Headlines
Loading...
Oleh. Rahma Ummu Zubair

Gerah dan panas, Ghazi duduk di teras bersama ayahnya sambil meneguk es kelapa muda favorit Ghazi.

"Abi, saat Abi mendaki gunung, Abi enggak takut gunungnya meletus?" tanya Ghazi.

"Kan sebelumnya sudah ada pantauan, kalau gunung berapi yang hendak didaki sedang dalam status aman. Jadi enggak khawatir, Zi," jawab Adam.

"Kalau gunungnya mau meletus itu, orang-orang dikasih tau ya, Bi?" tanya Ghazi.

"Iya, Sayang. Kalau sudah status gunung tidak aman, pendaki dilarang mendaki gunungnya. Ghazi pengen lihat gunung berapi meletus?" tanya Adam.

"Mau, tapi kan sekarang data internetnya lagi habis, Bi. Jadi enggak bisa lihat YouTube," kata Ghazi.

"Abi mau eksperimen tentang gunung meletus, jadi enggak perlu data internet," kata Adam.

"Waow, Yeaaa! Eksperimen, Eksperimen, Eksperimen," kata Ghazi kegirangan.

"Tolong ya, Mas! Belikan cuka, soda kue dan pewarna makanan warna merah di warung Bu Dhe Sol. Terima kasih Mas Ghazi," pinta Adam.

"Siap, Abi!" sahut Ghazi.

Tak lama, Ghazi datang membawa sekantong belanjaan sesuai pesanan Adam. Dan Adam sudah siap dengan tumpukan tanah hasil pengerukannya di halaman depan rumah.

"Wah, Abi sudah selesai mengeruk tanahnya? Padahal tadi Ghazi mau bantu, Bi," kata Ghazi.

"Terima kasih, Mas Ghazi. Sudah cukup segini saja tanahnya. Ayo sekarang bantu Abi mengisi botol bekas ini dengan air cuka dan air jeruk serta pewarna merah. Kita kebetulan punya jeruk kecut yang enggak ada yang mau makan. Ayo kita peras!" ajak Adam.

"Setelah beberapa sendok air, kemudian air cuka, air jeruk dan pewarna merah ini dimasukkan ke botol, kita timbun botolnya dengan tanah, Zi. Jadi biar terlihat seperti gunung beneran," lanjut Adam.

"Oke, Bi. Seru ya, Bi, Ghazi suka mainnya," kata Ghazi. 

"Belum, Zi! Ada yang lebih seru loh," balas Adam.

"Apa, Abi?" tanya Ghazi.

"Coba tolong Ghazi masukkan bungkusan soda dalam tisu ini ke dalam botol yang sudah ditimbun dengan tanah tadi! Dan tunggu apa yang terjadi!" pinta Adam.

Ghazi pun memasukkan bungkusan soda ke dalam botol. Lantas dia menunggu beberapa saat.

Tak lama kemudian, "Tus!" suara lava buatan keluar dari miniatur gunung buatan Ghazi.

"Wuih! Keren, Bi! Gunungnya meletus," kata Ghazi terpesona.

"Alhamdulillah, berhasil," kata Adam ikut senang.

"Masya Allah ya, Nak! Allah berikan khasiat masing-masing pada benda-benda yang Allah ciptakan. Dan meletusnya gunung berapi merupakan tanda kebesaran Allah Swt. Allah Yang Maha Kuasa menjadikan gunung yang tenang bisa mengeluarkan panas yang tinggi," kata Adam.

"Wah kok bisa keluar sendiri ya, Bi, air cukanya tadi?" tanya Ghazi.

"Iya, Nak! Bercampurnya air cuka dan soda tadi menimbulkan reaksi kimia, membuat gas karbondioksida yang memaksa keluar dari botol. Karena leher botol yang sempit jadi gas keluar dengan sedikit berbunyi," jelas Adam.

"Masya Allah, keren ya Abi! Jadi ingin bikin lagi," kata Ghazi.

"Silahkan, Zi. Main bersama teman-teman ya! Dan juga tolong sampaikan pada teman-teman bahwa pada benda-benda yang menjadi bahan pembuatan gunung buatan itu ada Kuasa Allah sehingga berkhasiat membentuk lava tiruan, seperti yang tadi Abi jelaskan," kata Adam.

"Insya Allah, Siap! Abi," kata Ghazi sambil berlari menuju rumah Abdul untuk menjemputnya dan bermain bersama dengannya.

Diambilnya sepeda kecilnya dan dikayuh dengan semangat sembari berpamitan kepada Adam. "Abi, tolong jangan dibersihkan dulu permainan gunung berapinya, Aku masih mau jemput teman-teman untuk bereksperimen lagi bersama mereka," pinta Ghazi.

"Insya Allah, Siap, Insinyur Kecil!" kata Adam.

"Semoga Mas Ghazi jadi orang yang saleh dan muslihun ya, Nak! Aamiin," harap Adam.

"Aamiin," balas Ghazi dari kejauhan sambil mengayuh sepedanya dengan cepat.

Baca juga:

0 Comments: