Cernak
Menghargai Perbedaan
Oleh. Dewi Irawati Artati
Tahun ajaran baru telah dimulai. Tahun ini Reza masuk kelas 1 Sekolah Dasar (SD). Ini menjadi pengalaman baru baginya. Banyak hal yang ia temukan di sekolah itu. Mendapat guru baru, kelas baru, teman baru.
Teman sekelas Reza pun bermacam-macam, baik itu logat bicaranya, warna kulitnya, agamanya, tingkat ekonominya, dan lain sebagainya. Reza termasuk anak yang mudah bergaul, dia mudah akrab dengan siapa pun karena sifatnya yang ramah dan periang. Selain itu, ia juga anak yang peduli terhadap teman yang membutuhkan. Tak jarang ia membantu teman yang sedang kesulitan.
Reza juga seorang anak yang pemberani. Prestasinya pun juga patut diacungi jempol. Makanya dia ditunjuk menjadi ketua kelas. Teman-temannya menyukainya.
Suatu hari, kelas mereka kedatangan murid baru yang berasal dari Papua. Ia bernama Venus. Ia ikut kedua orang tuanya karena pindah tugas. Ia tampak masih canggung dengan lingkungan barunya. Melihat hal itu, Reza pun mendekati Venus, mengajak ngobrol dan bercanda. Akhirnya mereka mulai akrab dan saling mengenal.
Namun, ada juga yang memandang Venus sebelah mata. Dino yang berkulit putih, sering kali meledek Venus yang berkulit hitam.
"Eh, Venus, kamu tuh nggak pernah mandi ya. Pantesan kulitmu hitam," ledek Dino suatu hari.
Teman sekelas yang mendengar pun tertawa. Hal itu membuat Venus merasa malu. Ia hanya diam.
"Rambutmu juga kriwil-kriwil, emang nggak pernah disisir ya?" Dino semakin menjadi. Riuh gelak tawa seisi kelas.
"Astaghfirullah, cukup, Dino. Hentikan! Kita harus menghargai teman. Apa pun perbedaannya kita harus tetap saling menghargai!" Seru Reza tegas mengingatkan Dino.
Kelas menjadi gaduh. Untungnya Bu Aminah, wali kelas mereka, segera datang.
"Ada apa anak-anak, kok ribut begini?" tanya Bu Aminah dengan sabar.
Reza pun angkat bicara, "Maaf, Bu. Ini tadi Dino mengejek Venus."
Teman sekelas pun berusaha menceritakan kronologisnya kepada Bu aminah.
"Anak-anak, sebagai manusia, kita diciptakan berbeda-beda oleh Allah, supaya apa?" Bu Aminah memulai pembicaraan.
Semua murid diam.
"Allah menciptakan manusia dengan berbagai macam perbedaan, supaya kalian saling mengenal, saling melengkapi, saling menghargai. Jadi janganlah kalian merasa paling baik dari teman yang lain." Lanjut Bu Aminah.
"Perbedaan adalah rahmat dari Allah untuk menunjukkan kebesaran-Nya. Coba kalian lihat pelangi, ada bermacam-macam warna, jadi terlihat indah kan? "
Anak-anak tampak berpikir.
"Coba, kalau warnanya sama, tidak akan ada pelangi kan?"
Anak-anak manggut-manggut.
"Pelangi itu terlihat indah karena mereka bersatu, tidak tercerai berai. Sama dengan kalian, walaupun kalian berbeda, kalian harus tetap bersatu, saling menyayangi, dan saling.... apa anak-anak?"
"Saling menghargai, Bu ....!" Seru anak-anak serempak.
"Bagus! Nah, anak-anak, kalau kalian hidup rukun, saling menjaga, saling mengasihi dan saling menghargai, tentu akan terasa indah, betul nggak, Anak-anak?"
"Betul, Bu!" jawab anak-anak serempak.
"Nah, kalian sudah tau arti perbedaan. Satu hal lagi yang ingin ibu sampaikan. Allah tidak melihat seseorang itu dari warna kulit atau kebagusan rupa seseorang. Melainkan, yang Allah nilai adalah kebaikan akhlaq kalian, ketakwaan kalian." Bu Aminah memberi nasihat.
Doni nampak berkaca-kaca. Ia merasa bersalah atas sikapnya terhadap venus. Ia pun tertunduk. Reza yang duduk di sebelahnya melihat hal itu.
"Don, buruan minta maaf sama Venus," ucap Reza pada Doni.
Doni segera berdiri dan menghampiri Venus. Ia mengulurkan tangannya sembari mengucap maaf.
"Maaf kan aku ya, Venus. Aku tadi cuma bercanda."
"Iya, Doni. Nggak apa-apa. Aku maafin kok," jawab Venus sambil menjabat tangan Doni.
Terdengar suara tepuk tangan di kelas itu. Ibu guru merasa senang melihat mereka telah bersatu, rukun kembali.
Di mata Allah, semua sama. Hanya ketakwaanlah yang membedakan manusia satu dengan yang lainnya. Dan Allah selalu bersama dengan orang-orang yang saling menghargai, mengasihi dan menyayangi. [ ]
0 Comments: