Headlines
Loading...
Oleh. Firda Umayah

Bagi orang yang beriman, mengharapkan rida dan rahmat Allah merupakan kewajiban. Hal ini bisa dilihat ketika seorang mukmin bertawakal kepada Allah Swt. Namun, ini juga bisa dilihat dari permintaan doa orang-orang beriman yang senantiasa dihaturkan kepada Allah Swt. Karena doa merupakan senjata yang tak kasat mata. Namun, doa yang dipanjatkan sebaiknya tidak sembarang doa. Mukmin juga harus memperhatikan adab berdoa agar bisa menjadi wasilah untuk mengetuk pintu langit.

Terkait dengan doa, terdapat hadis Rasulullah saw. yang menjelaskan kriteria orang yang doanya menjadi keistimewaan tersendiri dalam mengetuk pintu langit. Seperti sabda Rasulullah saw., "Tiga orang yang tidak tertolak doanya adalah imam yang adil, orang yang berpuasa hingga ia berbuka dan orang yang dizalimi" (HR. Tirmidzi dan Ahmad).

Dalam hadis di atas, kata imam yang dimaksud adalah seorang pemimpin yang notabene merupakan seorang kepala negara atau khalifah. Hal ini sebagaimana yang dimaksud dalam hadis yang serupa yang diriwayatkan oleh Bukhari bahwa Rasulullah saw bersabda, "Imam (kepala negara/khalifah) adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas (kepemimpinan) rakyatnya". 

Imam (khalifah) dikatakan adil ketika ia menerapkan syariat Islam secara keseluruhan. Hal ini karena makna adil adalah sesuai dengan syariat Islam. Sehingga, imam yang adil hanya ada jika sistem pemerintahan Islam tegak dan khalifah yang menjalankan sistem pemerintahan tersebut sesuai dengan syariat Islam. Keadilan seorang imam menjadi wasilah terkabulnya doa karena kedekatan hubungannya kepada Allah Swt. Hatinya tunduk kepada ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya.

Kedua, orang yang bisa menjadi perantara mengetuk pintu langit adalah orang yang berpuasa. Puasa merupakan ibadah yang bisa menjadi perisai bagi umat Islam. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw dalam hadis qudsi bahwa berfirmanlah tuhan kita (Allah) Azza wa Jalla, "Shaum (puasa) adalah perisai, yang dengan perisai ini seorang hamba membentengi diri dari api neraka, dan puasa itu untuk-Ku, dan Aku lah yang akan membalasnya," (HR. Ahmad).

Puasa akan menjadi perisai seorang mukmin manakala ia menjalankannya semata-mata karena Allah Swt. Tak hanya itu, ia juga menyadari bahwa kelemahan dirinya membuat ia tunduk dan khusyuk dalam beribadah kepada Allah Swt. Oleh karena itu, ia mendapatkan balasan (pahala) dari Allah Swt dan menjadi wasilah terkabulnya doa yang dipanjatkan untuk mengetuk pintu langit.

Ketiga, doa orang yang terzalimi. Zalim adalah lawan dari adil. Jika adil bermakna sesuai dengan syariat Islam, maka zalim berarti tidak sesuai dengan syariat Islam. Artinya, seseorang yang berbuat zalim adalah orang yang melanggar syariat Islam. Sedangkan seseorang yang dizalimi adalah orang yang diperlakukan tidak sesuai syariat Islam. Doa orang yang dizalimi menjadi wasilah untuk mengetuk pintu langit sebab tidak ada hijab atau penghalang yang menghalangi doa seorang hamba dengan Rabbnya. Hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw, "Takutlah terhadap doa orang yang dizalimi, karena sesungguhnya tidak ada penghalang antara doanya dan Allah" (HR. Bukhari Muslim).

Tidak ada hijab atau penghalang menunjukkan gambaran betapa cepatnya pengabulan doa dari orang yang dizalimi. Hal ini juga merupakan peringatan bagi umat Islam agar tidak semena-mena atau berbuat zalim kepada seseorang. Karena kezaliman sangat dekat dengan sifat takabur atau sombong. Yaitu sifat menolak kebenaran (Islam) dan mendukung kebatilan. Terkait doa orang yang dizalimi ini, maka ketaatannya kepada Allah Swt merupakan hal yang juga harus diperhatikan. Karena pada dasarnya, Allah sangat dekat dan menyukai hamba-hamba yang taat dan tunduk kepada-Nya. Sehingga, hendaknya para pengetuk pintu langit juga selalu menjaga diri agar terikat dengan syariat Islam. Wallahu a'lam bishawab. [ ]

Baca juga:

0 Comments: