Milenial
Maksain, Gaya Hidup Meniru Orang Kaya
Oleh. Ummu Faiha Hasna
Hai Sobat muda, sebagai generasi milenial (Millennial generation) sobat pasti akrab ya sama situasi ini, nongkrong di kafe mahal, beli baju rancangan desainer atau beli gadget terbaru. Nah, Sobat muda tahu tidak sih, dibalik itu semua ada fenomena The Urban Poor. Itu lho fenomena di masyarakat kalangan "Pas-pasan" tapi inginnya dibilang orang kekinian dengan mengikuti gaya hidup orang kaya. Waduh..kenapa maksain sekali ya, Sobat muda?
Sobat, tentu di benak kalian semua timbul pertanyaan, kenapa ya gaya hidup yang tidak seharusnya seperti ini bisa muncul dan bisa berkembang di kalangan masyarakat hari ini?
Syekh Taqiyuddin dalam kitabnya Nizamul Islam, Bab Qiyadah Fikriyah, mengatakan bahwa masyarakat itu terdiri dari manusia yang mereka itu punya pemikiran, perasaan, dan peraturan yang sama. Dan lihat saja keadaan masyarakat sekarang memang nyatanya dipengaruhi cara pandang sekuler kapitalis, Sob. Seseorang akan terlihat precious bila dirinya bisa hidup mewah (live in luxury), (attractive)/berpenampilan menarik dengan barang-barang branded, bisa traveling ke manapun (can travel anywhere) ataupun bisa nongki-nongki di tempat hits (hanging out at the hits) dan banyak lainnya. Especially, media juga sangat memanjakan para selebriti, Youtuber atau crazy rich buat mengumbar gaya hidup glamor mereka.
So than, brand personality sangat diperhitungkan sekali, Sob. Keluarlah fatwa: bagi siapa yang belum bisa mengikuti gaya hidup seperti itu akan terlempar dari peradaban sosial masyarakat. Betul apa tidak?
Akhirnya masyarakat berhasrat untuk berpikir cepat dan instan, terutama kaum muda atau kelompok milenial. Malahan, karena keinginan kuatnya itu, agar bisa membeli barang-barang mahal yang ia sukai, kaum muda urban poor rela sampai berutang dan lebih parahnya lagi sebagian dari mereka rela berbohong sama kedua orang tuanya hanya untuk sekedar dapat uang lebih. Astagfirullah.
Ada aja yang seperti itu, sampai-sampai kominfo melaporkan banyak generasi muda membeli beragam produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka sekedar untuk mengikuti gaya hidup masyarakat millennial. Wajar memang di kehidupan sekuler kapitalistik perilaku turut berubah beriringan dengan teknologi.
Nah, Sob, balik lagi kita ke fenomena "The Urban Poor" ini sebenarnya bukan masalah personal saja yang tidak bisa mengendalikan diri akibat pressure dari masyarakat sekuler-liberal, tapi akibat cara pandang yang merusak secara sistemik atau meluas di tengah-tengah masyarakat.
Apakah fenomena ini diajarkan dalam Islam? Tentu tidak ya sobat muda, karena tidak ada tuntunannya dalam Islam. Islam tidak memaksakan kaum Muslim agar bergaya seperti orang kaya, apalagi harus jadi manusia sombong. Tidak ada ceritanya. The urban Poor tidak akan bakal ada karena lahir aja tidak. Kenapa? Soalnya kehidupan yang ada dalam masyarakat Islam itu berdasarkan aturan dari pencipta manusia yaitu Allah azza wa jalla. Dari pemikiran, perasaan, peraturan yang ada dalam masyarakat akan berlandaskan sesuai hukum syariat tanpa tapi tanpa nanti, sehingga mafahimnya (pemahaman), maqayisnya (tolak ukur) dan qonaatnya (keyakinan) masyarakat itu adalah Islam bukan pemahaman, tolak ukur dan keyakinan yang lain.
Makanya, ketika masyarakat itu berpikir dan berbuat akan selalu disandarkan pada hukum syara atau cara pandang orang dan bukan memperbanyak materi. Yang ada mindset mereka gimana supaya hidup itu bisa berkah dan mendapat pahala sebanyak-banyaknya. Islam melarang kaum Muslim untuk bergaya hidup boros, kaya raya tetapi dengan cara utang hanya untuk sekedar mengikuti orang kaya kekinian, melainkan Islam mengajarkan kepada manusia untuk menjalani hidup sesuai aturan syara, menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya serta berlomba-lomba dalam kebaikan. Orang yang miskin tidak disibukkan dengan kehidupan duniawi, begitupun dengan orang kaya tidak disibukkan dengan tebar pesona harta benda.
Hal ini, Sobat dapat mencontoh dari sosok imam al Ghazali dan Sultan Harun ar Rasyid. Sobat Muda, Imam Ghazali itu berasal dari keluarga yang miskin. Beliau hanya seorang tenun biasa yang jauh dari kata mewah dan sempurna. Penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi keluarganya sehari-hari. Kisah ini ditulis Tajuddin as-Subuki dalam Thabaqat Al-Syafi'iyah juz 6 hal. 194.
Sekalipun imam Ghazali dari keluarga miskin tapi kita bisa melihat karya-karya beliau yang begitu luar biasa untuk Islam.
Sedangkan Khalifah Harun ar Rasyid adalah orang kaya, super duper kaya pada masanya. Setiap hari khalifah ini menyedekahkan harta pribadinya sebanyak 1000 dirham atau sekitar sembilan puluh jutaan. Salat sunnah nafilahnya sebanyak seratus rakaat. Kalau beliau lagi berjihad beliau akan mengirim 300 rakyatnya untuk berangkat haji. Urusan biaya, pembelanjaan biaya perbekalan, pakaian dan lain-lain semua ditanggung oleh khalifah Harun. Luar biasa sekali bukan, Sob? Tapi, kalau beliau tidak berangkat berjihad, beliau akan menunaikan ibadah haji dan selalu membawa seratus ulama serta anak-anak mereka bersamanya. MasyaAllah..
Masyarakat yang seperti ini tidak akan kita temui di kehidupan hari ini. Karena adanya di sistem pemerintahan yang bernama Khil4f4h. Khil4f4h adalah institusi negara yang menjalankan syariat Islam secara sempurna. Namun, telah diruntuhkan oleh musuh Islam bernama Mustafa Kemal At Ataturk. Kalau di pelajaran sekolah kita mengenalnya dia adalah bapak pembaharuan Islam. Mustafa adalah Presiden Republik Turki sekuler, bertindak diktator dalam menjalankan pemerintahan. Ia menetapkan ideologi Negara menganut paham sekuler.
Dulu waktu Khil4f4h berdiri umat Islam bisa beribadah dan memuliakan Islam tanpa terdistraksi sama gaya hidup materialistik. Namun hari ini Islam dikriminalisasi, umatnya diracuni penyakit cinta dunia dan kemewah-mewahan. Sehingga mencari kekayaan itu saat ini menjadi tujuan utama, padahal Allah jelas memerintahkan kepada manusia agar hidup di dunia itu adalah mencari ridaNya. Sebuah karunia yang besar bila manusia sadar akan keislamannya. Dengan sekuat tenaga akan selalu berusaha bagaimana agar Allah selalu rida kepadaNya. Dalam surat al-Isra ayat 19 Allah berfirman, "Wa man aroodal-aakhirata wa sa'aa lahaa sa'yahaa wa huwa mu`minun fa ulaaika kaana sa'yuhum masykụroo."
"Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik."
Oleh karena itu, Yuk! sobat muda, rindu tidak sih kalian dengan sistem Islam yang pernah menaungi ⅔ dunia? Berusaha terus dan semangat menjalani hidup dengan kebiasaan yang baik agar di akhir kehidupan juga dalam kondisi baik. Wallahu a'lam.
0 Comments: