Headlines
Loading...
Oleh. Ummu Faiha Hasna

Dulu, sejak saya masih di bangku sekolah, saya suka sekali menulis di buku catatan. Dalam buku tersebut selalu saya tuliskan penjelasan-penjelasan tambahan yang telah disampaikan dari Ibu atau Bapak guru di kelas. Di buku catatan tersebut saya pun melatih mengerjakan soal untuk mengerjakan PR. Bagi saya mencatat atau menuliskan sesuatu itu banyak sekali manfaatnya. Saya dapat mengingat-ingat pelajaran yang sebelumnya telah disampaikan. Saat dimintai tolong ibu berbelanja pun saya selalu menuliskan agar tidak lupa belanjaan yang harus dipesankan. Dan hingga sekarang pun saya terus menuliskan setiap ikut kajian agar ilmu tidak mudah pergi. 

“Kalau kamu bukan anak raja dan bukan anak ulama besar, maka menulislah.” (Imam Ghozali).

Maka, menulislah kata Imam Ghozali. Wah, kebetulan sekali bagi saya yang waktu itu lagi dilanda sendu. Setiap ada persoalan yang timbul dalam keseharian sering dilampiaskan lewat tulisan. Tulisan menjadi sesuatu yang penting dan bermanfaat bagi saya. Dalam satu kajian di literasi khusus opini  pernah dijelaskan bahwa aktivitas menulis itu adalah aktivitas para ulama, aktivitas mulia pada zamannya. Mungkin tanpa adanya tulisan para ulama terdahulu mustahil di antara kita akan menemui ilmu-ilmu seperti saat ini. Adanya ilmu pengetahuan agama, ilmu pengetahuan umum, dan ilmu-ilmu lainnya. Di zaman sekarang ini, dunia digital dan informasi menjadi salah satu kebutuhan bagi manusia. Beruntunglah bisa ikut gabung di Literasi SSCQ. Dengan mengikuti kelas literasi banyak sekali motivasi mengapa pentingnya menulis, membaca dan berbicara. 

Menulis bagi saya adalah salah satu wasilah untuk menyampaikan risalah Islam, bagian dari ber-amar ma'ruf nahi munkar. Dan menulis itu akan terasa mudah bila sudah terbiasa . Yuk, buat sobat yang ingin menjadi penulis, latihlah jari jemari kita dari sekarang. Jangan sampai keterusan malas menulis. Memang sih kebiasaan menulis itu tidak datang secara tiba-tiba, karena menulis itu harus dilatih. Butuh waktu yang tidak sedikit untuk membuat kata kata, huruf-huruf kemudian mewujudkan menjadi kalimat yang baik. Awalnya mungkin terpaksa, lama kelamaan  paksaan itu akan menjadi suatu kebiasaan meski akan ditemui banyak rintangan dan hambatan. Tapi ingat Al-Qur'an mengajarkan pada kita buatlah tulisan itu kalimat yang baik saja, sebagaimana firman Allah azza wajalla dalam quran surat Ibrahim ayat 24-26: "Kalimat yang baik itu ibarat pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu memberikan buahnya di setiap musim dengan seizin Tuhan-Nya. Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk itu seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi dan tidak dapat tegak sedikit pun."

Dengan menulis dengan tulisan berupa kalimat yang baik, maka tulisan itu akan jadi ingatan. Guna memotivasi diri untuk terus bersemangat melakukan eksploitasi ilmu, mengasah otak, memanajemen pikiran hingga memunculkan ide-ide baru terutama dalam hal menulis keumatan.

Banyak sekali manfaat yang bisa didapat dengan menulis. Karena menulis sendiri  apalagi yang berkaitan dengan keumatan itu bisa memberi wawasan dan pengetahuan untuk orang lain yang lagi membutuhkan sebagai sarana berbagi informasi dan juga pengalaman.

Namun, terkadang rintangan untuk menulis itu muncul dari diri sendiri. Bukan dari orang lain. Sebab, untuk melakukan aktivitas mulia para ulama ini harus punya sikap tegas. Sobat, harus siap untuk menjadi orang yang suka menulis. Siap dipaksa di awal. Dan yang memaksanya adalah diri kita sendiri.

Terkadang, saya pun merasa berat untuk menulis karena tidak ada kawan menulis. Tidak ada orang yang menyemangati. Seringnya teman-teman di rumah mengajak nonton televisi, main game, bermain, jalan-jalan ke luar dan sebagainya. Namun, beruntung diri ini bisa ikut gabung di komunitas Sahabat Surga Cinta Quran (SSCQ). Di komunitas ini saya jadi bisa menulis setidaknya bisa berbagi kebaikan, berbagi semangat dan inspirasi bagi orang lain sehingga orang yang membaca tulisan jadi tercerahkan pemikirannya.

Banyak sekali tulisan-tulisan dari sahabat SSCQ yang membuatku bangkit dan berdiri. Rasa penasaran yang ada pun terjawab dengan tulisan-tulisan yang membangkitkan pemikiran dari ayat-ayat berkesan yang dituliskan. Sesuatu hal yang tidak bisa saya lupakan. Benar saja, apa yang dikatakan Abdullah bin Mas'ud "Siapa yang ingin mengetahui bahwa dia mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka perhatikanlah jika dia mencintai Al-Qur'an maka sesungguhnya dia mencintai Allah dan Rasul-Nya"

Membaca al-Quran selain memberikan kebaikan dan pahala yang tidak terbatas dari setiap huruf yang dibaca namun juga di komunitas ini kita dilatih untuk fastabiqul khairat dengan menulis ayat berkesan. Benar-benar tiada hari tanpa Al-Qur'an itu terasa sekali. Karena tidak hanya ketika salat, tapi juga diluar waktu salat. Tidak cuma membaca ayat per-ayat dan terjemahnya tapi juga menuliskan ayat yang berkesan di setiap juz yang dibaca.

So, menulis sejatinya adalah sarana untuk menyampaikan kebenaran Islam dan menjaga ilmu dan pahala menulis itu akan terus bertambah dari setiap orang yang tercerahkan karena sebuah tulisan. Sering kita dengar bahwa untuk mengikat ilmu itu dengan tulisan. Maka, bagian dari sebuah kebiasaan baik yaitu istikamah menulis, yakni istikamah semampu kita. Semoga dengan menulis waktu kita menjadi penuh berkah. Aamiin.

Baca juga:

0 Comments: