh kita, anggota tubuh kita bekerja terus, mengolah makanan yang kita makan, tapi kalau puasa, tubuh jadi ada istirahatnya, dan baik sekali untuk kesehatan,"
"Jadi puasa juga menyehatkan ya," tanya Ais.
"Iya sayang, kalau rajin puasa Senin Kamis pasti tubuhnya akan selalu sehat,"
"Ih, ada suara azan Ma," potong Ais yang tiba-tiba mendengar lantunan suara azan berkumandang dari kejauhan.
Ayahnya pun segera memukul bedug dan mengumandangkan azan.
"Alhamdulillah, buka Ma, buka." girang suara Ais sembari menghampiri makanan yang sudah disiapkan.
"MasyaAllah tak kusangka, ternyata Ais bisa berpuasa, padahal gak sahur seperti kita Pa," ucap Mama Ais tak percaya.
"Iya Alhamdulillah, anak salehah," pungkas ayah usai azan, sembari menghampiri dan menyayang putrinya, mereka pun berbuka puasa bersama.
0 Comments: