Oleh. Choirin Fitri
"Adik-adik, segera berkumpul di lapangan! Kita akan melakukan petualangan selanjutnya."
Suara toa terdengar menggelegar. Semua peserta persami, perkemahan Sabtu-Minggu segera keluar dari tenda. Termasuk, Jundi dan teman-temannya.
"Oke, terima kasih sudah berkumpul dengan segera. Sekarang Kak Udin akan membagi kalian menjadi tujuh kelompok. Ayo mulai berhitung satu sampai tujuh secara bergantian! Dimulai dari kamu, Jundi," pinta Kak Udin pada peserta perkemahan yang telah berbaris rapi.
"Satu," ucap Jundi
"Dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh," ucap teman-teman secara bergantian di samping Jundi.
"Ulangi dari satu sampai tujuh lagi!" kak Udin membenarkan peserta perkemahan yang menyebutkan angka 8.
Setelah semua peserta mengikuti perhitungan, mereka diminta untuk bergabung dengan nomor yang sesuai urutan. Tujuh kelompok telah terbentuk. Jundi menjadi ketua kelompok pertama.
"Baik, untuk ketua kelompok silakan ambil HP kalian di sini! Segera," ucap Kak Udin tegas.
Jundi dan enam ketua kelompok lainnya bergegas ke depan kak Udin. Mereka mengambil HP yang dititipkan jika mereka sedang berkegiatan.
"Petualangan selanjutnya adalah mencari jejak. Caranya adalah kalian harus menyebar ke tujuh arah yang telah ditentukan oleh anak panah yang ada di sekitar kalian," ucap kak Udin sembari menunjuk ke arah tanda panah yang telah menyebar ke tujuh penjuru bumi perkemahan.
"Waktu kalian dua jam untuk menemukan sebanyak-banyaknya jejak hewan. Fotolah! Itu akan menjadi bukti petualangan seru kalian untuk kali ini. Paham?"
"Paham, Kak," sahut semua peserta kompak.
Setelah membaca doa, mereka bergegas menuju ke arah yang ditunjukkan oleh tanda panah. Jundi beserta kelompoknya ke arah barat.
"Di, itu ada jejak," tunjuk Alif ke arah tanah.
"Itu sih, jejak manusia. Kita diminta mencari jejak hewan. Bukan manusia," ucap Jundi setelah memastikan jejak di tanah itu adalah tapak kaki manusia.
Alif cengengesan. Ia merasa berhasil mengelabui teman-temannya.
"Di, itu sarang laba-laba yang sudah rusak. Masuk jejak hewan 'kan?" Rudi bertanya sembari menunjuk ke arah pohon jati.
"Iya, kamu benar."
Sebuah foto tercetak di hp yang dibawa Jundi.
"Lihat," seru Ari menunjuk ke tanah,
"Ada jejak cacing, kita bisa memfotonya."
"Oke," sahut Jundi mengarahkan lensa kamera HP ke tanah yang baru saja dilewati cacing.
"Wah, ini bekas cakaran hewan apa ya?"
Faiz menatap ke arah pohon. Ia mengamati dengan jeli.
"Harimau. Awas!" Alif lari tunggang-langgang diiringi keempat temannya. Setelah cukup jauh dia tertawa terbahak-bahak.
"Mana ada harimau di Coban Talun ini," ucapnya sembari memegangi perutnya yang kaku karena tertawa.
"Astaghfirullah, kamu ini suka jahil deh, Lif!" Ari menata nafasnya yang tersengal-sengal.
"Kalian sih, terlalu serius memperhatikan jejak cakaran tadi. Ya, udah aku bilang harimau aja dan lari. Eh, kalian ikut lari." Alif membela diri. Tawanya sesekali mengiringi.
"Udah-udah, Alif jangan dilakukan lagi ya! Bikin kita takut aja," ucap Jundi sembari menepuk pundak Alif.
"Iya, nih. Parah banget ngerjain kitanya," ucap Faiz sembari membuka botol minuman.
"Sepertinya kita sudah terlalu jauh. Kita harus kembali. Udah banyak 'kan foto jejak hewan yang kita kumpulkan?" Rudi menengahi.
"Alhamdulillah, ada 15 foto," jawab Jundi singkat.
Mereka berlima kembali ke pusat perkemahan. Ternyata mereka adalah kelompok terakhir yang sampai.
Kak Udin mempersilakan peserta perkemahan istirahat sejenak setelah mengumpulkan HP yang berisi foto-foto jejak hewan. Dia tersenyum puas melihat hasil dari 7 kelompok petualang.
"Kalian tahu kenapa Kakak memberikan tugas ini?"
"Untuk seru-seruan, Kak," jawab Alif lantang.
"Itu salah satunya. Yang lainnya?"
Beberapa peserta bergantian memberi jawaban. Semua jawaban dibenarkan meskipun terdengar unik.
"Kita mau mengenal Allah lewat petualangan mencari jejak ini."
Semua saling pandang. Mereka merasa aneh dengan penjelasan pembina Pramuka.
"Maksudnya, Kak?" Jundi yang duduk di depan kak Udin bertanya.
"Coba lihat foto ini!" Kak Udin memperlihatkan foto sarang laba-laba yang rusak di layar LCD.
"Kira-kira, siapa yang membuatnya?"
"Bukan saya, Kak," ucap Alif terkekeh.
Kak Udin hanya geleng-geleng kepala menghadapi tingkah Alif.
"Pasti laba-laba, Kak," jawab Vano.
"Dari mana kamu tahu? Kan tidak ada laba-labanya di gambar ini."
"Ya, kalau ada sarang laba-laba, pasti yang membuatnya adalah laba-laba, Kak. Enggak mungkin 'kan burung yang membuat sarang seperti itu." Jawaban cerdas Hasan diberi acungan jempol oleh kak Udin.
"Nah, dari pencarian jejak yang kalian lakukan, kalian akan dapati bahwa ada hewan yang meninggalkan jejak-jejaknya. Kita meyakini hewan itu ada. Iya tidak?"
Serentak menjawab, "Ya!"
"Itu artinya alam semesta, kita sebagai manusia ini adalah jejak karya Sang Pencipta, yaitu...."
"Allah," ucap sebagian peserta.
"Benar. Kita adalah bukti bahwa Allah itu ada. Pastilah Allah yang menciptakan kita. Bukan patung atau roh nenek moyang yang telah mati. Benar tidak?"
"Benar, Kak."
"Maka, kita sudah tepat ya jika menjadi seorang muslim. Rabb kita adalah Allah yang menciptakan segalanya."
Terdengar azan Zuhur berkumandang. Kak Udin menyudahi penjelasannya. Ia meminta adik-adik peserta kemah untuk bersiap menunaikan salat Zuhur berjamaah.
Batu, 3 Februari 2023
0 Comments: