Headlines
Loading...
Oleh. Rahma Ummu Zubair

Pagi itu, Mas Ghazi sedang ikut ibunya belanja di pasar tradisional yang tak jauh dari rumah Ghazi. Saat Ratna menunggu penjual mengambilkan barang-barang yang hendak dibeli, Ghazi melihat ada biji kacang hijau yang dipajang di kotak paling depan. Ghazi pun tertarik untuk memainkan biji-biji kacang hijau itu dengan kedua tangannya. 

"Umi, beli kacang hijau, ya!" pinta Ghazi dengan wajah memelas. 

"Ingin bikin kolak kacang hijau, ya?" kata Ratna.

"Iya, Mi, tapi tanpa santan ya!" kata Ghazi.

Ratna tak langsung mengiyakan permintaan Ghazi, sebab masih menghitung lembaran-lembaran uang yang dipegangnya. Tak lama, Ratna pun mengangguk setuju.

"Cukup, sisa uang belanjanya cukup untuk membeli setengah kilo kacang hijau mentah, Alhamdulillah," kata Ratna.

"Pak, tambah kacang hijaunya setengah kilo ya," kata Ratna.

"Oke," jawab bapak penjual dengan datar.

"Yee! nanti Umi mau bikin kacang hijau," kata Ghazi senang.

"InsyaAllah," balas Ratna.

Sesampainya di rumah Ratna langsung mempersiapkan bahan-bahan makanan yang sudah dibelinya di pasar tadi untuk dimasukkan ke dalam lemari es. Ghazi pun menghampiri Ratna untuk membantunya.

"Umi, Ghazi bantu ya!" pinta Ghazi.

"Wah, Iya, Mas Ghazi. Terima kasih, Sayang. Umi senang sekali kalau dibantu," balas Ratna.

"Kita kerjakan apa dulu, Mi?" tanya Ghazi.

"Menyortir," jawab Ratna.

"Hah? Apa itu menyortir, Mi?" tanya Ghazi.

"Membuang bahan-bahan yang rusak dan hanya menyisakan yang bagus saja," jawab Ratna.

"Kita mau memasukkan bahan makanan ini ke lemari pendingin untuk menjadi stok di rumah. Nah yang sudah busuk atau rusak kita buang dan hanya bahan makanan yang bagus dan sudah dicuci yang masuk ke kulkas, Zi," jelas Ratna.

"Oh gitu, biar gak menular ke bahan makan lainnya ya, Mi?" tanya Ghazi.

"Iya, Nak, atau seperti tomat ini, yang sudah terlalu matang kita gunakan terlebih dahulu dan menaruh yang masih agak muda untuk dipakai besoknya," kata Ratna sembari menyortir tomat yang dibelinya di pasar tadi.

"Wah, Ghazi paham. Mmmm Ghazi mau menyortir biji kacang hijaunya, Mi," kata Ghazi.

"Oh, iya! Biar nanti Umi tinggal rebus deh," kata Ratna.

Ratna pun mengambil biji kacang hijaunya dan menaruhnya di tampah, yakni sebuah nampan tradisional yang terbuat dari anyaman bambu. Lantas Ratna memutar-mutar tampah dengan sesekali menerbangkan biji kacang hijau yang ditaruh di atas tampah kemudian ditangkapnya dengan lihai di atas tampah tersebut.

"Wah, Umi keren, kacang hijaunya gak berjatuhan," Ghazi terpukau.

"MasyaAllah, Ghazi bikin Umi grogi deh. Ini namanya napeni, Zi. Teknik jadul yang digunakan para petani untuk menyortir padi atau beras di sawah," kata Ratna sembari melakukan teknik napeni yang biasa dilakukannya untuk memisahkan kotoran di antara kacang hijau itu.

"Wuih, seru lihatnya, Mi! Ghazi ingin coba," kata Ghazi.

Setelah napeni, Ratna pun ngencek-ngencek yaitu gerakan yang biasa dilakukannya pada beras atau biji kacang hijau untuk diarahkan ke sisi pinggir kiri kanan tampah dengan selaras sehingga kotoran semakin terlihat jelas.

"Wah, Mi ada hitam-hitamnya," kata Ghazi melihat kotoran di antara kacang hijau setelah Ratna mengencek-ngenceknya.

"Iya, silahkan Mas Ghazi ambil ya kotorannya, nanti Umi cuci dan rebus biji kacang hijaunya," kata Ratna.

"Siap, Mi," kata Ghazi segera setelah melihat banyak kotoran yang perlu disortir diantara kacang hijau itu.

"Nah, kalau sudah disortir itu, insyaAllah nanti makan kacang hijaunya sudah gak ada kotorannya, Zi, seperti kerikil kecil ini," kata Ratna sembari menunjukkan kerikil kecil yang dia ambil di antara kacang hijau itu.

"Oh iya, Mi, wah seru dan asyik ya menyortir itu," kata Ghazi.

"Iya, Nak, amal perbuatannya yang kita lakukan harus senantiasa disortir juga setiap harinya, mana perbuatan jelek yang harus dibuang dan mana perbuatan solih yang harus dipertahankan," kata Ratna.

"Iya, Umi. InsyaAllah siap," jawab Ghazi.

Akhirnya mereka pun bisa menikmati hidangan kacang hijau sehat dengan penuh syukur. [ ]

Baca juga:

0 Comments: