Headlines
Loading...
Oleh. Ira Siti Rojanah

Hari ini hari libur, Zakir dan Zahwa sangat senang. Abi mengajak mereka ke kebun untuk memanen tomat dan cabai. 

Di sepanjang perjalanan menuju kebun Zakir dan Zahwa tampak antusias mengamati setiap benda yang dilaluinya. Ada sungai, matahari, tumbuhan dan ada pula binatang-binatang kecil seperti belalang, kupu-kupu, dan burung. 

Sesampainya di kebun, Zakir dan Zahwa sangat takjub melihat tomat dan cabai yang berbuah lebat. Mereka tampak senang ketika memetik buah tomat dan cabai yang berwarna merah. 

"Tomatnya banyak sekali, Bi." kata Zakir sambil memetik satu persatu buah tomat lalu memasukkannya ke dalam keranjang. 

"Iya, cabainya juga." timpal Zahwa tak kalah semangat memetik cabai. 

Setelah tomat dan cabai terkumpul lumayan banyak, Abi mengajak Zahwa dan Zakir pulang. Abi menyisihkan beberapa kantong untuk dibagikan ke tetangga, selebihnya Abi menjualnya ke pasar. 

"Zakir mau menanam di halaman belakang rumah, boleh ya, Bi?" Melihat kebun toman yang bagus, Zakir jadi ingin menanam tomat sendiri. 

"Boleh, tapi harus dirawat dengan baik ya, tanamannya." pinta Abi.

"Siap, Bi." Berbekal bibit tomat dari Abi, Zakir bersemangat untuk menanam tomat dan membuat kebun mini. 

Sepulang dari kebun, Zakir bergegas untuk menyiapkan alat dan bahan seperti tanah, sekam, kerikil, pasir, dan sabut kelapa dibantu oleh Abi. Zahwa pun ikut membantu menanam bibit tomat. 

"Nanamnya yang banyak ya, Kak, biar berbuahnya juga banyak." ucap Zahwa sambil menyemai biji tomat ke dalam polibek yang sudah berisi tanah dan bahan lainnya. 

"Iya, Dek. Jangan lupa nanti disiram dan disimpan di tempat yang terkena sinar matahari, ya!" seru Zakir. 

"Lho, nanti kepanasan dong tanaman tomatnya." jawab Zahwa polos.

"Kata Abi, tanaman juga butuh cahaya matahari, kalau tidak terkena cahaya matahari tanamannya akan mati. Iya, kan, Bi?" tanya Zakir memastikan ucapannya.

"Betul, kata Kak Zakir. Nanti tanamannya tidak tumbuh-tumbuh." jawab Abi. 

"Kok, bisa?" Zahwa tampak masih bertanya-tanya. 

"Ya bisa dong, menanam tanaman itu butuh aturan, Nak. Dan kita harus mengikuti aturan tersebut, kalau sembarangan menanam nanti tanamannya tidak bisa tumbuh dengan sempurna bahkan mati." Abi mencoba menjelaskan perlahan.

"Oh, ada aturannya." Zahwa mencoba mencerna apa yang dijelaskan Abi sambil mengangguk-anggukan kepalanya. 

"Iya, Nak. Setelah ditanam, tanaman butuh air dan cahaya matahari agar bisa tumbuh subur. Aturannya seperti itu. Sama seperti kita, sebagai hamba Allah, kita juga punya aturan hidup. Kita harus senantiasa taat dengan menjalankan semua yang di perintahkan dan menjauhi apa yang dilarang Allah. Ibadahnya harus tambah rajin, murojaahnya juga harus semangat, belajarnya harus semakin rajin, patuh sama orang tua, saling sayang dengan adik dan kakak, saling menasihati sesama teman!" pinta Abi.

"Dengerin tuh, Dek." ucap Zakir sambil menatap ke arah Zahwa.

"Iya, iya. Zahwa udah rajin salat, kok" jawab Zahwa. 

"Zakir juga kalau lagi main, terus sudah masuk waktu salat Zakir suka ngajak temen-temen pergi ke mesjid." balas Zakir.

"Zahwa suka membantu Abi dan Ummi. Iya kan, Bi?" tanya Zahwa.

"Kakak, juga dong." balas Zakir tidak mau kalah.

"Masyaallah, anak-anak Abi, hebat." Abi mengacungkan kedua jempolnya. "Kalian lihat tanaman ini?" Abi lanjut bertanya.

"Iya." jawab Zakir dan Zahwa serempak.

"Nah, kita hidup di dunia ini ibarat kita sedang menanam." Abi mencoba berfilosofi.

"Maksudnya, Bi?" tanya Zakir penasaran.

"Sekarang kita sedang menanam kebaikan dan amal salih. Yang harus kita jaga dan rawat dengan senantiasa belajar tentang syariat Islam. Itulah yang akan mengokohkan akar keimanan kita, membesarkan batangnya dan merimbunkan daunnya. Tak lupa kita berdo'a semua kebaikan yang kita tanam di dunia akan bisa kita panen hasilnya di akhirat kelak." 

"Aamiin." ucap Zakir dan Zahwa.

"Anak-anak Abi yang salih salihah, siap untuk menanam amal kebaikan?" tanya Abi.

"Siaap." jawab Zakir dan Zahwa antusias.

Bibit tomat sudah selesai di tanam. Zakir dan Zahwa menata polibek berisi bibit tomat di tempat terbuka agar terkena cahaya matahari. Mereka menanam dengan penuh cinta, berharap kelak akan berbuah lebat dan memetik hasilnya. Tak lama kemudian, Ummi datang membawa empat gelas jus tomat segar hasil memanen dari kebun. Mereka sangat senang menikmati segarnya jus tomat buatan Ummi.

Baca juga:

0 Comments: