Oleh. Ummu Hanik
Senin pagi di kelas Fatimah. Atikah datang ke kelas dengan wajah marah saat bertemu dengan Fatimah. Ia tidak menyapa Fatimah. Fatimah yang melihatnya langsung menghampiri Atikah dan menyapanya. Namun Atikah hanya diam saja tidak menghiraukan Fatimah.
"Assalamualaikum Atikah...kok diam saja," sapa Fatimah.
Atikah memalingkan muka. Tampak tidak senang melihat kehadiran Fatimah.
"Atikah ada apa? Jawab dong..." kata Fatimah membujuk.
"Fatimah, aku kecewa sama kamu," jawab Atikah dengan nada kesal.
"Loh kok marah sama aku? Memangnya aku salah apa?" tanya Fatimah dengan penasaran. Ia merasa tidak bersalah dengan Atikah.
"Fatimah, kamu sudah tidak menepati janji," kata Atikah.
"Janji apa? Perasaan aku tidak pernah janji apa-apa sama kamu," jawab Fatimah dengan perasaan tidak bersalah.
"Fatimah, kemarin Sabtu kan kamu bilang kalau mau ke rumahku. Kamu bilang mau bermain bersama. Kemarin aku tunggu-tunggu. Sampai-sampai ketika ibu mengajakku ke pasar, aku tidak mau, karena sengaja menunggumu. Ternyata sampai siang kamu tidak datang," jawab Atikah dengan wajah muram.
Fatimah terkejut mendengar ucapan Atikah. Ia tidak menyangka ternyata Atikah sudah menunggunya kemarin untuk bermain bersama.
"Ya Allah... Atikah, berarti kamu menganggap perkataanku itu beneran ya. Aku kemarin cuma sekedar bicara saja. Tak pikir kamu tidak menanggapi perkataan ku," kata Fatimah.
"Kalau begitu, aku minta maaf ya Atikah. Aku tidak tahu kalau kamu menganggapnya serius. Aku lupa dengan apa yang sudah kuucapkan padamu kemarin, " kata Fatimah dengan perasaan bersalah.
Atikah hanya mengangguk. Ia masih jengkel dengan Fatimah yang melupakan janjinya. Mungkin bagi Fatimah itu cuma janji biasa. Tapi bagi Atikah, janji itu harus ditepati. Ia kemarin memang menunggu Fatimah, karena membayangkan betapa senangnya bisa bermain bersama dengan Fatimah.
Pak guru datang ke kelas. Fatimah buru-buru kembali ke tempat duduknya. Ia masih merasa bersalah pada Atikah. Tidak menyangka ternyata Atikah menganggap ucapannya kemarin serius.
Pelajaran demi pelajaran berlangsung. Fatimah tidak bisa fokus dengan pelajarannya. Sepulang sekolah ia berniat akan jalan bareng dengan Atikah dan meminta maaf lagi.
Bel tanda akhir sekolah telah berdering. Fatimah membereskan buku-bukunya. Selesai berdoa, Fatimah bergegas mencari Atikah. Namun Atikah keburu berlari untuk pulang. Fatimah memanggil namanya, tapi Atikah tidak mendengarnya.
"Atikah...Atikah... tunggu dulu," teriak Fatimah. Fatimah bermaksud mengejar Atikah.
"Hei Fatimah, berhenti," teriak Ali menghentikan langkah kakinya.
Fatimah tidak jadi mengejar Atikah. Suara kakaknya telah menghentikannya.
"Fatimah ada apa? Kenapa dengan Atikah?" Tanya Ali pada Fatimah saat melihat Fatimah mau mengejar Atikah.
"Eh... Itu Kak, Atikah marah sama Fatimah," jawab Fatimah sedih.
"Fatimah tadi sudah minta maaf, tapi Atikah diam saja. Sekarang Fatimah mau minta maaf lagi," kata Fatimah.
"Fatimah salah apa ke Atikah?" tanya Ali.
"Itu Kak, kemarin Sabtu Fatimah bilang kalau hari Minggu mau ke rumah Atikah untuk bermain bersama. Fatimah bercanda saja sih, ternyata sama Atikah dianggap beneran. Atikah menunggu Fatimah sampai siang," jelas Fatimah.
"Oh gitu ya. Fatimah berarti sudah janji sama Atikah, tapi tidak menepatinya." kata Ali sambil menatap Fatimah.
"Tapi Kak, Fatimah kan tidak bilang janji ke Atikah," kata Fatimah.
"Fatimah, kalau kamu bilang sesuatu kepada orang lain, dan itu kamu ucapkan dengan serius berarti itu bukan candaan. Tuh kan Atikah juga menganggapnya serius," kata Ali.
Fatimah diam mendengar ucapan kakaknya.
"Fatimah, perkataan kita kalau dianggap janji, maka harus ditepati. Allah sangat tidak menyukai orang-orang yang tidak menepati janji. Bahkan janji itu seperti hutang yang harus dibayar," jelas Ali pada Fatimah.
"Nah Fatimah, kalau kamu bilang sesuatu sebagai janji, maka ucapkan insyaallah. Tetapi kata insyaallah ini harus diikuti dengan upaya menepatinya. Bukan main-main ya," kata Ali dengan tersenyum.
Fatimah mengangguk. Dalam hatinya ia berjanji akan selalu berhati-hati ia mengucapkan sesutu. Dan ia akan berusaha menepati janji pada temannya, agar kejadian seperti Atikah tidak terulang lagi.
0 Comments: