Headlines
Loading...
Oleh. Iis Nopiah Pasni

Abi bermain bersama Farel dan juga Abil, mereka selalu bermain bersama dengan ceria, selanjutnya mereka juga bermain kejar-kejaran, bermain bola, perang-perangan menggunakan kayu bekas atau raket bekas. Wah serunya.

Terakhir mereka bermain memakai arang bekas bakar sampah dan kayu di dekat pos ronda.

Abi, Farel dan Abil mengambil lalu menumbuknya menggunakan batu sebesar telapak tangan mereka.

Jadilah arang-arang tersebut menjadi bubuk arang yang ditaruh di dalam toples.
Abi mengambil air di rumahnya menggunakan sebuah gayung berwarna merah.

Mereka lalu mencampur air dan arang tersebut, jadilah air itu berwarna hitam pekat.

Mereka lalu bermain jualan jamu. Lihatlah betapa seru mereka bermain bersama.


Tangan mereka kotor hitam karena arang. Setelah puas bermain mereka pun pulang ke rumah masing-masing dengan perasaan bahagia tentunya.

Abi langsung mencuci tangannya yang kotor karena menumbuk arang.

"Bun, ternyata mudah membersihkan arang di tangan Abi tadi," ucap Abi sambil tersenyum. Ia lalu  memperlihatkan tangannya yang sudah bersih. Ia juga memperlihatkan kedua kakinya juga sudah kinclong.

"MasyaAllah keren ya Bang udah bersih semua,"  kata Bunda sambil mengacungkan jempol pada anaknya itu.

Abi tersenyum karena Bundanya memuji kelakuannya yang langsung membersihkan diri setelah bermain menggunakan arang yang ditumbuk.

"Bun, kok Bunda nggak marah Abang main arang?" tanya Abi penasaran pada bundanya.

"Ya nggak, kenapa harus marah?" kata bunda, lalu  balik bertanya pada Abi.

"Baju dan tangan abis semua jadi kotor," katanya polos.

"Ya, kalau kotor ya dicuci, Abi ya mandi biar bersih semuanya," kata Bunda sambil mengacak-acak rambut Abi.

Mereka berdua tertawa kecil lalu duduk di teras depan dengan santainya.


"Bun, Dik Hani mana?" tanya Abi karena sedari tadi tak lihat Dik Hani.

"Tuh lagi lihat buku Pictbook Animal Friendship, itu loh buku yang berwarna hijau muda," kata Bunda sambil menunjuk ke arah Dik Hani duduk, di kasur tipis ruang keluarga mereka.

Nampak Dik Hani anteng. Ia sesekali membolak-balik buku tersebut.

"Di dalam buku itu ternyata ada karya Bunda ya?" tanya Abi kepo.

"Iya, cerita tentang persahabatan dua ekor   kucing dan seekor burung Jalak Kerbau," kata Bunda Isna lagi menjelaskan.

"Judul Bukunya mengenal Ciptaan Allah, Bang," kata Bunda lagi.

"Iya ya Bun, kita harus mengenal ciptaan Allah agar kenal sama Allah," katanya lagi dengan mantap.

"Masyaallah, wah si Abang makin hari makin keren saja nih, benar sekali ya Bang. Bagaimana cara mengenal Allah ya dengan mengenal makhluk ciptaan Allah, dan  itu salah satu  bukti keberadaan Allah Al Khaliq," kata Bunda pada Abi.

 Abi mengangguk lalu mendekati adiknya yang sedang asyik melihat buku berwarna hijau tersebut.


Setelah itu Abi mendekati Bundanya lagi seraya bertanya.

"Bun, dapat pahala nggak kalau suka membantu," tanya Abi penasaran.

"Dapat pahala dong," jawab Bunda Isna sambil tersenyum.

"Tadi Abang bantu kucing yang takut turun dari pohon, Bun," jelas Abi pada Bundanya.

"Masyaallah, iya Bang insyaallah dapat pahala, anak tangguh dan saleh," puji Bunda sambil memeluk Abi.

Abi tersenyum sumringah, dibalasnya pelukan bunda lalu berbisik.

"Abi sayang Bunda," bisiknya.

"Teruslah jadi anak tangguh dan saleh ya Nak," kata Bunda Isna sambil memeluk erat anaknya itu.

"Ikut!" seru Dik Hani ingin dipeluk juga, mereka pun berpelukan.

Baca juga:

0 Comments: